05. Pemeran cadangan

8 0 0
                                    

"Tadi lo beli bunga, kan?" tanya Kayla ke Rama saat mereka berdua berjalan pulang.

Rama mengangguk kecil.

"Buat siapa? Cyeee... Anak gue dah gede ugha euy!" goda Kayla.

"Buat temen lo tadi."

"Hah?! Sisca?!"

"Hm."

"Sejak kapan lo naksir Sisca?"

Rama terdiam. Ia mengangkat bahunya.

"Gue gak naksir, cuma mau ngucapin terima kasih."

Kayla memiringkan kepalanya.

"Buat?"

Rama menghentikan langkahnya lalu menghadap arah Kayla. Kayla juga otomatis menghentikan langkahnya.

"Buat udah mau ceramahin lo yang batu banget kalo dibilangin," kata Rama. "Sekaligus ngejaga elo dari manusia pengembala cewek itu."

Kayla menghembuskan nafasnya. Ia tau, teman-temannya sampai Rama benar-benar menyayanginya sepenuh hati dan ingin mencoba menjaganya dari Raja yang notabenenya hanya menjadikan cewek-cewek yang menjadi pacarnya sebagai mainan semata.

"Maaf yah Ram kalo gue susah dibilangin."

Rama menatap miris teman masa kecilnya itu, ia benar-benar sudah kehilangan akal untuk menyadarkan Kayla. Benar-benar keras kepala. Jika saja ada kontes manusia terbucin di dunia, maka itu mungkin akan jatuh ke Kayla.

"Lo gak usah minta maaf ke gue, minta maaf ke hati lo. Udah sering sakit tuh." Rama mengusap kepala Kayla dengan penuh kasih sayang.

"Gue gak bisa lagi Kay, gue gak mampu lagi buat nyadarin lo soal dia. Yang sekarang gue bisa lakuin buat elo yah cuma ini. Ngejagain lo aja, kalo nanti sampe dia kelewatan banget, disitu juga lo bakal liat dua banteng saling seruduk." Rama cuma tersenyum tipis lalu melanjutkan jalannya yang terhenti.

Kayla meneguk ludahnya sendiri. Ia tau Rama adalah orang yang tenang, dingin, cuek tapi jika saja ada yang mencoba menyakiti Kayla, Rama akan menghabisi orang itu, tidak pandang bulu.

Mungkin jika itu cewek, Rama hanya akan sekedar mempermalukan atau menyiksa mereka dengan sindiran yang kadang bisa menyiksa batin.

Beda cerita kalau yang menyakiti Kayla adalah cowok, di saat itulah kalian akan melihat pertarungan singa jantan yang mencoba membunuh satu sama lain.

"Oh iya Kay, gue mau bilang kalo..." Rama menghentikan ucapannya saat mereka berdua menaiki angkutan umum.

"Apa?"

"I-itu..."

"Ngomong gih!"

"Gue masuk ekskul drama," ucap Rama malu-malu. "M-menurut lo?"

Kayla terkejut bukan main. Bagaimana mungkin seorang cowok hemat kalimat seperti Rama akan bergabung di ekskul drama? Justru sebaliknya Kayla berpikir Rama akan cocok masuk di ekskul literasi, atau jika saja ada ekskul minum teh ala bangsawan mungkin Kayla benar-benar akan memaksa Rama bergabung di ekskul itu.

"Elo?" Rama mengangguk memastikan. "Ekskul drama?"

Rama mengangguk lagi.

"Wait! Wha--" Kayla tidak bisa berkata apa-apa.

"Lo habis ketiban durian atau apa?! Kok bisa sih anjir?"

"Mama bilang gue harus melatih diri gue buat lebih banyak bersosialisasi, lebih banyak membangun hubungan dengan orang lain, melatih komunikasi gue dan lain-lain."

R A J ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang