5.Ujian

8 3 0
                                    

-Sebenarnya aku yang berharap lebih atau kamu yang memang bersikap beda? -

🍜🍜🍜

Hari ujian pertama. Hari ini seluruh siswa mulai memasuki kelasnya masing-masing, mereka duduk di kursi sesuai nomor yang telah disusun oleh panitia ujian.

"Ih males banget sih sebangku sama dia," gumam Felci saat melihat Faza berjalan kearahnya.

Dan ini pertama kalinya Felci melihat Faza membuka hoddienya rambutnya terlihat sangat indah, tatapan matanya begitu lembut, senyumnya juga manis.

"Hallo Ci," sapa Faza pada Felci.

"Eh hallo Za," ujar Felci balik menyapa.

"Gue aneh ya kalau buka hoddie?" tanya Faza.

"Ah kagak juga, loe bagus kok kayak gini," ucap Felci jujur.

"Ah jangan bohong loe Ci!" ujar Faza.

"Aelah sans aja kali, gua kagak bohong kok," ucap Felci.

"Eh iya loe pulang sama siapa?" tanya Faza.

"Ya sama Rapha lah, siapa lagi coba?" tanya Felci sambil tertawa.

"Oh iya, emang loe pacaran ya sama Rapha?" ujar Faza balik bertanya.

"Yakali pacaran, gue sama dia sahabatan dari kecil, mana rumah nempel juga," jawab Felci, Rapha itu sahabatnya.

"Oh gue kira loe pacaran sama dia, cocok sih," ucap Faza.

Felci hanya tersenyum sebagai tanggapan, karena pengawas sudah mulai membagikan lembar jawaban yang harus diisi terlebih dahulu dengan identitas.

"Nama loe bagus Ci," puji Faza saat dia melihat nama lengkap Felci.

"Thanks."

Mereka mengerjakan lima puluh soal dengan fokus. Meskipun ada beberapa orang yang curi-curi pandang pada jawaban orang lain, bahkan mendadak menjadi orang yang menggunakan bahasa isyarat.

Satu setengah jam berlalu, bel tanda ujian berakhir telah terdengar, para siswa peserta ujian segera meninggalkan ruang ujian, dengan soal dan lembar jawaban dibiarkan di meja masing-masing.

"Kantin bareng yuk Ci!" ajak Faza pada Felci.

"Sorry Za temen gue udah jemput tuh," tunjuk Felci pada Liva dan Airis yang berjalan kearah mereka.

"Hayu Ci! Lama ruangan maneh mah," gerutu Liva.

"Yuk!" Felci berbalik kearah Faza, "Gue duluan Za."

"Ih kenapa maneh deket sama si umat misterius itu?" tanya Liva penuh selidik, saat mereka mulai berjalan kearah kantin.

"Aing satu meja sama dia, makanya kenal," ucap Felci, "Dia juga anak temen Mami," tambahnya.

"Hati-hati loh Ci! Nanti Rapha dilupain," ucap Airis, seolah-olah memberikan peringatan.

"Masa Yon dilupain sih, kagak mungkin banget," ucap Felci sambil terkekeh.

"Tuh da kayaknya bener manehmah suka sama Rapha!" Liva menunjuk Felci.

"Kagak, dia sebatas teman," ucap Felci.

"Sebastian maneh mah Ci!" ujar Airis sambil tertawa.

"Sebatasian naon? Ari maneh," tanya Felci dengan nada jengahnya.

"Sebatas teman tanpa kepastian," ujar Airis mantap.

"Anjir kesian banget si Felci, digantung kayak jemuran," ucap Liva.

"Hooh, nanti dicuri Faza baru tahu rasa tuh Rapha," ucap Airis.

"Kenapa jadi ngomongin gituan? Udah jelas aing sama Rapha temenan, sahabatan gitu," ucap Felci.

"Bestfriend ya Ci?" Liva merangkul pundak Felci.

"Iya dong," ucap Felci mantap.

"Kapan naik jadi boyfriend?" ucap Liva dengan nada meledeknya.

"Sianjir bener," ucap Airis.

"Greget maneh ih, ngomong yang kayak gitu segala," ucap Felci sambil menarik kursi kantin.

"Canda Ci canda, aing ya yang pesen," ucap Liva.

"Sana, menu biasa ya!"

Liva mengacungkan jempolnya.

"Hallo bu boss!" sapa Ray, kali ini dia ditemani oleh Varo.

"Eh Ray, Var. Ada apa?" tanya Felci.

"Biasa, dari pak boss," ucap Varo menyerahkan sekotak susu rasa strawberry.

"Makasih lah," ucap Felci. "Emang Yon kemana?"

"Biasa dia lagi ngebul, gabut kali tadi ulangan selesai tiga puluh menit," ucap Ray sambil terkekeh pelan.

"Dasar Yon, bilangin kata aku ngebulnya jangan kebanyakan nanti pulang bau rokok, kan jadi mau," ucap Felci.

"Waduh jangan dong, sayang paru-paru," ujar Varo.

"Iyalah, nanti kagak cantik lagi aing," ucap Felci.

"Eh Aidan ikut ngebul juga?" tanya Airis.

"Pasti dong Ris, pake ditanya. Aidan bawa sebungkus tadi, punya bapaknya katanya," ucap Ray.

"Dasar manusia berboxer hello kitty, enak banget tuh nyuri rokok, paling nanti debat lagi," ucap Airis, dia sudah malas mendengar perdebatan antara sang kakak dan papanya, setiap hari berdebat dan berebutan rokok.

"Si Aidan masih suka pake kolor Hello Kitty Ris? Sangar-sangar juga hati Hello Kitty ya dia," ucap Ray sambil tertawa keras.

"Kagak, dia umpetin kali tuh celana," ucap Airis.

"Eh kita pamit ya, takutnya gak kebagian ngebul," ucap Ray.

"Iya sana."

Tak lama Liva datang membawa pesanan mereka, tumben sekali dia tak meminta ibu kantin untuk mengantarkan.

"Eh tadi ada apa kok si Ray lama banget?" tanya Liva penasaran.

"Biasa laporan," ujar Felci.

"Laporan apaan Ci?" tanya Liva lagi.

"Itu Yon sama Aidan lagi ngebul," jawab Felci, sambil membumbui baksonya.

"Hah?! What the fuck! Aidan ngebul? Ih tu anak nyebelin banget sih," ujar Liva.

"Dibilangin juga gak usah sama Aidan, maksa banget sih maneh," ucap Airis jengah.

"Eh gak papa dia merokok, cowok gak ngebul itu gak keren," ucap Liva sambil mengacungkan jempolnya.

"Terus cowok aing teu keren gitu?" ujar Airis dengan nada kesalnya.

"Pacar maneh terlalu serius Ris, kayak papan catur aja," ucap Felci.

"Sebel ih. Padahal bagus dia gak punya catatan anak nakal, dia juga jadi contoh yang lain, dia pintar juga, beruntung gue bisa sama dia," ucap Airis membanggakan pacarnya, si Ketos itu.

"Tapi dia kasihan, gak beruntung dapatin cowok urakan siga maneh," celetuk Liva.

"Gubluk Va."

////////

Haii

Hulala?

Jangan lupa Vote komen dan share ya! Lav u all.

Btw kalian suka Felci-Rava atau Felci-Faza sih?

11720

Fase galmov,
Zi.

Replika. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang