Aku mengucapkan terima kasih banyak untuk 603 Views dengan 115 vote di minggu ini, aku sungguh terharu😭😭 karena target di minggu ini cuma 500 aja. Thank you so much, jangan bosen bosen untuk baca, vote dan comment ya🤗🤗🤗. Stay safe semuanya...🥰❤❤❤Oh ya kalian apakah ada referensi novel yang bagus? Kalau ada tolong kasih tau aku ya bisa di share di kolom comment, lagi cari2 novel yang bagus buat dibaca nih hihi...🤗
Air mata turun bukan hanya saat sedih saja, tetapi juga pada saat paling bahagia- Officially yours
Bersama Hanniel aku merasakan hidupku jauh berbeda dari sebelumnya, ibarat KRL vs MRT, jauh lebih cepat. Hidupku yang biasanya hanya mengikuti zona nyaman berubah drastis mengikuti kehidupan yang begitu impulsif. Ibarat wahana Dufan, biasanya aku hanya akan bermain bianglala atau menonton atraksi lumba-lumba, kini bermain roller coaster, hysteria ataupun kora-kora. Walaupun sangat berbeda, sejauh ini aku menikmati karena ada Hanniel yang selalu menjadi sabuk pengamanku, yang selalu mendampingi dan memberikan arah.
Aku membuka mata, terpaku, diam cukup lama meneliti semua yang ada di pantulan cermin, begitu indah.
"Bagaimana mba Dera?, ngomong aja ya Mba kalau ada yang kurang suka".
Selera Kikan memang selalu bisa diandalkan, mba Dian adalah MUA yang direkomendasikan oleh Kikan karena beberapa temannya juga sering memakai jasa mba Dian. Mengingat persiapan yang begitu mepet aku memang menyerahkan urusan yang satu ini kepada Kikan, aku hanya cek lewat foto-foto yang dikirimkan Kikan dan memang terbukti, hasilnya luar biasa.
"Seumur-umur aku merasa cantik hanya hari ini doang mba".
Jawabanku langsung disambut tawa mba Dian. "Cantiknya pasti tiap hari mba, tapi hari ini lebih spesial aja".
Aku hanya mengaminkan perkataan mba Dian, sepertinya kemampuan gombal mba Dian sudah tahap expert, masalah kata-kata manis begini aku ingin sekali menyuruh Hanniel belajar dari mba Dian, salah satu hal yang paling membuat istri bahagia adalah kata-kata manis dari suaminya, ini bukan menurutku saja, tetapi ini fakta dari penelitian para Ahli.
Sekuat tenaga aku menahan air mata saat memasuki Altar didampingi Kak Dirga, tetapi tetap saja gagal, mataku panas dan pipiku sudah basah, andaikan papa masih ada, pasti dia yang di sini, bukankah ini cita-cita kebanyakan wanita? Didampingi ayahnya saat menuju altar di hari pernikahan mereka. Aku tersadar saat Kak Dirga menyentuh dan mengambil tanganku dan menaruhnya di atas tangan Hanniel, aku merasakan sensasi dingin saat tanganku berada di genggamannya.
Aku mulai terharu saat Hanniel mengucapkan janji pernikahan, begitu lancar, dia memang selalu tenang dalam segala situasi. Air mataku tumpah dan suaraku tercekat ketika mulai mengucapkan janji pernikahan, suaraku semakin tertahan dan air mataku semakin deras sehingga menyulitkanku menuntaskannya, aku merasakan Hanniel mengusap punggung tanganku seakan mengalirkan ketenangan, setelahnya nafasku kembali normal dan berhasil mengucapkannya sampai selesai.
Dahulu aku sempat bertanya kenapa banyak orang menangis saat mengucapkan janji pernikahan, ternyata ini memang salah satu momen paling emosional dalam hidup, air mata turun bukan hanya saat sedih saja tetapi juga di saat-saat paling bahagia. Mengucapkan janji pernikahan bersama Hanniel pada hari ini adalah momen bahagia paling emosional yang pernah kurasakan sampai saat ini.
Setelah mengucapkan janji nikah, aku dan Hanniel diarahkan untuk saling tukar cincin pernikahan. Hatiku berbunga-bunga saat Hanniel berhasil memasangkan cincin di tanganku dengan senyuman hangat di bibirnya. Aku merasakan gejolak di dadaku sekaligus haru saat Hanniel mengecup bibirku, aku sempat melihatnya sedikit tegang dan agak kikuk mungkin karena live di depan semua orang. Aku buru-buru menghapus bibir Hanniel ketika ada lipstick yang menempel di bibirnya, Hanniel hanya tersenyum kikuk mendapati tingkahku, ekspresi seperti ini jujur saja sangat menggemaskan. Andaikan saja ini bukan di depan Altar dan disaksikan semua orang mungkin aku sudah mencubit pipi Hanniel dengan kedua tanganku.
***
Aku sudah bisa rileks saat resepsi dimulai, seperti melepaskan segunung beban yang ada di pundakku tadi pagi, mungkin karena prosesi pemberkatan sudah selesai.
Selain sedikit lebih ekspresif, sepertinya banyak kejutan yang diberikan Hanniel untukku hari ini. Dia menggenggam tanganku sepanjang perjalanan menuju Hotel setelah acara pemberkatan selesai. Seperti biasanya, kota Bogor akan selalu macet saat wekeend, perjalanan sedikit lebih lama, tapi jujur, baru kali ini aku menikmati kemacetan dengan posisi tangan saling bertaut seperti ini. Senyum mengembang di bibirku ketika mataku menangkap keberadaan cincin yang melingkar di tanganku maupun Hanniel.
Kikan dan Misha mengiringiku saat memasuki ballroom tempat resepsi digelar, aku sangat bersyukur ketika Misha mengiyakan saat aku memintanya menjadi bridesmaid di hari pernikahanku mengingat jarak Bali-Bogor yang begitu jauh. Berbeda dengan Kikan yang kukenal sejak kami kuliah, Misha adalah sahabat masa kecilku tetapi kami memang agak jarang bertemu semenjak Misha memutuskan pindah ke Bali dua tahun lalu. Mataku tidak pernah lepas dari Hanniel saat menuju Ballrom, di sana dia sudah didampingin Dino dan Riko, teman masa kuliahnya. Hari ini, Aku tidak bisa menyembunyikan kekagumanku pada Hanniel dengan balutan tuxedo hitam yang kelihatan sangat berjodoh dengan badannya.
Aku dan Hanniel memutuskan untuk mengundang orang terdekat saja dan melaksanakan pemberkatan serta resepsi di Bogor. Selain karena memang rumahku di Bogor, alasan kami memilih kota ini karena mayoritas teman dan rekanan kami ada di Jakarta, sehingga akan lebih baik melangsungkan acara di Bogor dibandingkan dengan Bandung. Selain karena jarak yang lebih dekat, kemacetan saat weekend juga menjadi bahan pertimbangan kami.
Aku sempat memutar memoriku kembali ke tiga bulan yang lalu saat Hanniel menginginkan kami menikah di awal Agustus saat perjalanan pulang ke Jakarta tepat setelah kami selesai meminta restu kepada orangtuanya. Kami sempat berdebat tetapi kebucinanku selalu saja membuatku kalah ketika berperang melawan Hanniel.
Aku sangat beruntung dengan WO yang kami pakai saat ini karena sangat kooperatif dan bersedia meeting saat jam makan siang ataupun sehabis jam kantor mengingat aku dan Hanniel yang sangat sibuk. Satu bulan yang lalu aku juga mendapatkan promosi dari kantor sehingga jadwalku jauh lebih sibuk dari biasanya. Dalam tiga bulan ini urusan pernikahan dan pekerjaan memang sangat menguras energi dan memperparah kantung mataku karena jadwal tidur yang sangat berantakan.
Sebulan yang lalu, seminggu sebelum mendapatkan informasi akan dipromosi, aku sempat menggegerkan kantor dengan undangan yang tiba-tiba muncul. Kegegeran ini muncul karena mereka mengira aku masih single, karena bagi mereka, selama ini tidak ada jejak yang menggambarkan aku sudah memiliki pacar atau calon suami. Sungguh miris, tetapi faktanya memang benar, aku saja masih tidak percaya status PDKT langsung naik tingkat menjadi tunangan.
Aku tersadar kembali saat merasakan tangan Hanniel berada di pinggangku ketika Aldo menaiki pelaminan memberikan selamat. Aku merasakan suasana sedikit tegang di antara mereka, entahlah mungkin hanya perasaanku saja karena yang aku tahu Hanniel dan Aldo berteman cukup baik.
Aku merasa sangat luar biasa hebat hari ini karena tidak merasakan capek sama sekali. Dulu aku selalu kagum pada pengantin yang tetap kelihatan masih segar sampai akhir acara dengan rundown yang begitu padat, setelah mengalami aku baru tersadar, rasa bahagia di hari pernikahan memang memberikan efek yang sangat luar biasa, sepertinya otak terlalu sibuk memproduksi hormon bahagia sehingga lupa memproduksi hormon rasa lelah.
Tetapi malam ini sepertinya ditutup dengan kebingunganku sendiri, dari semua list undangan, hanya Sika dan Ardy yang tidak hadir malam ini. Tetapi rasa bingung itu seketika lenyap ketika merasakan tangan Hanniel kembali melingkupiku.
Officialnya, Mrs Tallis
Hai semuanya, maaf baru bisa update pagi ini. Semoga kalian suka ya, stay safe semuanya❤ . Yang kemaren ngarep diundang dapet undangan gak?
Hehe peace
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA MENGUBAH ASA
General FictionDera Winara yang bekerja sebagai Financial Analyst tidak menyangka mendapatkan lamaran dadakan yang kecepatannya diyakini melebihi kemampuan analisanya selama bekerja. Lamaran dari seorang Hanniel Tallis si pria minim ekspresi yang selama ini tidak...