ina

40 5 1
                                    

kembali lagi, pada diriku, minggu sore, sedang bermalas malasan di kamar,sehabis ibadah ashar.

yasudah, selamat menghilang tanpa kabar, aku tidak menyayangkan kehilanganmu!
hobi ya main petak umpet?

batinku, meratapi kisah ku sendiri,

"kenapa sih? rey?!
kalau ngga niat ya dari awal gausah kaya gini!, bikin pikiran aja, brina nih juga, kenapa si?! aku sebel sama diriku sendiri"
aku, kembali memaki diriku sendiri, dan, REY tentunya

"dekk brinaa!, keluar heh" suara kakakku
"paan?" kataku berteriak,yang masih berada di bawah selimut,

"bunda tuh, bunda, roti yang kamu minta, dah mateng"
"bentar kak bentar, nanti nyusul"
"nangis ya?"
"apaan?"
"suaramu itu, sengau" kata kakaku

kami berbicara dibatasi oleh pintu kamarku, aku menangis!
memikirkan rey, manusia sialan

aku mencuci wajahku, lalu keluar kamar, langsung mencium aroma roti buatan ....

"bunda, rotinya udah boleh dimakan? mana yang pesenan orang? mana yang pesenan brina? brina bantuin apa? mana yang full keju?" tanyaku bertubi
"aduh aduh, baru aja keluar kamar lo!" kata bunda ku
"papa mana?" tanya kakakku
"kumpul, sama temen temen kantor" jawab bunda

"brin, kamu kenapa sih? siapa yang berani bikin kamu nangis?" tanya kakaku
"dihh, biasanya aja gamau tau, sekarang sok mau tau, mau cari bahan bully ya?" tanyaku
"iyalah, yakali abang mu ini peduli" jawab kakakku

"saudaraan kok ya kaya gitu" bunda ku menengahi

aku dan kakakku tidak membalas perkataan bunda, hanya terdiam dan menundukk

selesai makan roti, aku kembali ke kamar, membuka hp, menyalakan musik dari radio milik kakekku, yang sudah sangat tua, itu favoritku,

aku pun menuju rak buku, tempat aku menyimpan banyak karya karya orang yang dibagikan lewat tulisan, dan dapat aku nikmati tentunya

ahh, buku puisi karya eyang sapardi, pemberian fulka, diberikan saat aku ulang tahun,
"hujan bulan juni"

saat aku mulai membacanya, aku teringat sesuatu, ah! kejadian di perpustakaan,aku segera menutup buku pemberian fulka, aku meraih handphone ku,lalu? aku ceritakan pada naey lewat telepon, tentang perpustakaan itu.

'ahh, mana ada, orang sedang salting, jantungnya sedang berdegup kencang diatas batas normal, memikirkan dengan matang kata kata yang akan ia lontarkan, terus mana bisa ia membedakan mana serius mana bercanda, tujuannya? ya agar dia tidak merasa malu, untuk me-nameng-i dirinya sendiri'
itu jawaban naey, puas? lumayan.

setidaknya aku bisa tersenyum karena itu,

aku memutuskan untuk pergi menuju pusat kota,
hanya untuk, sekedar menikmati matahari tenggelam.
ditengah tengah hiruk pikuk kota bandung,

dengan menggunakan bus kota,
ya! hanya untuk melihat sang surya mengistirahatkan dirinya,
aku baik kan, memperhatikan semesta? ya karena semesta kadang juga baik padaku, toh semesta juga perlu diperhatikan

oh iya, ada yang lupa,
juga sebagai hadiah kepada semesta, karena, cara ia menyampaikan surat² tuhan, yang ditujukan kemanusia, tidak pernah salah, hanya kadang, dengan cara sedikit menyedihkan

setelah aku berjalan, tidak lama dari rumahku, aku membeli kopi untuk memaniku di dalam bus,

setibanya aku di bus, aku memasangkan headset di telingaku, tertera judul lagu di layar ipodku
"tak ingin sendiri-dian peisesha"

"suka lagu jaman dulu kak?" tanya orang di sebelahku
"hah?" siapa orang ini? mana manggil kak lagi, batinku
"iya, selera" jawabku sambil melepas salah satu heatset ku, tatapanku, tetap menghadap lurus ke depan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

wanderlustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang