dos

735 117 20
                                    

Senin, 18 November 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin, 18 November 2019. pukul 20.30

Dari luar jendela Chaewon dapat melihat bagaimana butiran salju putih turun dengan derasnya. Dering dari ponselnya membuyarkan lamunan gadis itu.

Panggilan tidak terjawab (7)

김준규 (6)

2-1 (68)

Grup GO (7)

Chaewon tidak berniat membuka, dia hanya membaca lewat widget.

|Chaewon gue Junkyu
|Chaewon?
|Chaewon bukan sih?
|Jahat banget gak di baca
|Add back temennya Chaeyeon
|Yang tadi dikanti duduk sebelah lo.

|Ayahnya anak 2-3 meinggal kecelakaan tadi
|Kecelakaannya daerah gangnam
|Beritanya tabrakan dengan truk saat lampu merah

|SUMPAH GUE LIHAT DI TKP!
|Ngeri ih, jalanan yang gak pernah macet jadi macet
|Emang ayahnya anak yang mana sih?
|Tau Choi Soobin gak? iya itu anaknya yang kecelakaan
|Yang diem anaknya? tpi ganteng😆
|Cowok aja tau semua lo!

Chaewon menatap ponselnya, dia baru tau jika orang yang gagal ia selamatkan barusan adalah orang tua teman sekolahnya. Dia jadi penasaran siapa itu Soobin, lebih penasaran lagi bagaimana perasaan anak itu.

Chaewon menghelai nafas, selalu saja seperti ini siklusnya. Dia mendapat mimpi kemudain berkeinginan menyelamatkan dan mencegah agar hal buruk tidak terjadi namun hal itu selalu berakhir tidak terwujudkan.

Chaewon muak.

Kenapa diantara miliyaran orang di dunia bahkan jutan orang di Korea kenapa harus dia? kenapa tidak orang lain saja yang memiliki kemampuan untuk mencegah semuanya terjadi. Tapi Chaewon selalu ingat pesan seseorang pada mimpinya dulu,

Takdir seseorang ditentukan ketika dia akan dilahirkan ke Dunia, tidak ada yang akan bisa mencegah takdir.

Tapi takdir bisa dirubah dengan usaha dan juga doa.

Tapi sampai sekarang Chaewon masih belum bisa mengubah apapun, dirinya lebih memilih mengikuti jalan lurus dalam hidupnya. Dia akan terima walau berat hati takdir hidupnya, sembari berdoa semoga ada sebuah keajaiban di masa depan.

🌑

Selasa, 19 November 2019. pukul 01.32

Pemuda itu mengantongi ponselnya, dirinya tengah berada di pelataran rumah sakit tidak berniat masuk kembali kedalam padahal malam ini salju turun lumayan deras. Dirinya masih belum bisa terima apa yang baru saja Tuhan berikan padanya. Ayahnya meninggal dunia, Ibunya yang tidak bisa menerima kenyataan justru ikut mengakhiri hidupnya dengan menembakan pistol ke tubuhnya sendiri, dan semua itu terjadi hanya dalam kurun waktu 5 jam. 17 tahun dia dan keluarganya hidup bahagia, hanya butuh waktu 5 jam untuk menghancurkan semua kebahagiaan itu. Setidak adil itu dunia padanya?

"Soobin ayok balik."

Pemuda itu menoleh, mendapati seorang pemuda lainnya tengah tersenyum dan berjalan ke arahnya.

"Lo mau kena darah beku berdiri di sini terus? ayok gue anterin balik."

Tanpa mendengar jawaban Soobin, pemuda itu menarik lengan Soobin dan menggeretnya ke dalam mobil.

"Lo mau anter gue kemana? gue gak punya rumah Jun."

Junkyu menoleh pada sepupunya itu, walau Soobin tidak bercerita dia paham betapa hancurnya perasaan sepupunya ini.

"Lo tinggal pilih mau dianter kemana rumah gue, rumah kakek, hotel, apartemen, atau sekolah gue tau tempat favorit lo itu sekolah." Canda Junkyu yang fokus menyetir mobilnya.

"Kalau ada orang yang lo suka disana lo pasti betah."

Junkyu menghentikan tawanya, topik yang selama ini belum pernah mereka bahas. Pasal seorang gadis, pacar atau sejenisnya.

"Siapa yang lo suka? walau gue anak baru banyak kok cewek yang ngajak gue kenalan."

Giliran Soobin yang menoleh sesaat lalu kembali melihat kearah depan.

"Cewek yang gue maksud bukan salah satu diantara mereka."

"Dia kayak type cewek yang gak mau chat duluan."

Soobin mulai membayangkan wajah gadis itu, beban pikirannya tiba-tiba menghilang saat membayangkan wajah gadis itu.

"Dia beda dari yang lain." guman Soobin

"Lo sendiri, ada yang lo suka?"

Junkyu mengangguk lengkap dengan senyuman khasnya.

"Ada, pandangan pertama malahan, random banget orangnya."

"Kalau orang yang gue suka pendiem, serius banget kalau baca buku."

Keduanya tersenyum, dipikiran mereka terbayang wajah gadis itu. Hingga mereka sampai di rumah Junkyu.

Chaewon :
|Oke
|Junkyu mau nanya
|Gak Jadi

Kebetulan sekali yang ada di pikirannya membalas dia.

Junkyu :
|AKHIRNYA LO BALAS JUGA
| Mau nanya apa?
|Bakal gue jawab kok :D

"Junkyu Soobin, yaampun mama tungguin dari tadi."

Keduanya menoleh pada seorang wanita itu Kim Jisoo mama Junkyu, adek ipar mamanya Soobin.

"Soobin sayang tante turut berduka ya."

Soobin mengangguk.

"Kamu mulai sekarang tinggal sini aja, temenin adekmu itu."

Jisoo menunjuk Junkyu, yang ditunjuk tidak terima dipanggil adek.

"Aku lahir duluan daripada dia, kok aku adek? kakak lah!"

"Junkyu anterin ke kamar sebelahmu, mama udah siapin."

Jisoo berbalik menghadap Soobin.

"Kamu istirahatya besok kamu harus kuat."

"Iya tante."

Jisoo tersenyum kemudian berjalan terlebih dulu menuju kamarnya.

"Jun, gue tidur kamar lo ya?"

Junkyu diem otak nya lagi proses dulu sebelum ngiyain.

"Oce sekuy."

~pesadilla~

the Salvador

Choi Soobin

tokoh utama udah keluar semua, tapi nanti jelas ada tokoh pendukungnya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tokoh utama udah keluar semua, tapi nanti jelas ada tokoh pendukungnya :)

makin lama makin gak jelas karena diriku amatir. Sekian.

pesadilla | Kim ChaewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang