/3/

234 26 2
                                    

"Lia, mau ikut ke masjid ngga?" Pertanyaan ayah barusan berhasil membuat lamunan gue buyar. Dengan satu tangan yang masih menopang kepala, gue menoleh lalu menggeleng sambil tersenyum. "Masjid deket loh, kenapa ngga mau sholat di masjid?" Tanya ayah lagi sambil membenarkan kopiah hitam yang ada di kepala. Gue beringsut ke atas karpet berbulu di depan tv.

"Aku sholat di rumah aja, yah" jawab gue dengan tangan yang mencoba meraih remote yang ada di atas meja. Sedikit susah karena letak nya jauh dari jangkauan gue. "Tuh, si adek aja ajakin ke masjid. Kan dia laki-laki" kata gue setelah berhasil mengambil remote tv.

Ayah berjalan menuju rak sepatu yang ada di deket pintu. "Si adek udah duluan malah, yaudah ayah berangkat dulu. Bilang sama bunda, besok ayah jemput pagi-pagi. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Setelah memastikan ayah udah keluar dari dalam rumah, gue langsung telentang di atas karpet berbulu yang bunda beli dua tahun lalu di pasar malem deket gang depan. Karpet berwarna merah muda dengan bulu-bulu halus berhasil membuat mata gue ngantuk dan terasa amat berat hanya sekedar untuk melihat sinetron yang ada di tv. Gue mencoba menahan rasa kantuk ini karena sekarang udah mendekati Maghrib, pamali kalo tidur pas Maghrib, katanya. Sejak kemarin sore, bunda belum pulang karena Tante Tia lahiran. Si adek sama ayah ke masjid. Tersisa lah gue dan perabotan rumah di sini.

Karena gue gabut, gue meraih hp yang tergeletak tidak berdaya di bawah sofa. Sambil mengscroll beranda YouTube, tangan gue sibuk mencari sesuatu yang pas untuk di makan sambil menonton YouTube Mukbang. Kesal karena tidak menemukan apa yang di cari, gue pun mempause video di layar hp gue dan beranjak ke dapur.

"Laper" gumam gue setelah melihat ke arah kulkas yang ternyata kosong melompong, sama sekali ngga ada makanan. Sambil mengusap perut yang mulai berbunyi, gue mendangakkan kepala guna melihat jam dinding besar yang menempel di tembok. "Bentar lagi adzan, apa gue keluar ya? Ah, ngga ah" gue kembali merebahkan diri di atas sofa. Mengabaikan hp yang masih menyala, gue sibuk mengganti channel tv, mencari sesuatu yang menarik, dan pastinya, bukan yang bersangkutan dengan makanan. Bisa nambah laper gue.

Gue meletakan kembali remote ke atas meja setelah mendapati sinetron yang sebenernya udah basi dengan alur yang ketebak, tapi ngga pa-pa lah, dari pada liat acara Bikin Laper, yang ada pas gue nonton, bantal yang gue pegang, habis gue makan. Gue mencoba menyimak apa yang tiga orang bicarakan di dalam tv "Oh, pelakor ini pelakor" gumam gue sambil menunjuk wanita berbaju biru dengan make up tebal yang sedang menggandeng laki-laki berjas hitam. Di sana menampilkan wanita berjilbab hijau yang menangis melihat sang suami tercinta menduakan dirinya. Tapi bego nya, si wanita berjilbab itu ngga mau menceraikan atau diceraikan sama laki-laki berkumis itu. Gue menggerutu saat si pelakor tersenyum jahat ke arah wanita berjilbab hijau. Pengen rasanya gue samperin tuh cewek, terus gue guyur muka nya pake air comberan.

Tok tok tok

Sibuk mengomentari sinetron di tv, kepala gue sedikit menoleh saat mendengar suara seperti ketukan pintu. "Awas lo, lo nikah sama tuh cewek, jatuh miskin lo!" Kesal gue sebelum akhirnya beranjak dan pergi untuk melihat siapa yang bertamu di jam segini. Ngga langsung membuka pintu, gue menyempatkan untuk mengintip dari jendela dulu, takut-takut yang bertamu itu maling yang mau minta izin ngebobol rumah gue, atau ibu-ibu yang mau minta garem padahal cuma modus semata supaya bisa ketemu sama ayah.

"Loh?" Tercengang beberapa detik sebelum akhirnya gue cepat-cepat membukakan pintu. Nampak seorang laki-laki dengan baju Koko serta sarung yang ia kenakan. Gue ngga berhenti mengucapkan kata Subhanallah sambil memandang takjub makhluk ciptaan tuhan yang amat sangat sempurna ini.

Pak Beomgyu [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang