***
ini sudah takdir, ini sudah rencana, ini bukan kebetulan
sedih,bahagia, atau apapun itu, ini tetap takdir!
***"brinn! kabarrr! yaAllah, brin" itu suara naey dari balik telpon
"iya ney, iya, brin udah tau, naey yang tenang, aya ke rumah ya?" kataku membalas
"hiks, gausa, brin tenangin dulu papah!, naey ga percaya brin, naey, aaaah!" suara naey dari sebrang telpon, kacau, aku ngga bisa dengerin naey kaya gini
"naey, brin otw ya, papa gapapa, tadi papah udah kesana kok,ini papah pulang mau persiapan kesana lagi, ni lagian, papa ada bunda, brin juga barusan diingetin sama papa suruh ke rumahmu" jawabku, tetap berusaha tenang, walaupun sangat kacau
"brin, nanti naey ada di kamar, masuk aja" kata naey, dengan suara tersedu,
aku menutup telpon, dan berkemas, secepat mungkin
sial, handphone ku sangat ramai notifikasi, ahhh!
toktoktok, aku sudah sampai dirumah naey, aku mengetuk pintu,
"masuk, non naey didalam kamar, teh" jawab mbak mbak yang membantu pekerjaan orang tua naey,
"mau ketemu mamanya naey dulu mba" jawabku
"iya, ada di kamar naey" kulihat wajah mbak itu juga sangat sedih,
aku menuju ke kamar naey, dilantai atas, pintu kamar naey sedikit terbuka, kulihat mama naey,"permisi tante, naey" kataku, kulihat mama naey sedang menenangkan naey,
"oh ya, bentar" jawab mama naey, yang langsung berdiri mendekatiku diluar kamar
"brin, tolong ya temani naey, mama tau perasaaan naey lagi hancur, tolong ya brin" kata mama naey
"iya tante, iya" jawabku, sopanaku memasuki kamar, merangkul naey, mendengarkan keluh kesahnya, dan kami memutuskan, datang ke rumah giebran, bersama teman teman, hari ini!
saat teman teman sampai dirumah naey, setelah kita berpamitan.
"brin, yok" rey berbicara kepadaku, didepan rumah naey
"heem, ayo, semuanya" jawabku, sekaligus berkata pada teman teman.
"ayo," jawab yg lain
kami berangkat menggunakan mobil rey,
aku masih menenangkan naey, dan mencoba menguatkannyakita berangkat kerumah giebran,
sesampainya dirumah, didepan rumahnya ramai sekali, melihat beberapa kawan dan kerabat keluarga giebran, sedang ikut berduka, aku masuk dan melihat mami giebran sedang menangis didalam rumahnya, memeluk bingkai foto, didepannya ada peti, disitulah seseorang di istirahatkan,
ya, yang wajahnya ada di dinding rumahku, terlihat gagah, befoto bersama papahku, ya,
seorang letnan jenderal, seseorang yang memiliki pangkat yang sama, dan diraih bersama papahku, kini, sudah beristirahat dengan tenang,letnan jenderal, leonard.
aku berjalan, mendekati mami giebran yang sedang menangis didepan peti ayah giebran,
"hiks, teman temannya giebran? giebran di kamar nak, masuk aja" kata mami giebran, dengan nada tersedu sedu,
setelah kami ber6 memberikan doa pada ayah giebran, di peti nya yang belum di semayamkan, ya, kami masi dapat melihat jelas wajah letnan leonard, dengan sedikit senyuman, setelah itu
kami pun berjalan, melewati kerumunan orang, naik ketangga seperti biasa dan sampai dikamar giebran, aku dan laura, duduk,menunggu di depan kamar, ada sofa

KAMU SEDANG MEMBACA
wanderlust
Tiểu Thuyết Chungmungkin, sudah kena racunnya, dan mengakibatkan petualangan menjadi sebagian dari kehidupan, dan bahkan seperti, sudah menjadi sebuah tugas sedangkan menurut salah satu sahabat brin, kisah cinta yang sebenarnya, bukanlah tentang siapa yang pernah me...