Tak harus kata "iya" yang menunjukkan kata setuju, terkadang pelukan lebih bermakna dari itu
Setelah pulang dari rumah mama, aku merasa hubunganku dengan Hanniel mengalami kemajuan yang sangat pesat. Setiap pagi dan malam aku merasa Hanniel mirip kang Ojol yang selalu mengantar jemputku, bedanya ini tanpa aplikasi dan milik pribadi. Sepertinya benar kata Kikan, sejak dekat dengan Hanniel aku outo masuk ke group Persatuan Bucin Indonesia (PBI), awalnya aku membantah tetapi sepertinya memang benar. Aku sempat menolak ide antar jemput ini mengingat jarak apartmen Hanniel dari tempatku yang lumayan jauh, tetapi dia tetap kekeh dengan keinginannya dan aku hanya bisa pasrah, menolak Hanniel sama saja memperpanjang perdebatan.
Beberapa hari ini, setelah mengantarku pulang Hanniel tidak langsung pulang ke apartmentnya, kami biasanya akan menghabiskan waktu berdua dengan maraton menonton Netflix atau dinner yang dilanjutkan dengan ngobrol santai. Aku merasa Hanniel sudah tidak sekaku dulu di masa-masa pendekatan, sekarang dia sudah lebih banyak bicara tetapi tetap saja minim ekspresi mungkin karena pembawaannya yang tenang sehingga dengan mudah menyembunyikan raut muka.
Hari ini aku mengajaknya menonton netflix lagi, aku tahu dia tidak begitu suka menonton karena beberapa kali dia akan mengajakku mengobrol saat acara sedang berlangsung atau sibuk dengan ponselnya. Tetapi Hanniel memang selalu bisa membuat pipiku merona, tanganku akan digenggam olehnya sepanjang acara, dan aku menyadari tanganku terlihat begitu kecil di genggamannya, tetapi entah kenapa hatiku selalu menghangat dan jantungku berdetak lebih kencang saat Hanniel melakukannya.
"Ra, Sabtu ini kita jadi ke Bandung kan?". Seketika aku mengalami kegelisahan, dua hari yang lalu Hanniel memang sudah mengatakan weekend ini kami akan ke Bandung, tetapi tetap saja rasanya hatiku belum siap, jujur aku takut. Sudah dua hari ini aku dihantui oleh reaksi mama Hanniel saat melihatku nanti, rasanya aku belum sanggup.
Andaikan Hanniel tahu, rutinitas baruku selama dua hari ini setelah selasai mandi adalah berdiri di depan kaca dan berlatih menghadapi semua reaksi buruk yang kemungkinan akan dikeluarkan oleh mamanya, mulai dari reaksi diam dengan lirikan tajam, diam dengan muka datar, tersenyum sinis, berlalu tanpa suara atau berlalu dengan lidah api. Mungkin aku berdosa, tetapi tidak ada salahnya mengantisipasi agar kenyataan tidak terlalu pahit.
Aku merasakan genggaman tangan Hanniel yang semakin erat dengan ibu jarinya yang bergerak di punggung tanganku, sepertinya dia mengerti akan kegelisahan hatiku.
"Kamu kenapa langsung tegang begitu sih?, lagian galakan kamu kok dari mama". Hanniel mengatakannya dengan muka datar tanpa senyum di bibir.
Aku terkadang bingung, Hanniel yang sudah mati rasa atau memang kadar humorku yang terlalu receh. Jika menjadi pelawak, Hanniel akan cocok dinobatkan sebagai pelawak muka datar, dia akan menjadi orang pertama di Indonesia yang mendapatkan title itu.
***
Aku menghabiskan waktu make up sedikit lebih lama dari biasanya untuk menutupi lingkaran hitam di bawah mata, semalaman aku tidak bisa tidur walaupun sudah mencoba berbagai cara, mulai dari membaca buku, menonton video, menelungkupkan badan yang biasanya menjadi jurus andalanku sampai memaksakan menutup mata dengan bantal tetapi akhirnya aku menyerah karena bayangan reaksi mama Hanniel terasa nyata di depan mukaku.
Aku sengaja membeli dua cup Americano di lobby bawah sebelum memasuki mobil Hanniel, sepertinya sensasi kafein sangat kubutuhkan untuk tetap fokus dan mengurangi perih yang mulai terasa di mata yang sedari tadi menahan kantuk. Berbanding terbalik dengaku, Hanniel tampil segar paripurna, hal ini tentu saja membuatku semakin tidak percaya diri, kesan pertama saja mungkin mama Hanniel akan ragu mempercayakan aku mengurus anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA MENGUBAH ASA
General FictionDera Winara yang bekerja sebagai Financial Analyst tidak menyangka mendapatkan lamaran dadakan yang kecepatannya diyakini melebihi kemampuan analisanya selama bekerja. Lamaran dari seorang Hanniel Tallis si pria minim ekspresi yang selama ini tidak...