Si cantik Jelita berjalan dengan lemah kebarisannya. Ia menekuk wajahnya dan menggendong tas ranselnya. Ia berdiri di belakang Dara yang menatapnya simpati.
"Lo nggak papa kan?" Bisik Dara menoleh ke belakang.
"Aish, gue di salah-salahin mulu!" Gerutu Jelita dengan bibirnya yang manyun. Ia tidak habis pikir dengan seniornya si Reno yang jadi pacar dadakannya itu. Padahalkan Jelita berbuat hal yang baik, dia menolong orang lain. Tapi kenapa malah ditatap seseram itu? Diomeli dan di ancam mau di hukum lagi. Huh! Benar-benar sial! Batin Jelita.
Jelita memutar bola matanya malas saat dilihatnya si seniornya yang songong itu berjalan kearahnya. Jelita langsung memalingkan wajahnya kearah lain. Ia tidak mau melihat wajah tampan tapi menyebalkan itu.
"Oke adik-adik, kalian sudah bisa masuk ke tenda. Ini waktu isoma!" Ucap Gilang.
"Bubar barisan, Jalan!" Perintah Gilang. Dan seketika para mahasiswa baru di kelompok itu berbalik kanan dan membubarkan diri.
Namun sebelum itu, Jelita sempat tersentak kaget karna saat dirinya berbalik dia langsung berhadapan dengan Reno yang ada di belakangnya. Buru-buru Jelita melepaskan kontak mata dan pergi dari situ.
Jelita dan Dara berjalan sambil membawa barang bawaan mereka. "Udah sabar aja. Nantikan kalau udah selesai masa orientasi kita bisa menghindar. Pokoknya kita jangan sampai ada masalah." Ucap Dara memberi kenyakinan pada Jelita.
Jelita mendegus pasrah. "Iya sih. Tapi ngelewatin satu hari ini aja rasanya tuh udah kaya setahun tau nggak. Itu orang ganteng-ganteng nyeremin banget! Coba dia baik-baik jadi cowok, kan bakalan banyak yang naksir sama dia." Omel Jelita mengeluarkan keluh kesahnya. Tanpa menyadari siapa orang yang berjalan dibelakanya.
"Mungkin dia seram dan galak kaya gitu biar nggak ada cewek yang naksir kali. Jadikan cewek-cewek pada takut sama dia dan menghindar." Balas Dara.
Jelita mengangguk. "Iya kali ya. Tapi nyebelin banget! Kenapa coba harus gue yang jadi korban. Hmmm, gue jadi pengen pindah kampus aja. Dari pada gu-"
"Sampai segitunya?"
Jelita dan Dara tersentak kaget mendengar suara berat itu tiba-tiba terdengar diantara mereka.
"Kak Reno?!" Pekik Jelita kaget. "Kakak ngapain sih ngikutin kita?!" Tanya Jelita refleks.
Reno menaikkan sebelah alisnya. "Hh! Permata, siapa juga yang ikutin kamu?" Ucap Reno mendesah malas.
Jelita menatap Reno galak. Sementara Dara mengatupkan bibir tak berani bersuara. "Nama aku Jelita kak! Bukan Permata!" Pekik Jelita tak terima.
Dara memejamkan matanya erat. Aduh jelita Jelita, gimana nggak dapat masalah mulu lo kalau kaya gitu batin Dara.
"Ternyata kamu anaknya pembangkang ya!" Ucap Reno datar dan melangkahkan kakinya satu langkah mendekat kearah Jelita.
Jelita beringsut mundur dengan kepala tertunduk. Keberaniannya luntur seketika.
"Kalian ngapain sih disini?! Ini area kemah cowok!" Ucap Reno membuat kedua wanita itu melihat kesekeliling. Dan benar saja, hanya mereka berdua wanita disana.
"Kamu!" Ucap Reno membuat Dara menegang seketika. "Kamu kawannya dia waktu ngintipin sayakan?!" Tanya Reno membuat deru jantung Dara sudah tak lagi dapat ia kontrol. Ia takut, benar-benar takut.
"E..enggak kak! Saya nggak ngintipin kakak. Yang ngintipin kakak itu Jelita! Saya udah larang, tapi dia tetap ngintipin!" Ucap Dara tergagu.
Wajah Jelita langsung merah padam mendengar perkataan Dara. Ia tertunduk malu dan tak lagi berani bersuara. Mati sudah aku batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelita Permata
Romansa[Warning! Mengandung kebaperan yang tak berkadar. Silahkan elus dada jika anda kebaperan.] Niat hati ingin menghindari senior yang menyeramkan, jelita malah terpesona melihatnya. Sosok bad boy, seorang atlet yang tampan berlesung pipi indah, membuat...