9 (end)

673 54 6
                                    

Hiii!!! Maaf... Baru up... Um idk apa yang harus ku katakan lagi tapi.. ada masalah di kehidupan rl sampai gak bisa up ini cerita, maaf  ya! Tapi tenang sekarang bisaa meski slow hehehe... Ini chapter terakhir, semoga suka!... Masih ada yang baca gak ya:')?

Maaf pendek, abaikan typo!

Met baca!

[ I trust you ]
.
.
.

Dengan luka lebam disekujur tubuh, jimin tersenyum paksa bahkan dengan tubuh-nya yang terhuyung kebelakang karena satu bogeman panas ia terima di hidung-nya, tetap, jimin masih bisa tersenyum.

"Sudah appa bilang beberapa kali... Jauhi wanita murahan itu PARK JIMIN!!" Lagi-lagi bentakan jimin terima.

"Diam kau pak tua. Aku muak dengan semua tingkah laku mu. Sudah tua diam saja. " Senyum masih bertahan diwajah-nya. Dan tak lama, suara ketukan terdengar. "Hehehe.. akhirnya.."

Tampak-nya itulah alasan mengapa seorang namja muda ini tersenyum meski rasa sakit tak bisa ia pungkiri.
"Tuan Park, anda saya tangkap atas kekerasan dalam rumah tangga ini. Anda telah menyakiti istri dan anak anda." Mata tuan park mebelalak tak percaya, ia sempat melirik jimin yang terduduk lemah dengan polisi yang membantu-nya disekeliling. Tatapan kebencian ia lontarkan, jimin dibuat tunduk olehnya.

[ I trust you ]
.
.
.

Matahari masih malu-malu untuk keluar dari tempat-nya. Jimin berlari tergesah-gesah untuk mengejar sang kasih. Bulir air mata kebahagiaan keluar dari mata sebelah kanan-nya. Akhirnya ia bisa keluar dari masalah ini, ia akan menjelaskan semua alasan dibalik sikap buruk yang ia beri pada jeongyeon.

Aku diancam.. ia mengancam ku.. ia tak setuju dengan hubungan kita jeongyeon. Sungguh, aku ingin memperjuangkan cinta kita, tapi aku tak bisa. Aku memang lemah, pengecut. Pak tua sialan itu berencana untuk membunuh eomma. Bahkan ia memukuli ku setiap aku menghabiskan waktu dengan mu. Dia juga berencana untuk melukaimu. Tolong mengertilah.

Disini dia. Berdiri didepan pintu berwarna cokelat yang terasa familiar ini. (Maaf aku gak pernah nyeritain klo jimin pernah ke rumah jeongyeon- um atau udah ya?)

Ia ketuk pintu tersebut. Beberapa kali. Nihil, tak ada jawaban.

"Oh? Mencari siapa?"
Seseorang membuka, namun itu bukan orang yang jimin cari.

"A-ah um.. yoo jeongyeon.. apa dia ada didalam?" Tanya jimin dengan gugup, jantungnya sudah berdebar tak karuan.

"Oh! Keluarga yoo? Ah mereka sudah pindah kemarin malam." Jawab sang yeoja tua dengan senyum yang hangat. Namun berbeda dengan jimin.

"P-pindah?? K-kemana??"

"Ah maaf, aku tidak tau keluarga yoo pindah kemana anak muda." Jawabnya lagi. Kini dengan wajah yang terlihat iba.

Jimin mengangguk lalu membungkukan tubuh-nya. Pergi menjauh dari sana. Rasa nyeri terasa di dada miliknya. Jeongyeon...

Air mata mengalir. Yang ini berbeda dari yang sebelum-nya. Rasa bahagianya tergantikan sekarang. "Ah.. aku telat.." ia menunduk, merenung lalu menatap ke ponsel-nya.

Tampak berpikir dan benar saja, ia mendapatkan ide. Mungkin ini kesempatannya yang terakhir, bahkan satu-satunya untuk jimin.

> Jeongyeon, ini aku park jimin. Aku ingin minta maaf, seharusnya aku cerita padamu. Aku.. aku terpaksa melakukan hal ini. Appa tidak setuju dengan hubungan kita.. iya, betul. Aku memberitahu appa tentang hubungan kita. Itu karena aku serius dengan hubungan ini jeongyeon. Maafkan aku, aku tidak pernah bahkan tak pernah berpikir untuk menyakiti mu. Menyakiti mu adalah tindakan terakhir yang ingin ku lakukan di dunia ini. Maafkan aku, aku sudah berusaha jeongyeon.. namun.. kau tahu? Aku selalu berakhir luka-luka disekujur tubuhku. Bahkan ia tak segan untuk menyakiti eomma ku jika aku tak menurut. Maafkan aku jeongyeon, aku mencintai mu, sangat. Aku memang pengecut, lemah, penakut, pecundang disini. Aku memang pantas mendapatkan semua hal ini. Jadi.. kumohon bahagia selalu jeongyeon... Aku akan menyalahkan diriku sendiri jika sampai tidak.. ah.. bahkan aku sudah menyalahkan diriku sendiri sekarang.. dasar park pabo jimin.. hahaha.. aku.. aku mencintaimu.. bahagia selalu jeongie ku!<3

Pesan tidak terkirim❗

[Sebelum-nya]

Jeongyeon mengusap air matanya, ia memandang keluar, melihat beberapa mobil yang melaju kesana-kemari. Aku membenci mu park jimin.

Ia membuka kartu yang berada dalam ponsel satu-satunya, membuangnya keluar hingga pecah dan tak berbentuk. Cih buat apa aku memiliki benda sialan itu.

Dari situlah, pesan seorang park jimin tak pernah tersampaikan, bahkan ia tak pernah bertemu dengan Yoo jeongyeon lagi.

End.

Maaf ending nya jelek😭🙏
Hm apa masih ada yah yang baca? Gak yakin aku hahahaha gpplah yang penting up:')

Klo masih ada yang baca aku bakal lanjut bikin cerita lagi.. hehehe.
Makasih ya buat yang dah baca ama vomen, lop u♥️

I trust you; Jeongmin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang