"Angan 🥀"

40 2 0
                                    

"duk duk duk.., Assalamualaikum" seseorang membuka pintu.

"Waalaikumsalam... Silahkan masuk" balas bang Roni yang berada tepat disampingku.

Aku berusaha tidak memperhatikannya, karena aku tahu bahwa dia sudah mempunyai seseorang yang mungkin pantas untuknya.

Dia duduk dimeja tepat di sebelah kananku.

"Tang!, tumben amat lu diem begitu, biasanya petakilan lu" ujar bang Roni sambil melihat ke arahku.

"Apaansi bang, biasa ae kali" ujarku yang seakan tak ingin Pelangi melihatku berdiri disampingnya.

Tak lama pak Yayan bergegas pergi meninggalkan perpustakaan, dan aku mencoba menjauh dari Pelangi, aku langsung duduk dan mengambil novel yang biasaku baca, sambil meletakanya dimeja tengah, yang dimana sangat berpapasan dengan meja Pelangi.

Aku rasa sepertinya Pelangi melihatku yang berada di depannya, dan dia berusaha menghampiriku perlahan.

"Kamu apa kabar?" ujar Pelangi dengan nada halus yang selama ini kuharap dapat terdengar ditelingaku lagi.

"Ohh baikk, kamu eh elu gimana kabarnya??" balasku dengan gugup dan berusaha tidak menatap matanya.

"Aku Alhamdulillah baik, kamu emang sering kesini? Apa gimana??" ujar Pelangi sambil tersenyum.

"Alhamdulilah deh klo gtu, aku jarang kesini sih, kebetulan tadi lagi dihukum aja sama pak Yayan, disuruh nunggu disini sampe sore hehe" ujarku sambil berusaha mencoba tenang.

"Kamu ngapain disini? Ga langsung pulang??, tumben amat dibolehin buat pulang telat sama ibu" tanyaku dengan senyum kecil.

"Hehe kok tau aku suka dimarahin sama ibu kalo telat pulang sekolah?, suka merhatiin aku yah? Hehehe" ujarnya yang membalikan pertanyaannya kepadaku.

"Yee Pd bangett, enggak lah, kan emang kebanyakan dari perempuan begitu kali" balesku yang berusaha mencari alasan.

"hehe.. Becanda kali tang, aku disini nunggu temanku, dia lagi kumpul sama teman-temanya di belakang sekolah" balas Pelangi.

"Yakin teman??, bukanya pacar kamu?" balasku.

"Iyahh pacarku hehe, lagian juga dia udah aku anggep kaya abang aku sendiri" balas pelangi dengan senyum.

"Ohh gitu.." balasku dengan muka bt.

"Kenapa?? Kok jadi gitu mukanya??" balasnya yang berusaha menatapku.

"Gak gapapa, aku duluan yah udah sore.." ujarku sambil bergegas cepat keluar perpustakaan.

"Oh iyaa....." balasnya yang seakan tidak ikhlas obrolanya selesai.

"Seandainya kamu tau kalo aku nunggu kamu hadir dilangit , Pelangi" ujarku dalam hati sambil tersenyum pasrah.

"Kenapa tuhan menepatkan kamu dimasa yang salah Bintang, aku kangen kamu"  suara hati Pelangi yang juga menunggu kehadiran Bintang dihidupnya.

Akupun tiba di parkiran motor, seperti biasanya, aku tidak mungkin langsung pulang kerumah begitu saja, aku menuju tempat dimana aku bisa menenangkan diriku sendiri, tempat yang sunyi dan tidak ada siapa-siapa disana.

Itu adalah tempatku merasakan kesunyian ketika perasaan tidak sejalan dengan pikiran. Saat aku tiba disana aku langsung meletakan motorku dibawah pohon rindang itu, dan bergegas aku naik keatas pohon itu.

Ya... itu adalah sebuah rumah pohon yang di rakit oleh pamanku semasa pamanku masih muda, yang berada dipinggir danau dekat rumah pamanku.

Ketempat ini seperti rutinitasku, aku langsung meletakan tasku sambil membuka seragamku, dan bergegas duduk disebuah kursi yang berada di depan pintu yang terbuat dari kayu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketempat ini seperti rutinitasku, aku langsung meletakan tasku sambil membuka seragamku, dan bergegas duduk disebuah kursi yang berada di depan pintu yang terbuat dari kayu itu.

Ditemani dengan pemandangan yang sangat indah dan suara alam yang nyaring terdengar suaranya, aku cukup memejamkan mataku dan berbaring di kursi itu sambil bercerita tentang perasaan manusia yang kuhadapi sekarang ini dengan lepas kepada langit.

Aku yakin tidak semua orang bisa melakukan hal apa yang aku lakukan saat ini, mungkin jika ada orang lain disini dan dia melihatku berbicara sendiri, orang itu akan berfikir jika aku adalah orang yang tidak waras.

Tetapi aku yakin bahwa orang itu belum pernah merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Aku merasakan hal yang berbeda saat aku berbicara dengan langit saat dunia berbeda pandangan denganku.

Tak terasa langit mulai gelap, matahari tertidur dan bulan mulai terbangun, berhubung rumahku lumayan jauh dari sini, akhirnya aku mengambil keputusan untuk tetap disini hingga hari esok, karena kebetulan besok adalah tanggal merah, jadi aku tak repot-repot untuk pergi kesekolah.

Aku sempat mampir kerumah pamanku sebentar untuk melakukan ibadah dan mengambil makanan kecil dan secangkir kopi.

Aku menghubungi kerabatku Rafi untuk menemaniku dan saling berbagi cerita kehidupan masing-masing di rumah pohon ini, dia datang sekitar 10menit lagi, karena Rafi sebelumnya  kusuruh untuk mampir ke supermarket untuk membeli rokok dan sedikit cemilan tambahan.

Tidak lama aku menghubungi Rafi tiba-tiba handphone yang aku letakan di meja berbunyi notif pesan, pesan singkat dari nomer tidak dikenal.

"Maaf yahh" pesan dari nomer tidak dikenal itu..

"Maaf ini siapa yah?" balasku dengan bingung, karena aku tidak pernah menyebarkan nomerku ke siapapun.

"Ini Bintang kan?" balasnya dengan waktu yang singkat.

"Iya, ini siapa ya? Dapet nomer gua dari mana??" ujarku yang berulang kali bertanya.

"Ini aku Tang, Pelangi".  Balas dari nomer tanpa kejelasan itu

Tetapi sayang sekali, aku belum sempat membalas dan tiba-tiba hpku mati karena batre sudah low dari tadi sore, sayangnya aku tidak membawa charger, hingga akhirnya Rafi datang, dan aku langsung meminjam charger miliknya.

"Assalamualaikum!!, Tang langsung naik ni?" teriaknya..

"Waalaikumsalam!, iya langsung naik aja fi" balasku.

"Jauh banget kampret kearah sininya tang, pegel kaki gua ini buseh.." balas Rafi

"Ngeluh mulu lu hidup, mana pesenan gua? Udah dibeli kan?" balasku sambil membuka jendela kaca itu.

"Udeh elah sans aje udeh sama gua mah..." balasnya yang baru selesai naik keatas rumah pohon ini.

"Fi minjem charger dong, penting nihhh" balasku sambil membakar rokok yang ada dibibirku.

"Nihh, kaya ada yang chat aja lo! Wkwk" ujarnya dengan candaan kecil.

"Yee lu tau gua lah, banyak yang chat wkwk" balasku dengan tertawa.

Aku langsung mengecharge hpku di dalam rumah pohon kecil ini..

Sambil menunggu baterai handphone penuh, kami berdua saling bercerita dan saling memberi saran dan masukan. Suasana sangat damai malam ini, suara-suara daun bergesekan sangat terdengar, langit sedikit terang dengan bantuan cahaya bulan, bintang-bintang dilangit mulai bercahaya seakan mendukung suasana malam ini menjadi sedikit lebih bermakna.

Hingga akhirnya baterai handphone sudah penuh, dan suasana semakin sunyi, dan  Rafi sudah mulai berbicara dengan kekasihnya lewat telepon, akupun langsung mengaktifkan handphone punyaku, dan melihat pesan dari Pelangi yang ternyata bukan cuma satu pesan yang dia kirim kepadaku.

Pesan itu bertuliskan...

**************************************
################################

"merindukannya adalah indahnya rasa, yang sukar kusembunyikan keresahannya"

🌈✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suara dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang