5

487 68 2
                                    

Happy reading!

I trust you✧
.
.
.

-3 minggu berpacaran-

Tap tap tap

Suara jemari yang sedang mengetik di layar ponsel itu membuat jimin cemburu. Bagaimana tidak? Sedari tadi jeongyeon hanya menatap layar ponselnya sembari terkekeh pelan.

"Jeongyeon..." Jimin menatap jeongyeon dengan penuh minat namun sayang sekali, jengyeon tak menatapnya balik.

Seketika ide cemerlang muncul. Jimin tersenyum jenaka memikirkan hal itu.

"Hei! Apa yang kau lakukan.." jeongyeon kesal dan menatap jimin. Ia tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan sang kekasih. Mencubit pipinya beberapa kali? Itu sakit!

"Mencubit pipi mu.. apa lagi?" Jawabnya enteng.

"Rrr hentikan jimin.." geram jeongyeon dengan tatapan tajam.

"Aku tidak akan berhenti sampai kau memperhatikan ku sepenuhnya."

Pandangan jeongyeon melembut, jadi ini alasannya. Ia jadi merasa bersalah.

"Ah.. maafkan aku.. sini!"

Jeongyeon memberi ruang untuk mendekap jimin kepelukannya. Jimin dengan senang hati menerima. Ia memeluk joengyeon dengan sangat erat, seakan-akan ia akan kehilangannya didetik ini juga.

"Maafkan aku.. jeongyeon.."

Gumam jimin, napasnya terasa hangat di perpotongan ceruk leher jeongyeon. Matanya terpejam. Jimin terlihat sangat frustasi. Jeongyeon dibuat bingung dengan tingkah lakunya.

"Shh jangan katakan apapun. Aku nyaman begini."

Mungkin, jimin bisa membaca pikiran ku?

.
[ I trust you ]
.

Keesokan harinya, kedua dari mereka terlihat seperti orang asing namun sebenarnya tidak. Hal ini mereka lakukan untuk menghindari kericuhan.

Sebelum keduanya masuk ke kelas yang sama. Jimin berbisik dan mengusak surai jeongyeon dengan penuh kasih sayang.

"Sampai bertemu di atap nanti."

Jeongyeon mengangguk dan mempersilahkan jimin untuk masuk terlebih dahulu. Selang 4 menit, jeongyeon pun masuk.

Mengapa begitu? Ingat, mereka melakukan hal ini agar tidak ada yang curiga bahwa mereka sedang menjalani kasih. Jeongyeon yang meminta itu pada jimin. Karena permintaan jeongyeon, sang kekasih. Jimin pasti akan sulit untuk menolak.

Seharusnya pelajaran dimulai, namun karena sang guru absen, otomatis kelas tersebut mendapati jamkos.

Ingin rasanya jeongyeon menghampiri jimin namun itu tidak mungkin kan? Akan bahaya jika begitu. Daripada tidak ada kerjaan, lebih baik ia menggambar saja.

"Hei, kudengar kang seulgi dari kelas sebelah mengaku bahwa dia sedang jatuh cinta!"

Gerakan tangan-nya terhenti, ia tak sengaja mndengar pembicaraan kedua yeoja dibelakangnya. Kang seulgi? Yeoja terkenal nan cantik itu?

"Kau benar! Aku dengar dia menyuk-"

Semuanya terdiam, guru yang-absen- itu masuk ke kelas dengan keringat yang bercucuran. Ia meminta maaf dan memulai pelajaran yang terlewat 35 menit.

"Sekali lagi saya minta maaf! Mari kita mulai pelajarannya sekarang!"

.
[ I trust you ]
.

Sesuai janji, jeongyeon beranjak dari tempat duduknya-mengambil kotak makan- dan berlari meninggalkan kelas.

Jimin memintaku untuk memasak masakan buatanku. Katanya enak, jadi aku buatkan dengan senang hati!

Dirasa sudah dekat dengan atap sekolah, jeongyeon memperlambat jalannya. Ia bersenandung senang.

Berduaan diatap memang sudah menjadi kebiasaan dari kedua insan tersebut. Mereka bisa memandangi langit dengan puas, menghabiskan waktu berdua, dan hal lainnya. Sejauh ini belum ada orang yang tahu hubungan diantara keduanya.

"Boo!!"

Suara yang masuk dari telinga kiri lebih awal itu membuat jeongyeon kaget. Ia bahkan reflek menonjok-yang beruntungnya itu hanya sang kekasih, park jimin- pipi sang tersangka.

"Aishh.. ini sakit.."

Seketika jeongyeon sadar bahwa orang yang ditonjok itu tidak lain dari jimin. Pipinya terlihat bengkak memerah. Ah aku kaget.

"Ya! Maaf! Aku tidak tahu kalau itu kamu jimin..."

Jeongyeon membelai wajah jimin dan memeriksa jika ada luka lebih. Jujur, ia sangat khawatir sekarang.

"Ah, apa sakit?"

"Tentu saja, ini sakit.."

"Aduh.. um ayok kita duduk dulu disana."

Jari telunjuk jeongyeon menunjuk ke arah tempat yang akan mereka duduki. Jimin hanya mengangguk dengan geraman sakit. Jeongyeon sebagai seorang yeoja lumayan juga untuk tinjuan yang seperti itu. Benar benar yeoja idaman.

"Ah bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus ke UKS untuk mengambil kotak P3K?"

Raut panik jeongyeon membuat hati jimin menghangat, ia juga gemas.

"Tak usah, aku tahu cara lain yang ampuh dan cepat!"

Jimin tersenyum dan menatap jeongyeon.

"Apa itu?"

"Kecup. Beri aku kecupan disini, dengan begitu rasa sakit akan hilang!"

Jimin menyodorkan pipi terlukanya, alis nya naik turun dan seringai terpajang di wajah tampan sang namja.

Hal itu berhasil seratus persen untuk mengubah wajah jeongyeon menjadi bersemu.

"Um baiklah."

Jimin membelalak kaget, karena ia pikir jeongyeon akan mengelak. Namun siapa sangka dewi fortuna ada di pihaknya.

Jeongyeon mendekat, ia mengelus pelan, lembut, dan juga hati-hati pipi terluka jimin. Tak lama,

Cup

1 detik

5 detik

8 detik

"Lagi.."

Kali ini bukan pipi yang di kecup namun bibir kemerah mudaan milik sang yeoja. "Aku mencintai mu, jeongyeon." []

•| Makasih yang udh vomen😶💜
Kalau ada typo abaikan aja ye😂
Ah aku bikin cerita lagi, judulnya graveyard. Mungkin aku pub nya klo cerita ini dah aku beresin. Dannn mau bikin social media twitter ver bangtwice. Lol

I trust you; Jeongmin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang