13.

463 67 6
                                    

All through the night,
Stay by my side

-- Rendy Pandugo, By My Side

***

Akyla

Altair
Nanti bawa sarapan apa?

"Pagi, Kyl, tumben udah dateng jam segini," gue mendongak dan membalas sapaan Bang Juan yang udah sibuk berkutat dengan berbagai dokumen finance padahal baru jam 8 pagi, maklum akhir bulan, waktunya closing. Jadi gak aneh kalo anak finance, accounting, dan tax bakalan jadi kuncen kantor alias yang pulang terakhir bahkan mungkin gak pulang, contohnya ya Bang Juan.

"Bang, gak pulang dari kemarin?" tanya gue ketika melihat Bang Juan masih mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin.

"Iye," jawabnya tanpa melihat ke arah gue.

Kalo Bang Juan gak pulang, bisa jadi...

Gue langsung melangkahkan kaki gue ke arah ruangan Altair sambil membawa tas kecil berisi sarapan untuknya.

Ketika gue mendorong pintu ruangannya, pemandangan di hadapan gue membuat gue menghela napas.

Gue letakkan tas yang gue bawa di atas meja penuh dengan kertas-kertas yang entah apa isinya, laptopnya bahkan masih terbuka tapi sudah mati karena kehabisan baterai.

Dia tidur meringkuk, mungkin kedinginan karena AC ditambah semalam juga hujan deras.

Kayaknya dia tadi pagi cuma chat gue buat nanyain gue bawain dia sarapan apaan terus tidur lagi.

Gue kembali menghela napas dan duduk di pinggir sofa tempat dia tidur.

"Alta..," panggil gue sambil menepuk-nepuk lengannya pelan untuk membangunkannya.

"Altair, bangun yuk, saya bawain sarapan," kata gue lagi kali ini sambil mengusap pipinya perlahan.

"Hmm?" Altair membalikkan badannya menghadap gue namun dengan mata yang masih terpejam.

"Bangun hey, udah siang," ucap gue dan mengusap pelan lengannya.

Perlahan dia membuka matanya dan merenggangkan badannya lalu duduk dengan mata yang masih mengantuk.

"Pagi banget," ucapnya lalu langsung merentangkan tangannya.

"Ngapain kamu? Pemanasan?" balas gue, membalas kata-katanya sewaktu di dufan.

Iya, semenjak itu, ketika salah satu di antara kami ada yang merentangkan tangan pasti akan direspon dengan kata-kata yang sama, padahal tujuannya gak pernah berubah, mau kasih pelukan.

"Kyl, buruan, mau peluk."

Gue terkekeh mendengar rengekan pelannya dengan wajah yang masih mengantuk lalu melingkarkan tangan gue di tubuhnya dan mengusap perlahan punggungnya. Kepalanya langsung bersandar di bahu gue.

"Tidur jam berapa semalem?" tanya gue, masih dalam posisi berpelukan karena Altair belom juga mau melonggarkan tangannya dari pinggang gue.

"Hmm, pas ujan pokoknya," jawabnya pelan.

Oh, berarti sekitar jam 2, soalnya gue inget waktu gue ke toilet sekitar jam 2 dan itu udah ujan. Lumayan juga dia dapet waktu tidur.

"You did great, Ta," ucap gue sambil kembali mengusap punggungnya.

Meski gue belom tau pasti apa yang membuatnya baru tidur jam 2 malam, tapi gak ada salahnya memujinya, setidaknya itu bisa memberikannya sedikit semangat untuk menjalani harinya yang berat.

Altair terkekeh pelan dan melonggarkan pelukannya, "Thank you," balasnya lalu mencium kening gue cepat.

"Bawa sarapan apa?" tanyanya ketika melihat tas kecil yang gue bawa.

Understanding YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang