0.9

3K 394 48
                                    

.

.

.

Malam panas kemarin tak berlanjut lagi di hari selanjutnya, tidak ada gejolak besar untuk saling bercumbu, sungguh tak terjadi lagi karena murni itu hanya sebuah kehilafan.

Klise.

Yang tersisa hanya penyesalan. Jimin yang menyesal menggarungi tubuh bocah, dan Taehyung yang menyesal jadi tak berdaya di bawah kuasa sang ahjussi.

Tapi, tidak sepenuhnya Taehyung bersedih. Toh dia melepas label perawannya untuk pria tampan yang dicintainya. Benar. Taehyung menyukai Jimin sejak main rumah-rumahan ini, ah tidak-- bahkan sejak awal.

Umur tidak jadi masalah bagi Taehyung, sedikit aneh tapi otot Jimin itu masih bugar dan kencang untuk seukuran pria 38 tahun.

Namun Taehyung terpuruk saat ia menjadi semakin mirip dengan pelacur hina itu. Menyenangi yang bukan miliknya, berusaha merebut kehidupan orang lain dan berujung tragis.

Sungguh, Taehyung tidak sudi hidup menyedihkan seperti ibunya.

Bagai abu di pembakaran. Gelap, kotor dan diharapkan musnah.

.

.

.

Jimin mengutak-atik ponsel, mengisi saldo banking yang akan ditransfer ke rek.Dongwook di acara tunangannya nanti malam. Meski benci, Jimin paham adat.

Seperti umpatannya, Jimin tidak akan datang menghadiri pesta sialan itu. Cukuplah uang transferan sebagai ganti kehadiran.

Bukan artian Jimin takut diejek, cuma dia tak mau ambil pusing. Muak untuk sekadar datang menyaksikan hari bahagia si perusak Lee. Meski faktor utamanya sekarang yaitu Kim Taehyung.

Sejak Taehyung masuk dalam kehidupannya tahap demi tahap, Jimin sadar ada suatu dimensi baru dalam dunia perfeksionis dan kesendiriannya.

Oke, Jimin akui dia memandang Taehyung itu seperti adik kecil, ahhh bisa jadi anaknya?

Inilah kemustahilan bagi Jimin untuk bersama Taehyung. Anak ini terlampau muda dan polos. Bukan kriterianya sama sekali.

Taehyung mengintip kesibukan Jimin pagi ini dari celah pintu, si pria menopang tangan di dagu. Terlihat depresi dan berbeban berat.

Kemudian Taehyung melirik sayu sepucuk surat cinta di atas meja kamarnya, tersemat nama Ji Sekyu. Cinta asli kepunyaan Park Jimin.

Diamnya Jimin pada pertanyaan 'kekasih' sudah cukup jelas mengatakan jawaban.

Hati lelaki Park bukan untuknya.

Dan Taehyung telah menentukan pilihan.

.

.

"Ahjussi!"

Seruan akrab yang selalu lucu didengar, bersemangat dan berseri-seri itu membuat kadar stres Jimin pasti menipis.

"Tidak baik melamun terus. Sedang apa? Umh?" tanya Taehyung mempoutkan bibir lucu.

"Eoh?" Jimin menengadah, dan merasa lucu saat Taehyung berbalut hoodie pink blossom kebesaran. "Badanmu hampir tenggelam dengan baju itu."

Ledekan itu membuat Taehyung bungkam, mengatup wajah imutnya ke ceruk sweater.

"Itu hoodie yang dibelikan ibuku waktu ulang tahunku yang ke 17." tunjuk Jimin kenes. Mengingat betapa bebal dia dulu, ogah tak mau pakai hoodie memalukan ini. Jimin anti hal mencolok, sejak dulu stylenya rebecca dan manly.

KLANDESTIN | MINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang