02.

636 78 10
                                    

Wherever you are, whenever it's right,
You come out of nowhere and into my life

--Michael Buble, Haven't met you yet

***

Akyla

"Gimana kerjaan kamu? Lancar?"

Gue tersenyum ke arah Mami yang juga sedang menyantap sarapannya.

"Lancar, Mi, alhamdulillah," jawab gue dan Mami mengangguk.

"Syukur deh kalo gitu, Mami sempet takut soal kerjaan kamu," lanjutnya.

"Everything's okay, Mi, Mami gak usah khawatir."

Mami tersenyum.

"Kalo kamu butuh apa-apa bilang sama Papi, sebisa mungkin nanti Papi bantu," timbrung Papi.

Gue kembali tersenyum.

Sering kali gue tiba-tiba teringat dengan kata-kata mereka ketika gue memutuskan umtuk keluar dari balet dan menyerah pada semuanya.

"Sedikit lagi, Kyla sayang, sedikit lagi kamu berhasil."

"Sayang, kamu gak mau coba sekali lagi?"

Gue masih inget banget kata-kata mereka ketika gue bilang gue akan keluar dari balet. Ketika biasanya gue akan menjadi Akyla yang selalu menuruti apa permintaan kedua orang tuanya, malam itu, untuk pertama kalinya gue menolak mengikuti permintaan mereka, meskipun harus dengan tangisan ketika gue mengatakannya.

"Akyla, ada yang mau Mami bicarakan sama kamu."

Gue menatap Mami yang sedang beradu pandang dengan Papi. Papi menggenggam tangannya dan mengangguk pelan.

Ada apa?

"Kemarin Pak Barak telepon Mami."

Dunia gue seakan berhenti ketika Mami mengatakan nama itu.

Semua kenangan yang belakangan sering sekali berputar di otak gue, untuk sekali lagi bagai diputar lagi di otak gue, membuat gue mendadak merasakan mual.

"Dia mau ketemu sama kamu, sayang..."

"Kamu... mau?" tanya Mami perlahan.

Gue menelan saliva, tenggorokan gue mendadak menjadi sangat kering. Lalu gue mulai merasakan sesak.

"Mi...," panggil gue lirih.

"Aku udah berkali-kali bilang kalo aku gak mau ketemu mereka lagi, gak sekarang, ataupun nanti," jelas gue sambil terus menutupi rasa sesak yang semakin gue rasakan.

"Tapi Akyla, menurut Mami mungkin kamu masih bisa-,"

"Mi, berkali-kali juga Akyla bilang kalo Akyla gak mau balik ke balet, Akyla harus jelasin pake cara apa lagi supaya Mami paham?"

"Akyla! Papi gak pernah ngajarin kamu ngomong kayak gitu ke Mami kamu!" peringat Papi yang sejak tadi hanya diam.

Gue berusaha mengatur napas gue, mata gue mulai memanas, sebentar lagi gue yakin air mata gue akan mulai merebak ke permukaan.

"Jangan paksa aku lagi buat balik ke dunia yang aku gak suka," balas gue dan langsung pergi meninggalkan Mami dan Papi yang bergantian meneriakkan nama gue.

***

Akibat omongan dan pertengkaran tadi pagi gue jadi gak fokus di kantor dan memilih untuk lebih banyak diam.

"Kyl, you okay?" tanya Bang Viros, rekan gue di finance, dia mengurusi pembayaran juga kayak gue. Dia juga yang melatih gue selama seminggu ini, maklum Bang Juan lagi sibuk banget.

Understanding YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang