siete

395 82 27
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15.36

"Saya sudah berkata jujur, memang benar saya terlibat dalam percekcokan itu tapi saya, sekali pun tidak pernah bilang pada Siyeon agar dia lebih baik mengakhiri nyawanya." ujur Chaewon dengan nada setenang mungkin, lagipun dia tidak berbohong yang dia ceritakan berdasarkan fakta.

"Lalu apa yang kalian perbincangkan waktu itu? Mengapa sampai terjadi aksi dorong-dorongan?"

"Ibu tidak meliat rekaman itu dari awal? Siyeon mau bunuh diri bu! Dia mau lompat, saya sebagai temannya wajar jika saya cegah dia."

Polisi itu menghelai nafas dengan sorot matanya masih tertuju pada Chaewon.

"Kami sudah memiliki bukti lain." Ujur polisi lainnya, yang kini mengeluarkan sebuah buku berukuran sedang berwarna ungu.

"Ini buku diary saudari Siyeon, di dalamnya banyak ungkapan terkait tekanan batin saudari Siyeon." lanjut polisi itu.

Chaewon menelan ludahnya, pasal diary ini dirinya tidak tahu sama sekali.

"Kalau kamu mau mengaku sekarang saya bisa bantu kamu, mengingat umurmu yang masih belum dewasa hukumanmu akan diperkecil oleh kejaksaan."

Chaewon yang tertunduk kini kembali menatap dua polisi itu, lagi-lagi dia menghelai nafas. Ternyata begini ya rasanya diinterogasi polisi, pantas saja zaman sekarang para penjahat semakin pintar mungkin karena mereka sering keluar masuk penjara dan sering menerima interograsi seperti ini.

"Kamu juga belum menjawab pertanyaan saya tadi. Apa yang kalian berdua biacarakan?"

"Saya berbicara tentang mimpi saya, Saya berbicara tentang bagaimana diri saya yang tidak suka jika ada orang terluka di depan saya. Apalagi jika itu orang terdekat saya."

Kedua polisi itu mengerinyit, satu poin yang tidak mereka pahami.

"Bercerita mimpi seperti apa?"

Chaewon terdiam, apa iya dia harus ceritakan kelebihannya?

"Soal itu saya tidak bisa cerita, privasi."

"Kami bisa jaga privasi itu, ceritakan saja jika ingin bercerita nak." Polisi perempuan itu menjadi duduk di samping Chaewon.

"Saya tahu anda berdua diperbolehkan berbohong dalam situasi seperti ini kan?"

Kedua polisi itu menatap Chaewon dengan sudut bibir sedikit terangkat.

"Ini, tuliskan apa yang ada dipikiranmu saat ini."

Chaewon mendongak pada polisi laki-laki yang menyodorkan kertas dan bolpoin kepadanya.

"Buat? Ah oke, sebelum itu saya mau mengajukan pertanyaan boleh?"

Kedua polisi itu mengangguk.

"Apa tidak ada pelaku lain yang dicurigai selain saya?"

Polisi disebelah Chaewon tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai.

pesadilla | Kim ChaewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang