Third

5.9K 748 22
                                    


Budayakan vote sebelum membaca, dan meninggalkan komentar setelah membaca.

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Buset, mata lo napa, Lam?" Koeun tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Gadis itu terlihat menahan tawa saat melihat sosok Lami yang memasuki kelas dengan mata berkantung kehitaman—tidak tebal, tapi bisa terlihat cukup jelas.

"Gausah bacot." Lami mendengus begitu sampai di bangkunya. Ketiga temannya, Herin, Koeun dan Hina duduk mendekati gadis itu.

"Widih, ketus amat. Lagi PMS lo?" Kali ini Herin yang bertanya. Gadis pemilik sepasang lesung pipi itu menumpu sebelah pipinya dengan tangan di atas meja.

"Gak." Lami menjawab sekenanya. Ia melipat lengan di atas meja, lantas menenggelamkan wajahnya di sana. "Lo bertiga mending pergi deh. Gue ngantuk nih, mau tidur bentar." Lami berkata pelan, seraya menggerakkan tangannya dengan gestur mengusir. Hal itu kontan buat teman-temannya mendengus geli.

"Kita terusir, guys." Celetuk Koeun diiringi tawa.

"Dah lah, kantin aja ayo." Herin mengusulkan, ia sudah bangkit dari bangkunya di susul Koeun yang telah setuju, lalu mengekor di belakangnya.

Hina bergeming di tempatnya. Hal itu buat Herin, Koeun, dan tak terkecuali Lami yang baru mengangkat wajah—memandangnya dengan alis yang naik.

"Lo gak ikut ke kantin?" Lami bertanya.

"Kalian duluan aja. Gue nyusul ntar."

"Bau-baunya lo kayak lagi nyembunyiin sesuatu sama Lami." Herin menyipitkan mata untuk memandang Hina dan Lami bergantian.

Kontan Hina mendengus. "Kagak elah, cemburuan amat lo jadi temen. Udah sana, ntar gue nyusul."

Herin dan Koeun saling pandang sejenak. Akhirnya setelah beberapa saat, kedua gadis itu menggedikkan bahu lantas menggerakkan tungkai kakinya menuju keluar kelas.

Keadaan kelas mulai sepi. Tersisa Hina, Lami, dan beberapa murid cowok yang sibuk dengan game di ponsel—duduk di belakang kelas.

Lami kembali melipat lengannya ke atas meja. Gadis itu baru saja hendak melanjutkan tidurnya, kala Hina berdehem seolah memberi kode jika ia sedang memanggil Lami.

"Apaan?" Lami yang peka dengan kode itu bertanya dengan wajah lempeng. Raut menahan kantuk jelas terlihat di wajahnya. Karena jujur saja, Lami benar-benar tidak bisa tidur dengan nyenyak selamanan.

"Lo—"

"Jangan bilang lo mau bahas yang kemarin malam?" Lami mencoba menebak, sebab raut wajah Hina terlihat agak beda dari biasanya.

Okay, sebenarnya kemarin malam Lami memang memutuskan untuk menceritakan kejadian tidak menyenangkannya dengan cowok sial bernama Park Jisung. Memang berat dan awalnya agak ragu, tapi di sisi lain ia juga butuh seseorang yang bisa mendengarkannya. Maka dari itulah Lami memilih untuk mempercayai Hina.

[✔] Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang