5. Keraguan

588 57 4
                                    

Beginilah kl org lg seneng2nya nulis satu cerita. Cerita lain jd terbengkalai padahal harusmya hari ini ngepost cerita itu
😅

Yaudh lah yah.
Slamat membaca

*****

Setelah menyalakan kembang api dan saling mengucapkan Tahun Baru. Rose langsung berlari memasuki kastil setelah memeluk erat Ibunya dengan beberapa air mata yang menetes, dan tentu saja—membuat Hermione bingung.

Hermione menatap curiga keponakannya.

Albus mengangkat bahunya dengan tidak acuh. "Kau ibunya, Bibi. Harusnya kau lebih tau dari ku." ujarnya, seperti tidak peduli. Lalu ia, Scorpius, dan Polly menuju tenda pesta untuk membersihkan kekacauan mereka, dan mungkin membawa Hagrid ke gubuknya.

Hermione kini menatap Draco yang tak kalah bingungnya. "Draco, bisa bawakan tasku nanti ke asrama Gryffindor?"

Dahi Draco kian mengerut saat mendengar permintaan Hermione. "Kau tau—aku tidak bisa masuk karna aku tidak tau kata kuncinya, kan?" ujarnya.

"Fortuna Major. Aku akan mengejar Rose, kau bisa bawakan tasku setelah membantu ketiga remaja itu." ucap Hermione cepat, lalu mengejar Rose. Ia sudah tau bahwa Rose akan ke kamarnya.

Draco awalnya tidak yakin. Tapi ia hanya bisa mengiyahkan.

***

Hermione kembali terkesima saat lukisan wanita gemuk masih terbuka untuknya. Ia memasuki asrama yang sudah tak ia kunjungi kurang dari 20 tahun.

Suasana ruang rekreasi asrama sedang sangat sepi, hanya ada seorang hantu wanita didepan perapian dengan buku hantunya. Dan Hermione memutuskan bertanya pada hantu wanita itu, dan mendapatkan informasi bahwa gadis berambut coklat yang keriting memasuki asrama putri dengan isakan yang mengangguk—menurut hantu itu.

Hermione menatap ragu keatas, kepintu asrama putri, namun kakinya mengajaknya kesana. Membuka pintu itu, dan memasukinya. Keraguannya kian besar saat mendapati banyak pintu lagi didepannya. Dimana kamar putrinya?

"Hiks..." suara isakan dari salah satu kamar membuat Hermione semakin yakin bahwa kamar itulah yang Rose tempati. Jadi ia menghampiri pintu dipojok, membukanya, dan menemukan gadis dengan jaket pink tua dan jeans yang masih melekat ditubuhnya sedang berbaring menghadap bantalnya dan membuat rambut keritingnya terlihat dengan jelas.

"Rose?" panggul Hermione.

"Leave me alone! I don't need you, Mom!" seru Rose. Sudah tau pemilik suara lembut itu adalah ibunya.

Hermione menghembuskan nafas beratnya. Ia mendekat, lalu duduk ditempat tidur disebelah temoat tidur Rose, lalu menatap sendu putrinya.

"Apa yang kamu rasakan?" tanya Hermione, selembut sutra.

Rose tidak menjawab, ia fokus menetralkan isakannya. "Kecewa. Dan... Sedih." jawabnya, masih sedikit menyisakan isakan.

Hermione diam. Masih menatap Rose yang mulai menoleh padanya. Hermione memasang senyum menenangkannya. "Apakah kamu marah?"

"Sedikit." gumam Rose.

Mereka larut dalam selimut pemahaman. Hermione berusaha memahami kenapa Rose merasa kecewa, sedih dan marah. Sedangkan Rose berusaha memahami kenapa Hermione berciuman dengan Ayah kekasihnya.

"Kau tau—kau bisa menceritakan apapun padaku. I'm your mother." gumam Hermione. Terdengar meyakinkan.

"Really?" Rose terdengar mengejek. Ia bangun dari tidurnya, dan menatap marah ibunya. "Bukannya kau ibunya Scorpius?"

Crucio - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang