~4~

20 7 3
                                    

"Harapan yang aku harapkan hancur
Karena ke egoisan mu."
.
.
.

Homm...

INI hari kedua aku di Jepang, dan tidak ada yang aku kerjakan disini selain makan dan tidur.
Rasanya sangat malas untuk melangkah,bagai kan tubuhku tertempel dengan tempat tidur.

Tok..tok..tok..

Bunyi ketukan pintu, iya aku dengar namun malas untuk menjawab dan membukanya.

"Chii...ini mama nak."
Ucap seorang wanita yang mengaku mama ku, seorang yang setiap keinginan nya harus di penuhi.

"Adachi ini mama. Tolong buka pintunya!"

Ingin aku tak mengakuinya sebagai orang tua ku.

"Adachi!"
Suaranya bahkan terlihat tegas bagaikan bos.

Pintu kamar ku dibuka secara kasar olehnya.

"Adachi... Kamu kenapa mama panggil tidak menjawab?"

Dia berkacak pinggang di samping tempat tidur ku, aku sengaja membelakanginya dan pura-pura tidur.

"Adachi...bangun sekarang!"

"Iyaa,maaa."
Aku duduk dan memasang raut wajah biasa saja.

"Ini yang papa mu ajarkan selama ini? Hemm untung saja aku tidak bersamanya sekarang. Lihat saudara mu dia sudah bangun pagi bahkan dia membuat sarapan."

Ini yang tidak Kusuka, mereka selalu menyalahkan satu sama lain dan membuat ku muak.

"Aku bukan dia jangan pernah menyamakan aku dengan orang lain." ada tiga hal yang
Aku memang tidak suka pertama jika ada yang membandingkan atau menyamakan aku dengan orang lain kedua jika penulisan dan panggilan nama ku salah dan yang ketiga jangan pernah mengganggu ku dan keluarga ku.

"Sudah lah, kamu kesini mau ngapain?"

"Lah, aku kesini bukannya mama yang memaksa." Aku mengerutkan kening.

"Mama, menyuruh mu kesini bukan hannya seperti ini, mama ingin kamu belajar dengan saudaramu dan tiru lah dia,dan mama minta kamu tahun depan buat pindah ke sini."

"Sudah lah, aku lelah." Aku menutup seluruh badan ku dengan selimut.

"Ma.."
Suara itu, suaranya yang dimiliki oleh saudara tiri ku.

"Iya nak, ada apa?"

Dengan anak orang saja suaranya lembut kalau denganku seperti singa.

"Aku mau pergi sama teman ku, boleh?"

"Pergilah, tapi ingat hati-hati dan pulang tepat waktu."

"Iya ma, Hiara belum bangun ma?"

'please jangan mengajakku'.batin ku.

"Sudah, apa kamu mau mengajak nya juga?"

"Rencananya sih iya ma."

"Adachi cepat bangun dan mandi."

"Ya"

Aku bangkit dari tempat tidur dan langsung ke kamar mandi.

Aku yang mandinya lama, kini harus
Cepat karena terpaksa.

Selesai, aku mengenakan baju dan celana dan tinggal menggunakan jilbab.

Meski ilmu agama ku kurang tapi aku selalu mengenakan pakaian sopan meski terkadang tidak menggunakan hijab.

"Lama sekali kamu!"

"Siapa yang suruh aku pergi."

"Nak apa kabar?" Ucap
Pria yang seumuran papa ku.

Hope & TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang