1. Awal Mula

1.2K 132 15
                                    

Teng!

Satu pukulan lonceng mampu membuat Reno berpindah alam seketika. Reno dengan saraf sensorik yang sudah terlatih dengan matang, meninggalkan bunga tidurnya dalam hitungan detik. Kelopak matanya dengan sigap terbuka. Menampakkan kemerahan pada sisi matanya.

Teng! Teng!

Suara lonceng kembali mengalun menyisir rumah putih nan megah itu. Namun kali ini dua pukulan dalam satu kali dentingan. Reno bergegas meninggalkan peraduannya. Dengan sekejap mata, ia sudah rapi dengan pakaian dan sepatu olahraganya.

Di pagi subuh, saat mentari masih enggan untuk bersinar, di saat langit masih terlihat gelap dan bintang-bintang masih berkelap kelip riang diangkasa, disaat itu pula pekarangan kediaman Jenderal TNI Angkasa Dwi Purnomo, ayah Reno, telah ramai dengan semua orang yang mendiami rumah itu. Ya, semua orang kecuali penjaga yang sedang bertugas, koki, dan nyonya rumah. Nyonya Mayang Sari Purnomo.

Kenapa? Karna diatas kekuasaan seorang Jenderal, ada kuasa seorang istri. Tak satu pun ada yang berani mengusik ketenangan nyonya rumah. Termasuk Angkasa yang terkenal tegas. Bagaimana pun, ia tidak ingin terkena omelan oleh istri kesayangannya itu.

Reno Radiyan Purnomo tampak berdiri tegap di dalam barisan yang rapi tersebut. Dari postur tubuh hingga cara berdirinya, terlihat jelas bahwa pria ini sudah sangat terlatih dengan disiplin.

Di sampingnya berdiri tegap seorang wanita yang tak lain adalah adiknya, Pita Kemala Sari Purnomo. Seorang model cantik dan juga atlet bela diri yongmodo seperti kakaknya Reno.

Dalam barisan itu terdiri dari Reno dan Pita, ajudan jenderal, asisten rumah tangga, dan jendral itu sendiri.

"Hitung, Mulai!" Teriak seseorang yang merupakan pemandu senam pagi ala militer mereka.

"Satu dua satu.. satu dua dua.. satu dua tiga." suara mereka menggema disetiap penjuru. Senam pagi pun dilaksanakan dengan semangat api yang membara.

...

Pagi yang sungguh cerah. Mentari sungguh merekah pagi ini.

Srak.. srak.. srak..

Suara lidi-lidi yang menyapu trotoar seakan membuat iramanya sendiri. Dedaunan kering berjatuhan meninggalkan batangnya. Musim panas pun tiba.

Seorang wanita bertubuh sintal tampak berjalan perlahan memasuki gerbang sebuah universitas yang tampak megah. Ia memegang kuat tali tas ranselnya. Mengedarkan pandangannya kesekitar.

"Ah, sepertinya dia juga anak baru." Gumamnya melihat seorang wanita yang mengenakan pakaian hitam putih yang sedang berjalan di depannya. Wanita dengan rambut yang di cepol dalam satu ikatan itu juga berjalan pelan dan seperti linglung mengedarkan pandang kesana-kemari.

"Hey!" panggil wanita berambut sebahu tadi dengan sedikit berlari. Menyamakan posisinya dengan wanita itu. Wanita berambut cepol itu pun menoleh dan menatapnya dengan polos.

"Kamu anak baru juga?" Tanyanya sopan dengan senyumnya yang mengembang. Mencoba menggambarkan keramahan yang sederhana.

Wanita itu pun membalas senyumannya dan menganggukkan kepalanya. "iya. kamu juga?" Tanyanya balik.

"Iya. Kenalin, aku Andara Felistia. Biasa di panggil Dara." ucap Dara mengulurkan tangannya.

Wanita itu pun menyambut hangat uluran tangan itu. "oh iya Dara. kenalin, aku Jelita. Jelita Putri." ucap Jelita ramah.

Kedua wanita itu pun menyusuri jalanan kampus itu bersamaan. Detik demi detik, keduanya pun jadi tampak akrab.

"Lo disini nge kost atau..?" tanya Dara menggantungkan pertanyaannya.

Jelita PermataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang