Pinta 1

254 24 0
                                    

Awal kisah pendekatan yang begitu singkat. Ntah siapa yang lebih dulu menaruh rasa, atau mungkin memang hanya rasa penasaran? Ajaibnya kisah ini membuat kami terikat. Dengan ikatan yang begitu seperti sulit untuk dilepaskan.

Mungkin kalian akan berpikir, mengapa aku dan dia mau menjalani pernikahan yang pengenalannya begitu singkat, sesingkat dia hanya bercerita tentang keluarganya dan aku pun bercerita tentang keluargaku. Aku juga tidak tahu, mengapa pernikahan ini bisa terjadi, tetapi yang pasti memang inilah rencanaNya, sebuah goresan takdir untuk kami. Renncana yang sudah disusun oleh Sang Maha Kuasa.

**

Saat ini aku sedang berbenah, di rumah ini. Rumah yang kami tempati, begitu luas namun terasa sepi.

"Kamu lagi apa?" tanya Mario padaku. "Udah masak?"

Aku menoleh mendengar suara itu, senyuman manis aku berikan. "Aku lagi berbenah, Mas. Kalau kamu mau makan sekarang, makanannya udah aku siapin," ucapku dengan seulas senyum.

Sebut saja dia Mario, nama panjangnya Mario Dwiantara seorang laki-laki yang menyandang status sebagai suamiku.

Mario tersenyum tipis setelah mendengar ucapanku, kemudian ia pun berlalu menuju meja makan. semantara itu aku melanjutkan kegiatanku yang sempat terhenti, suara langkah kaki kembali terdengar mendekat ke arahkku.

"Gea ... kamu udah makan?"

Aku menolah mendengar pertanyaan itu. "Belum, Mas, kamu dulu aja nanti aku nyusul."

Mario diam mendengar jawabanku, namun setelahnya ia hanya menganggukkan kepala dan berlalu kembali ke meja makan.

Seperti itulah aktivitas kami setiap hari, sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tidak banyak berkomunikasi, hanya ada perkapan yang tentang "kamu lagi apa, dan kamu udah makan."

Aku termenung memikirkan itu, "Gea ini bukan pernikahan kamu inginkan, yang kamu inginkan adalah tentang percakapan, tentang tujuan pernikahan yang sama, tentang komunikasi yang saling terbuka."

Aku tersenyum getir, kemudian berucap dalam hati. "Gea, Gea ... Gea Niagara, Mario Dwiantara dimana sebenarnya letak tujuan pernikahan kalian?"

Satu kapal yang dinaiki dua orang yang berbeda, dengan seorang nahkoda yang ternyata begitu memiliki sipat yang cuek. Ntah ke pelabuhan mana ia akan membawa kapal ini, yang pasti aku hanya ikut menaiki.

Ia tidak pernah memberi tahu kemana ia akan membawa kapalnya berlayar, namun yang pasti keinginanku hanya satu. Kami berlabuh di pelabuhan yang sama, sebuah pelabuhan yang begitu indah pemandangannya yang begitu sejuk dan damai suasananya, yang dapat mentramkan hati dan mendamaikan jiwa kami.

Namun sayangnya sampai sekarang aku belum tahu, dimana sebenarnya kapal ini akan berlabuh, apakah pelabuhan kami sama, atau memang justru berbeda? Lalu jika berbeda, apa sebenarnya tujuanku menaiki kapal ini? Atau aku akan ditenggelamkan, dan ditinggalkan di dalam lautan yang dalam? Membayangkan itu membuat hatiku sakit, seperti teriris. Rasanya sangat sakit. Dan hanya satu pintaku yang tidak dapat aku ucapkan pada nahkodaku. "Tolong jangan pernah lakukan itu padaku."

**

Sudah dua tahun aku gak nulis cerita.
InsyaaAllah sekrang mau lanjut nulis, semoga sekrang konsisten nulis lagi.

Yang suka sama ceritanya jangan lupa vote. Masukan juga ke reading list kalian ya. Syukron🤗

Nahkodaku √ ||EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang