/7/

175 22 13
                                    

Happy Reading 💙

Mohon maaf untuk typo dan alur yang masih berantakan

Terima kasih








"Loh? Pak Budi mau pindahan?"

Perhatian gue teralihkan saat Dareum yang baru saja selesai mencuci sepatu, berceletuk sambil menaruh sepatu di atas pagar rumah. Kebiasaan nya Dareum di hari Minggu, cuci sepatu. Memang, Bunda mewajibkan anak-anaknya untuk mencuci sepatu sendiri. Tapi tetep aja gue suka males dan berakhir sepatu gue kotor di hari Senin.

Dengan tangan yang masih memegang pisau, karena posisi nya gue lagi bantuin Bunda motongin tempe buat di jadiin orek tempe, gue berdiri dan melihat ke arah rumah yang berada di samping rumah Pak Beomgyu.

Ada dua mobil barang terparkir di pinggir jalan, dengan beberapa orang yang sibuk mengangkut kardus-kardus, serta barang-barang lainnya. Gue juga melihat ada Pak Beomgyu dan Ayah di sana, bantu-bantu memasukan barang ke dalam mobil.

"Bu Sara pindah tugas ke Bali" jawab Bunda yang baru saja keluar dari dalam rumah, tangannya memegang baskom berisi dua bungkus buncis. Beliau duduk di depan gue, tepatnya di samping kanan Dareum. "Dar, ini potongin. Miring gini ya" titah Bunda sambil memberitahu cara memotong buncis ke Dareum.

Dareum mendengus, namun pada akhirnya dia menurut. Gue kembali melanjutkan aktivitas gue yaitu memotong-motong tempe, Dareum memotong buncis sedangkan Bunda mengupas bawang.

"Eh, Dar. Kedepan sana, beli sirup, bunda lupa sirup abis" celetuk Bunda, menepuk paha Dareum pelan.

"Dih, kak Lia aja tuh" seketika gue langsung melototi Dareum, memprotes perkataanya barusan.

"Lia, ayo Lia. Nanti malem kan Tante Wendy mau ke sini"

Mendengar kata Tante Wendy gue langsung menaruh pisau dan tempe ke atas talenan. "Sama Baby Yumi?" Tanya gue antusias.

Bunda mengangguk. "Iya, sana buruan. Sirup jeruk, sama susu cokelat. Baby Yumi kan suka banget sama susu cokelat" kata Bunda sambil mengeluarkan selembar uang pecahan seratus ribu ke gue.

Setelah mengambil uang dari Bunda, gue langsung beranjak memakai sandal dan pergi keluar. Jam sepuluh siang, matahari sudah terasa panas. Tapi ngga pa-pa, demi Baby Yumi yang ucul gue rela jalan panas-panasan ke agen beli sirup.

Baru berjalan beberapa langkah keluar dari pekarangan rumah, gue berpapasan dengan Pak Beomgyu yang sepertinya hendak pergi ke rumahnya. Dari wajah sampai leher sudah di penuhi keringat, serta rambutnya yang sedikit basah membuat gue gagal fokus. Gue tersenyum kaku, sedangkan Pak Beomgyu hanya memasang wajah datar.

"Mau kemana, Li?" Tanya Pak Beomgyu saat gue hendak kembali berjalan.

"Ke agen depan pak"

"Bareng, saya sekalian mau ke konter" kata Pak Beomgyu. "Tunggu sebentar, saya ganti baju sama ambil motor dulu" setelah bilang gitu, Pak Beomgyu berlari kecil menuju rumahnya, meninggalkan gue yang masih mematung dengan perasaan berkecamuk. Antara seneng sama deg-degan.

Ya, pikir aja sendiri, Lo liat cowok yang Lo suka dalam keadaan keringetan kayak gitu? Siapa yang ngga meleleh coba?

Gue menahan senyum, berdiri di pinggir jalan menunggu Pak Beomgyu mengganti baju serta mengambil motor di rumahnya. Dengan sikap Pak Beomgyu yang semakin hari semakin baik, rasa suka gue ke beliau juga semakin bertambah. Tapi, ada sedikit perasaan mengganjal di hati gue.

Pak Beomgyu [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang