2

594 72 1
                                    

ʕI trust you✧
.
.
.

Hari demi hari, tak terasa jeongyeon sudah bersekolah selama 1 minggu. Tak ada perubahan, ia tak memiliki teman dan tetap memandang jimin dalam diam.

Ingin rasa-nya ia dekat dengan si pria namun dia punya apa? Jimin adalah siswa yang paling terkenal di sekolah ini, digemari banyak wanita.

Sedangkan dirinya? Anak aneh, pindahan, bahkan teman dan keberadaan-nya saja tak diketahui.

Tapi entah kebetulan, keberuntungan atau takdir. Jeongyeon di pasangkan oleh guru dengan jimin untuk tugas matematika.

Jantungnya berdebar saat merasa jimin duduk di sebelahnya. Ia terus menunduk-kan kepalanya.

"Hei, apa yang sedang kau lihat di bawah sana?" Jeongyeon kaget bukan main karena jimin ikut menunduk-kan kepalanya dan tak lupa menghadap ke wajah jeongyeon sehingga mereka saling menatap.

Dengan wajah yang bersemu dan juga tak peduli untuk menjawab, jeongyeon menegakan tubuhnya dan menutup seluruh wajahnya dengan sempurna, menggunakan kedua tangan kosong miliknya.

"Ah kau sangat menggemaskan!" Jimin tertawa melihatnya. Ia bahkan berani untuk mengusap pucuk rambut jeongyeon.

"Hei hei, sudah tak usah malu, um hi aku jimin!" Tak sia-sia jeongyeon menatapnya, dia di suguhi oleh senyum bulan sabit yang membuat perutnya tergelitik senang. "Kau jeongyeon kan?" ucap jimin dan di balas anggukan oleh jeongyeon.

Mereka berdua mengobrol dengan senang, meski jeongyeon masih malu-malu untuk mengeluarkan suaranya. Terkadang kelakuan  jeongyeon membuat jimin gemas ingin mencubit pipi yang merona merah itu.

"J-jimin.." jeongyeon berbisik ditengah pelajaran berlangsung, jimin yang mendengar namanya dipanggil menatap sang sumber. "Ya?" Jawabnya ramah.

"Nanti.. kita kerja kelompok di rumah mu apa a-aku?" Jeongyeon menyumpahi dirinya yang terlihat bodoh dan tak sabaran ini. Jimin pasti berpikiran aneh padanya.

"Oh kau tak sabaran rupanya," jimin terkekeh pelan dan mengusap lembut kening jeongyeon. Setelah itu ia terfokus kembali kedepan untuk mendengarkan pejelasan dari guru, membiarkan jeongyeon yang sudah berubah warna seperti bunglon.

.
[I trust you]
.

"Jeongyeon, tunggu di luar ya, aku ada urusan sebentar!" Teriak jimin sebelum keluar dari kelas, jeongyeon yang tersenyum kecil hanya mengangguk dan memasukan barangnya kedalam tas.

Selesai membereskan barang, jeongyeon beranjak menuju ketempat parkiran motor. Melewati beberapa orang siswa, tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit.

Tempat tujuan sudah semakin dekat dan ternyata jimin sudah berdiri ditempat yang sudah dijanjikan dengan plastik putih di tangannya.

"Rupanya aku duluan yang sampai, ayo." Jimin menarik lengan jeongyeon pelan dan memberikan sebuah helm padanya.

Se-sampainya dirumah jimin, jeongyeon di buat kagum karena rumah yang teramat besar milik si pria. Jimin sih hanya tertawa kecil dan mengusap kepala jeongyeon lalu mengajaknya untuk masuk kedalam.

Lagi-lagi, rumah mewah ini membuat jeongyeon kagum, ia merasa malu jika mengingat rumah miliknya sekarang.

Jeongyeon bertemu dengan keluarga jimin. Ibunya ramah, adiknya baik namun ayahnya agak sedikit menyeramkan. Tapi jimin berkata bahwa sang ayah memang begitu jadi itu tak membuat jeongyeon takut lagi, hanya sedikit.

"Nah ini kamar ku!" Jimin terlihat ceria, ia terlihat senang. "Wah bagusnya..."

Komen jeongyeon membuat senyum jimin menghangat, pasalnya jeongyeon memberi ekspresi yang membuat dirinya berbunga-bunga.

"Sambil mengerjakan, ayo makan cemilan yang tadi ku beli hehehe~" jimin menggaruk tengkuk-nya yang tidak gatal, ia menyodorkan makanan nya pada jeongyeon.

"T-terimakasih.." senyum malu-malu jeongyeon membuat pipi jimin menghangat. Mungkin ia akan menyusul warna pipi jeongyeon nanti. []

I trust you; Jeongmin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang