4

485 70 7
                                    

I trust you✧
.
.
.

Ini terjadi dengan sangat cepat, jeongyeon dan jimin disuruh untuk mengambil buku ke perpustakaan bersama. Di dalam sana hanya ada mereka berdua dan si penjaga perpustakaan.

Ini berawal saat jimin menarik lengan jeongyeon untuk menghindari rak buku yang akan jatuh, dan berakhir dengan tubuh jimin yang tertimpa jeongyeon.

Maniknya saling bertatapan, deguman jantung bisa mereka rasakan satu sama lain. Jimin tampak sedang menahan sesuatu, begitu juga dengan jeongyeon.

Apa mereka bisa merasakan hal dan perasaan yang sama saat itu?

"J-jeongyeon.. bolehkah.. aku?" Mata jimin telihat menghitam, menatap jeongyeon layaknya sebuah santapan yang ia tunggu-tunggu.

Jeongyeon mengangguk perlahan dan dengan cepat jimin meraup bibir mungilnya. Perlahan dan lembut.

Ciumannya terasa seperti rumah, seperti tempat yang kau inginkan selama ini tapi kau tidak tahu tempat itu dimana. Seperti pagi yang menyenangkan, pagi yang selalu ia tunggu.

Namun, pikiran negatif menyerang jeongyeon. Dengan kasar jeongyeon melepas tautan keduanya dan berlari sejauh mungkin. Menghiraukan jimin yang terlihat khawatir sembari memanggil namanya.

Tidak..kau tak pantas untuk pria sesempurna jimin. Kau tak layak mendapatkan itu semua. Kau tak layak mendapatkan sebuah kesenangan.

.
[I trust you]
.

Pandangannya kabur, air mata bercucuran kebawah, sudah jam pelajaran masuk lima menit yang lalu.

Jeongyeon menatap cermin, melihat refleksi dirinya disana. "Aku terlihat menjijikan sekali. Aku bingung kenapa pria seperti jimin mau berteman dekat dengan ku." Seketika ia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, ia pegang bibirnya dan terkekeh pelan.

"Aku harus minta maaf pada jimin karena ia menyiumku. Bukan kah aku menjijikan? Kenapa dia mau saja..."

Ingin sekali jeongyeon merasakan sebuah kesenangan, bolehkan ia mencintai seorang park jimin? Tapi, apa jimin akan membalas cintanya.

Bukankah sudah jelas? Semua yang dilakukan jimin itu menunjukan sebuah cinta. Apa boleh ia berpikiran begitu?

"Jeongyeon... Aku tahu kau ada didalam.." Suara jimin yang terdengar letih membuyarkan lamunan jeongyeon. Beruntung dia mengunci pintu kamar mandi.

"Biarkan aku masuk jeongyeon.." jeongyeon tak menjawab, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya meski jimin tak bisa melihat apa yang di lakukannya.

"A-apa kau marah?? Apa aku berlebihan jeongyeon??" Geming, tak ada suara. Hanya suara isakan kecil yang terdengar.

"Buka... Kumohon..maafkan aku karena sudah lancang mencium mu.."
Suaranya bergetar, jeongyeon dapat merasakan kesedihan di situ. Ia luluh, dibukakannya pintu kamar mandi olehnya.

"Bukan.. itu aku tidak marah.." pandangannya kebawah, ia tak berani menatap manik lawannya. Namun jimin dengan cepat menangkupkan kedua tangannya, lalu menyuruh jeongyeon menatap kedua galaxi kehidupan miliknya.

"Aku mencintaimu jeongyeon.." mau tak mau mata jeongyeon membalas tatapan jimin, mulutnya terbuka lalu tertutup lagi, ingin berbicara tapi apa? Ingin merespon tapi dengan apa?

"K-kau bercandakan.."

"Tidak.. aku tidak bercanda.."

"Kau bohong!" Sontak jimin kaget mendengar bentakan jeongyeon. Apa ia salah? Apa salah menyatakan perasaan yang ia pendam?

"Hei, apa selama ini aku terlihat bodoh untuk melakukan hal hal manis dan romantis tanpa memiliki sebuah perasaan padamu?" Jimin mendekatkan wajahnya pada jeongyeon.

"Percayalah... Aku mencintai mu sepenuhnya yoo jeongyeon.. jadilah pacarku.."

Jeongyeon tak berkutik namun mengangguk. Ah ternyata perasaannya terbalaskan.[]

•|Alurnya cepet ya? Wkwkwkwkwk ingat ini short story! Tapi aku udh nyiapin yang panjang ea-

I trust you; Jeongmin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang