34. Taman

33K 1.3K 579
                                    

no vote. no komen. no lanjut.

aku akan sangat menghargai kalau kalian berkomentar tentang cerita ini, bukan cuma komen 'NEXT' atau 'LANJUT' aja

.

.

.

Hanan menatap Sella yang kini duduk di hadapannya dan Chacha. Mereka bertiga duduk berhadapan di ruang tamu apartemen Hanan.

Chacha berdehem. Gadis itu menatap Sella.

"Em, lo mau minum apa? Gue ambilin," tawarnya.

Sella menatap Chacha dan menggeleng. "Makasih, tapi gue enggak haus.." jawabnya.

Hanan menghela nafas. Pemuda itu menggaruk tengkuknya sebentar dan menatap Sella.

Dia bingung harus mengatakan apa.

Sella yang menyadari situasi tidak menyenangkan itu menarik nafas pelan dan menghembuskannya.

Gadis itu menatap Hanan. "Nan, gue boleh nanya?"

Hanan mengangguk. "Iya," jawabnya.

Sella memejamkan mata sebentar sebelum bertanya. Gadis itu melirik Chacha.

"Lo sama Chacha abis ngapain?" tanyanya.

Hanan menoleh pada Chacha, sedangkan Chacha hanya bisa melirik Hanan melalui sudut matanya.

"Nan?"

Hanan menarik nafas pelan dan menghembuskannya. Pemuda itu menatap Sella.

"Sel, gue sama Chacha pacaran." kata Hanan.

Sella menunduk dan tersenyum sendu. Gadis itu mengangguk. "Ya gue tau.."

"...tapi apa lo berdua udah sejauh itu?" lanjut Sella mengangkat kepala dan menatap Hanan serta Chacha bergantian.

Kedua orang itu saling bertatapan.

"Gue tadi dari apotek yang lo berdua datengin, dan gue tau kalian beli apa..." ucapan Sella terhenti. Gadis itu mengambil nafas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.

"Apa lo berdua udah sejauh itu sampe harus beli pil pencegah kehamilan?" lanjutnya.

Chacha menoleh pada Hanan. Dia bingung harus mengatakan apa. Dia tidak kenal juga dengan gadis di hadapannya ini. Hanya sebatas tau kalau dia adalah teman satu jurusan Hanan.

"Nan?"

Hanan memejamkan mata sebentar, pemuda itu meraih tangan Chacha dan menggenggamnya.

Sella yang melihat itu hanya bisa diam dan berusaha menepis semua rasa sakit yang mulai menjalar di sudut hatinya.

"Ya. Gue sama Chacha udah sejauh itu, gue gabisa nahan diri dan ya semuanya terjadi." jawab Hanan.

"Bi..."

Hanan menoleh, menatap Chacha dan mengangguk. "Gapapa Cha," ucapnya.

Pemuda itu tersenyum pada Chacha, memberitahu gadis itu kalau semuanya akan baik-baik saja.

Sella yang ada di hadapan mereka hanya bisa menghela nafas dan tersenyum mengerti— meski ada rasa sakit di sudut hatinya.

"Mungkin kita emang udah kelewatan, tapi orangtua gue sama orangtua Chacha udah tau soal ini..." lanjut Hanan kembali menoleh pada Sella.

Sella mengangguk. "Iya Nan..."

Gadis itu kemudian menatap Hanan. "Sebelum gue pergi gue cuma mau jujur sama lo. Gue gak mau nyimpen beban itu dan ya mungkin emang saatnya gue jujur. Ya meskipun gue tau lo udah sama Chacha seenggaknya gue udah jujur sama perasaan gue.."

Ena 18+ | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang