7

466 67 14
                                    

Abaikan typo.
Happy reading!

I trust you✧
.
.
.

Angin mengusik rambut sang yeoja yang sedari tadi menunggu bis datang. Biasanya jimin akan menjemputnya tetapi kali ini ia tak datang.

Tak apa, mungkin jimin masih sakit. Tak ada kabar.. pesannya belum jawab, dibaca saja tidak.

"Jimin... Aku khawatir, apa aku kerumahnya saja? Sudah dua hari dia tak masuk.."

Sempat berpikiran negatif untuk membolos namun ia urungkan. Mungkin besok jimin akan masuk ke sekolah. Lagian kalau membolos ia akan mengecewakan kedua orang tuanya.

Sesampai disekolah, jeongyeon berlari kecil menuju loker miliknya dan berlaju ke dalam kelas.

Saat masuk ke dalam kelas,
Disana, namja yang ia khawatirkan sedang duduk bergerombol dengan teman-temannya. Tertawa bahagia karena salah satu temannya melawak.

Jeongyeon membeku ditempat, menatap sang kekasih dengan pandangan yang tak dapat di artikan. Ia berdehem, berharap mendapat perhatian si namja.

Ia berhasil, jeongyeon tersenyum ke arahnya. Ah.. nihil ia tak dapat apa-apa selain pandangan kosong dari jimin.

Ah aku lupa, kita ada ditempat umum.. ya.. itu.

Jeongyeon mendapat respon yang jauh dari harapannya itu dengan cepat berpikiran positif. Tidak mungkin kan.

.
[ I trust you ]
.

Waktu yang jeongyeon tunggu-tunggu akhirnya datang. Waktu istirahat.

Jeongyeon berjalan menuju atap sekolah dengan dua kotak bekal ditangannya. Senyum tulus terlukis di wajah cantiknya. Memikirkan betapa rindunya dia pada sang pacar, park jimin.

Sesampainya di atap sekolah, ia mengernyit heran. Tak biasanya jimin telat. Sebelum ke sini jeongyeon sudah telat beberapa menit jadi dimana jimin?

Jeongyeon duduk di tempat yang selalu mereka tempati. Tempat itu tak pernah mengecewakannya. Tak pernah jika mereka tak mendapatkan memori manis jika sudah diam disitu. Tempat itu selalu menjadi tempat favoritnya.

Waktu berlalu...
Sudah 30 menit jeongyeon menghabiskan waktunya untuk memandang langit. Menunggu jimin, menunggu jiminnya untuk datang dan menarik dirinya kedalam dekapan sehangat api unggun saat berkemah. Hangat..

"Jimin..."

.
[ I trust you ]
.

Istirahat selesai, jimin tak kunjung datang. Jeongyeon memandang langit dengan mata sayu dan perasaan sakit.

Ada apa dengan jiminnya?

Memutuskan untuk tak lama berdiam, jeongyeon berdiri dan berjalan menuju ke kelas dengan lemas.

Sesampainya dikelas jeongyeon dibuat bingung dengan keadaan kelas yang sepi. Kemana semua orang? Guru bahkan siswa kelas lain juga tak ada.

"WAHHH SELAMAT YA!!!"

"KAN BENER KAN!!"

Suara teriakan terdengar, kalau didengar lagi, sumber suara itu berasal dari lapangan sekolah.

Jeongyeon berjalan kesana. Melihat kerubunan siswa dan guru guru yang tampak bahagia.

Sungguh jeongyeon penasaran tetapi hal yang menjadi titik pusat perhatian tertutup oleh banyak orang.

"Mereka cocok banget.."

"Aduh couple of the year nih.."

"Yang satu ganteng, bertalenta yang satunya juga cantik, bertalenta. Dih cocok bro.."

Kalau tak bisa melihat si pusat perhatian, mengapa tidak mendengar saja omongan siswa lain?

Jeongyeon berusaha menangkap apa yang mereka omongkan, namun ia menyesal.

"Kang seulgi dan Park jimin, selamat yaa!!!"

Mendengar itu, jeongyeon mendorong orang-orang yang menghalangi si pusat. Pikiran positif yang selalu membuat dirinya mempercayai sang kekasih kini hancur, runtuh dengan begitu saja.

Benar saja, orang yang sedang mencium yeoja lain adalah sang kekasih, park jimin.

Kini jeongyeon sadar. Mau bagaimanapun juga.. dirinya tak akan mendapatkan sebuah kebahagiaan, ia hanya dipermainkan.

Memang, memiliki seorang namja seperti park jimin itu hanyalah sebuah mimpi. Mimpi yang sangat indah. Tetapi mimpi tetaplah mimpi. Tak ada lagi yang bisa ia ubah.

"Terimakasih.. kau sudah memberikan ku sebuah kebahagiaan... Jimin. Meski tak selamanya namun itu berarti bagiku." Bisik nya.

Jeongyeon membalikan tubuhnya, pergi menjauh dari keramaian. Ia mengabaikan fakta bahwa jimin telah menyakitinya. Jeongyeon bersyukur karena jimin mau memberi sebuah kebahagiaan untuknya. Ia tak mau egois. Ia tak akan menampar, meneriakinya atau bahkan mencaci maki jimin.

Mundur dan mengalah... Yah.. itu saja yang bisa jeongyeon lakukan.[]

•|Makasih yang dah baca+vomen ini cerita😖🙏
Inget ya ini short story hehehehe. Lagi mikir.. sad atau happy end ya?🤔
M

aaf, aku gak bisa bikin cerita yang bagus, yah... Aku gak pro, aku cmn have fun aja bikin cerita☺️ tapi sumpah aku seneng banget kalau ada yang baca dan vomen ini cerita😭💜

I trust you; Jeongmin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang