Harry pernah melihat betapa rapuhnya Hermione. Saat hari-hari mereka di Hogwarts, melawan Umbrige, masa pelarian mereka, saat mereka tertangkap dan Hermione disiksa. Rasanya Harry sudah sangat mengenal Hermione Granger luar dan dalam. Tapi saat ia hanya bisa melihat punggung sahabatnya itu di dalam sana, ia tau bahwa ia tidak mengenal Hermione yang baru dan lebih baik seperti sekarang. Bahkan ia sudah mendengar pengunduran dirinya sebagai Menteri Sihir hanya untuk keluarga barunya.
Yang ia lihat adalah Hermiome baru dan memiliki harapan nan lebih besar di matanya. Meski semua orang tau harapan terbesarnya sedang diuji habis-habisan oleh takdir yang sedang berlangsung. Dan Harry yakin, tidak ada yang bisa memulihkan perasaan Hermione kecuali takdir itu sendiri.
Ia menghela nafas beratnya. Ia tau tidak ada kehidupan yang mudah di planet mana pun. Dan ia meyakini bahwa ia sudah bahagia. Namun mungkin tidak semua orang di sekitarnya pun merasakan hal yang sama. Ia jadi teringat Scorpius. Apa kabar pemuda itu dengan semua kondisi terpuruknya?
Saat jalan pikir Harry terus berputar, Rose datang dengan langkah gontai dan wajah yang lebih pucat, dan membuat Harry menatapnya bingung.
"Ada apa?" tanya Harry, saat Rose sudah berada di hadapannya.
Seperti orang kehilangan arah, Rose mendongak dengan wajah panik, nafas dan suaranya menunjukkan bahwa selama perjalanannya itu, ia megalami sesuatu yang tidak ada kata 'Baik'.
"Bagaimana kondisi Draco?" bukannya menjawab, Rose malah balik bertanya. Dari mata coklat terangnya, Harry tau gadis itu tidak ingin membahasnya, dan ia biarkan itu terjadi.
Harry menjelaskan kondisi Draco secara singkat, dan meminta waktu untuk Herrmione berduaan saja dnegan Draco. Rose tidak merespon, ia hanya mengangguk lemas dan duduk di kursi panjang, dan menyesap teh yang Albus bawa sebelumnya. Harry menyusul, dan menatap bingung Rose.
"Bagaimana kondisi Scorpius?"
"Aku tinggalkan ia bersama Albus." jawab Rose, suaranya hanya sekedar bisikan yang lirih. Ia kembali menyesap teh sampai kandas.
"Pasti dia sangat terpuruk." Harry mengambil kesimpulan.
"Siapa yang tidak terpuruk? Ibunya meninggal beberapa tahun lalu, dan ayahnya kemungkinan akan menyusul." gumam Rose dengan nada sindiran yang terdengar aneh.
"Sungguh, kau berubah, Rosie." tungkas Harry, tidak percaya dengan sifat keponakannya yang sepertinya berubah hanya dalam beberapa hari mereka tak berjumpa.
Rose hanya diam, memandang kedua tangannya yang memegang erat gelas kertas kosongnya. Kakinya bergerak-gerak konstan dan tidak nyaman, sedangkan bibir bawahnya digigit sedikit namun kuat. Harry baru menyadari pipinya pun nampak berkilauan karna air mata. Ada apa sebenarnya?
"Apa," Rose berdehem, membersihkan tenggorokannya yang menjadi perkumpulan lendir asing. "Apa masih ada peraturan dalam masalah pernikahan?" tanyanya, nampak takut.
Mendengar itu, Harry diam-diam tersenyum. Umurnya baru genap 17 tahun, tapi dia sudah berpikir kearah sana. "Pernikahan apa maksud mu? Pernikahan antar darah?" ia bertanya balik, ingin mematikan bahwa yang Rose maksud itu pernikahan Rose dengan Scorpius.
"Semuanya. Pernikahan antar status darah, status keluarga, antar sepupu. Pokoknya.." Suara Rose tercekat diakhir kalimat, ia pun mengetupkan bibirnya menahan satu kata yang nampaknya sangat ingin ia keluarkan. Ia menghela nafas berat sebelum akhirnya menoleh dan menatap dalam pamannya yang kembali memasang wajah bingung. "semua syarat yang kementerian sediakan untuk seluruh rakyatnya." gumamnya.
"Aku kira, karna kau anak dari Menteri Sihir, kau mengetahui semuanya. Ternyata tidak juga." gumam Harry, dengan tangan kirinya menggaruk tengkuknya dan diakhiri kekehan geli. Lalu ia kembali menatap wajah yang memadukan kedua sahabatnya dengan baik. Ia menghela nafas sebelum memulai penjelasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crucio - Dramione
Fanfiction"only you know how painfull CRUCIO means" • (Cerita terinspirasi setelah membaca "Harry Potter and the Cursed Child") Draco "Hermione Grager, aku diperintah-perintah oleh Hermione Grager." (Hermione berbalik kearah Draco. Draco tersenyum) "Tapi aku...