Langit malam berganti dengan pemandangan di luar pesawat yang sangat cantik. Gumpalan awan putih kebiru-biruan yang samar menambahkan efek yang indah pada siapa saja yang melihatnya. Terlihat seorang pria yang tidak sadar sudah berapa lama dirinya mengarungi lautan mimpi, berada di pesawat dengan durasi perjalanan yang panjang cukup membosankan. Pikir pria itu dalam benaknya.
Ini adalah sudah ketiga kalinya Jimin ke kota Paris, namun biasanya hanya untuk perjalanan bisnis. Jika sudah terkait bisnis, maka tidak ada kesempatan baginya hanya untuk sekedar berjalan di malam hari menelusuri gemerlap kota ini. Biasanya Jimin datang untuk rapat di pagi hari kemudian kembali ke Seoul pada malam harinya.
Melelahkan bukan? Namun ia tetap menikmati hal ini.
Waktu menunjukkan pukul 1.30 siang yang artinya 30 menit lagi pesawat mendarat.
Jimin pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya dan berganti pakaian agar terlihat lebih fresh. Tidak lupa juga tambahan wewangian citrus ia sematkan pada tubuhnya.Ara...
Dia adalah salah satu staf terbaik di perusahaan Tuan Nam. Beberapa rekan bisnis Jimin juga senang apabila berlibur dengan Ara sebagai tour leadernya. Jimin percaya bahwa ayahnya menunjuk Ara karena dia sangat profesional dan sudah expert di bidang ini.
Maka liburan istimewanya kali ini akan ditemani oleh Ara.Sebenarnya Jimin sudah pernah melihat Ara beberapa kali di kantor ayahnya, hanya saja Jimin memang tidak pernah berbicara dengan gadis itu. Untuk apa juga?
Tuan Nam bilang bahwa Ara adalah gadis yang cerdas dan sangat berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu, Jimin bisa melihat itu dari bagaimana cara Ara mengatur perjalanan ini.Jimin menyadari bahwa gadis yang bernama Ara itu masih tertidur pulas di sampingnya. Bukan benar-benar tidur di pundaknya, namun di kursi sebelah Jimin berada.
Jimin berencana untuk membangunkan Ara dengan menepuk pundaknya dan tidak butuh waktu lama untuk membuat gadis itu terbangun."Maaf, sepertinya saya cukup lelah sampai tidak sadar ternyata Anda sudah bangun lebih dari saya" jawab gadis itu sambil merapikan rambutnya. Jika ada gadis yang terbangun masih dalam keadaan cantik, bisa dipastikan itu Ara. Wajah berkulit pualam dan mungil itu sanggup menditraksi pikiran Jimin.
"Cantik" tukas Jimin terpesona. Melihat Ara terbangun seperti melihat bidadari turun dari kayangan. Memang berlebihan ya putra Tuan Nam ini.
Ara yang sedang mengumpulkan setengah nyawanya terkejut mendengar itu "Saya permisi ke toilet"
"Ah sial! Kenapa aku memikirkan yang aneh-aneh sih? Lagi pula istriku jauh lebih cantik" Jimin mengumpat dalam hati. Kalau saja Ara mendengar apa yang dipikirkan Jimin, sudah pasti gadis itu tidak peduli.
"Tidak masalah. Sebentar lagi kita akan sampai. Kau boleh ke toilet, tidak perlu izin padaku. Aku pikir kau mungkin sedikit tidak nyaman setelah terbangun tadi" jawab Jimin sealami mungkin agar Ara tidak salah paham.
Ara beranjak dari kursinya, memberikan tatapan yang memang terkesan tidak nyaman setelah dibuat terkejut karena kata cantik yang dipaparkan oleh Jimin. Yang melempar kata itu kembali menatap ponsel pintarnya, alih-alih menatap diam-diam ke arah Ara.
****************************************
Pesawat yang Jimin dan Ara tumpangi mendarat dengan selamat di Bandara Paris Charles De Gaulle, atmosfer kota yang disanjungkan dengan Menara Eiffel ini membuat mereka terpukau.
Ara yang terlihat sibuk, seperti sedang mencari sesuatu dalam telepon genggamnya. Jimin yang melihat gadis itu penasaran dengan apa yang Ara lakukan, mencoba menggoda Ara sedikit bukanlah hal yang buruk."Sibuk sekali sih, aku disini lho" ujar Jimin sambil melambaikan tangannya ke arah Ara.
Gadis itu hanya menoleh sekejap dan kembali menatap ponsel pintarnya."Aku masih terlihat olehmu kan? Kalau tidak bisa dilihat berarti aku malaikat" tukasnya menambahkan.
Seperti yang Ara selalu tanamkan dalam benaknya, Jimin itu menyebalkan. Selalu saja membuat hatinya geram. Ara berpikir kenapa ada manusia seperti Jimin? Memang sih Jimin tampan, berwibawa dan juga kaya raya namun jika seperti ini Ara melihatnya seperti adik yang tidak lelah menggoda kakaknya. Seunik itu cara berpikir Ara.
"Bisa tidak diam sebentar saja Tuan Jimin? Aku sedang menelepon supir yang akan menjemput kita" jawab Ara yang sudah tidak bisa lagi menahan rasa kesalnya.
Jimin yang mendengar itu hanya terkekeh, berarti dia berhasil menggoda Ara.Satu notifikasi panggilan masuk ke dalam ponsel Ara. Terdengar suara pria dalam rungunya.
"Maaf Nona, aku sedang di parkiran tadi. Apa kau yang sedang berdua dengan Tuan Jimin di Bulgari store? "
Belum sempat Ara menjawab, Jimin sudah melambaikan tangannya pada Paman Ahn. Senyuman yang masih sama seperti terakhir kali disuguhkan pria paruh baya itu terlihat dalam pandangan Jimin.
Paman Ahn adalah supir pribadi Tuan Nam yang berada di Paris. Setiap keluarga Jimin ke Paris, Paman Ahn lah yang selalu menjemput dan menemani mereka berkeliling di kota itu. Sebenarnya dulu, Paman Ahn adalah teman Tuan Nam semasa sekolah. Dan karena Paman Ahn tidak sempat melanjutkan sekolah sampai lulus, agak sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
Tuan Nam menawarkan pekerjaan di perusahaannya namun pria paruh baya itu merasa canggung apabila bekerja di perusahaan dengan status pendidikan yang tidak seberapa. Dan Paman Ahn hanya memiliki kemampuan menyetir, maka dari itu Tuan Nam memberikan pilihan lain dengan menjadikan Paman Ahn supir pribadi keluarganya. Paman Ahn sangat tidak keberatan akan hal itu.
Dan mengapa di Paris? Karena putri Paman Ahn sekolah disana dengan beasiswa. Tuan Nam tidak ingin Paman Ahn jauh dari putrinya. Karena ia tidak ingin temannya itu kesepian.
sudah lama ya aku tidak update...
siapa yang masih sabar menunggu cerita ini up?
terima kasih untuk kalian yang sudah meluangkan waktunya buat baca ceritaku ini...
I really appreciate it~jangan lupa share cerita ini ke semua social media kalian dan ramein juga notifku dengan vote dan comment.
aku tunggu ya, thank you! 🖤

YOU ARE READING
SAUVEUR
Fiksi Penggemar"Wanita seperti apakah diriku?" "Haruskah aku bersamanya?" Itulah pertanyaan yang selalu muncul di dalam kepala seorang Lee Ara. Seorang gadis, yang selalu memikirkan segala sesuatunya dengan matang dan hati-hati. Namun segalanya berubah ketika ia d...