/12/

126 21 0
                                    

"Pernikahannya di percepat jadi Minggu depan."

Ucapan pak Beomgyu malam itu, saat gue di antar pak Beomgyu sampai depan rumah, masih terdengar jelas di telinga gue. Yang mengatakan kalau pernikahan bu Anna di percepat jadi Minggu depan. Sah-sah aja sih, terserah pihak bu Anna sama calon suaminya, mau di percepat atau di perlambat karena itu urusan mereka. Tapi, yang membuat gue bingung dan heran, adalah sikap pak Beomgyu yang terlihat tidak rela dengan berita yang menurut gue termasuk berita baik.

Orang selalu mengatakan jika lebih cepat maka lebih baik, betul bukan?

Lalu, kenapa pak Beomgyu malah sedih mendengar berita itu?

Pikiran gue tentang pak Beomgyu yang diam-diam memiliki rasa pada bu Anna kembali muncul, hati gue berkata kalau pak Beomgyu memang sayang sebagai laki-laki kepada bu Anna.

"Kalo ngga mau, buat gue aja deh." Gue menahan mangkuk bakso yang hendak Dareum rebut dari gue. "ya lagian bengong terus lo, kesambet?"

Gue berdecak. "Berisik lo ah," jawab gue. Sore ini gue lagi kepengen banget makan bakso, jadi gue mengajak Dareum untuk nemenin gue makan di salah satu warung bakso yang lumayan enak. "eh, Dar."

"Hah?"

"Eh ngga jadi deh," jawab gue sambil kembali melanjutkan makan bakso. Bilang ke Dareum soal pak Beomgyu? Pasti ngga bakal beres. "lo punya pacar ya?"

Dareum mendongkak, menatap gue sebal. "Apaan sih kok malah ngomongin pacar?" Dareum malah balik bertanya.

"Ya kan cuma nanya, sensi banget lo. Yang sore itu lo ajak ke bioskop, cuma berdua, pacar lo ya-"

"Lo liat?"

Gue memasang wajah bulan gosong. "Beneran pacar lo? Gila, cakep-"

"Bukan, udah diem lo."

"Dih gitu, ngga mau cerita-cerita. Kenapa? Gagal jadian? Wajar sih, lo kan ngga roman-"

"Matre."

"Hah?" Gue menyingkirkan mangkuk bakso yang sudah hampir habis, hanya tersisa kuah. "matre? Gimana?" Tanya gue lagi.

Dareum menyedot es jeruknya sampai sisa setengah sebelum akhirnya menjawab. "Matre, pengennya cuma duit. Kemaren emang dadakan, gue ngga bawa uang banyak dan cuma cukup buat nonton sama makan. Eh dia minta beliin tas, gila aja mahal banget cuma tas kecil gitu. Pas gue bilang, gue ngga bisa beliin. Besoknya dia ngga bales chat, telpon bahkan ngga ngomong apa-apa pas ketemu sama gue. Nyesel gue deketin dia."

Gue melongo, lalu menatap sedih ke arah adik laki-laki gue ini. Tangan gue terulur untuk mengelus kepala Dareum. "Sabar, makannya lo kalo nyari cewek jangan cuma cantik doang!"

Dareum mengaduh saat tangan gue sedikit menarik rambut nya. "Anjir, sakit bego," keluhnya. "ya mana gue tau dia matre, setiap hari sikapnya biasa aja, baik gitu."

"Besok gue cariin deh-"

"Ngga, males pacaran."

Gue mencibir. "Nanti juga jalan lagi sama-"

"Eh? Lia ya?" Ucapan gue terpotong saat seseorang datang ke meja yang gue dan Dareum tempati.

Gue berbalik lalu mendongkak, mendapati wanita cantik dengan wajah putih mulus tengah menampilkan senyum. Itu bu Anna, dan di sebelahnya ada laki-laki berpakaian rapih. Gue yakin itu calon suaminya bu Anna.

Gue tersenyum. "Bu Anna? Makan bakso juga?"

Bu Anna mengangguk. "Iya, oh ini?"

Gue mengikuti arah pandang bu Anna. "Adik saya, Dareum."

Pak Beomgyu [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang