Kedua teman Bianca mendekat untuk membawanya pergi.
"Lo tambah cantik." Sinis Hanna melihat muka Bianca yang penuh dengan jus jeruk.
"Dasar udik. Gak pernah di ajarin sopan santun sama orang tua lo!"
Plakk..
Kantin semakin ramai mereka tertarik pada Hanna yang tidak pernah menampar siapa pun karena selama ini Hanna selalu membalas Bianca dengan ucapan pedasnya.
Bianca memegang pipinya ia menatap Hanna tak percaya telah menamparnya.
"Jangan pernah lo hina keluarga gue!" Teriak Hanna dingin.
"Lo gak punya harga diri di setiap kelakuan lo." Desis Hanna tepat di depan muka Bianca yang nyalinya menciut atas kejadian tadi.
Hanna langsung pergi dari kantin gadis itu sangat benci jika seseorang telah mengusiknya.
Attarks yang sedari tadi hanya jadi penonton diam membisu. Mereka ingin membantu Hanna tapi mereka juga tahu seperti apa nanti reaksi Hanna terhadap Attarks.
"Bianca pantes dapat tamparan itu." Ujar Esa.
"Lagian gak pernah kapok tuh Tante girang udah di bilang ini itu sama Hanna tetap aja." Jengah Ricky.
"Samperin Hanna Yan." Titah Ubay.
Mereka bingung tiba-tiba Ubay berbicara seperti itu.
"Ngapain?" Tanya Ricko.
"Selalu karena Riyan kan mereka berantem." Sahut Ubay cuek.
'Bener juga si' batin mereka.
Attarks langsung menoleh ke arah Riyan yang beranjak dari kursinya keluar mencari Hanna.
*****
Hanna menghembuskan nafas panjang gadis itu sedang menenangkan diri di rooftop.
Menikmati udara segar melihat banyaknya manusia yang sibuk dengan aktivitas masing-masing.
"Sorry. Lo berantem lagi." Ujar Riyan.
Dia berjalan mendekat ke arah Hanna yang sedang duduk sendiria. Gadis itu hanya melirik tidak membalasnya.
Riyan tersenyum tipis. Hanna selalu tidak ingin berbicara padanya walau Riyan sudah berusaha untuk selalu ada.
"Dicuekkin tuh gak enak ya," Riyan menatap Hanna serius.
"Lo selalu cerewet kalau lagi kumpul. Tapi sama gue diem. An tolong gue juga mau ngobrol sama lo kaya dulu." Mimik wajah Riyan berubah sendu.
Hanna menoleh ia bisa liat di mata Riyan ada kerinduan juga kesedihan menjadi satu.
Kemudian ia terkekeh. "Dulu waktu gue butuh lo. Lo selalu pergi sama sahabat yang udah kenal lo jauh sebelum gue kenal lo."
Riyan diam membisu dihantam kenyataan dulu yang membuatnya kehilangan Hanna.
"Lo tau kan dia waktu itu gimana keadaannya." Sergahnya.
"Tau banget kok Yan. Sampai lo lupa gue nungguin kabar lo tengah malem. Gue ditinggal gitu aja di restoran. Besoknya lo bilang kalau gue cuman selingkuhan lo. Brengsek!" Sinis Hanna dengan nada dingin lalu pergi darinya.
Riyan mematung sekali lagi dia benar-benar dihantam perkataan pedas Hanna.
*****
"Hanna!" Metta memanggil.
Hanna berhenti ia menghapus kasar air matanya. Metta mendekat.
"An" Bisik Metta pelan.
"Iya Mett kenapa?"
"Lo baik-baik aja?" Metta melihatnya lari dari rooftop serta ada bekas air mata di pipi Hanna.
Hanna mengangguk. "Gue baik ko. Mett gue harus balik ke kelas duluan ya." Pamitnya ia tidak mau membahas lebih dalam lagi.
Bohong!
Hanna tidak ke kelasnya ia memilih untuk keruang dance seorang diri. Menangis lagi teringat bagaimana cara Riyan dulu membohonginya.
"Kenapa semua orang selalu anggap bahwa aku yang salah di sini. Padahal mereka tidak tahu seberapa kuatnya aku selalu bertahan atas segala emosi." Gumam Hanna lirih ia sudah tak kuasa menahan air matanya untuk jatuh.
Hiks.. Hiks.. Hiks..
Metta melangkah dengan pelan gadis itu tahu Hanna berbohong padanya dan benar ia tidak pergi ke kelas melainkan keruang dance menangis seorang diri.
"Menangislah." Ujar Metta merengkuh Hanna dalam pelukannya.
Hanna terkesiap lalu memeluk Metta dengan erat.
"Kau selalu menyembunyikan kesedihanmu." Nada gemetar Metta Sambil mengelus pelan punggung Hanna.
"Makasih. Jangan bilang siapa-siapa gue nangis di sini Mett." Pinta Hanna.
Metta memutar bola matanya bosan.
"Mereka juga berhak tau kan An.""Ya gue tau tapi ini gak penting untuk di bahas." Elaknya.
Metta tersenyum masam. "Riyan salah tapi niat dia baik selama ini selalu ada buat lo."
"Siapa tau ada maksud tertentu."
"Misal ada maksud kenapa gak dari awal ketemu lagi gitu."
"Siapa tau belum kebongkar kan," Hanna berdecak "Lo teman gue apa dia si. Bela terus aja."
Metta terkekeh. "Gue tergantung keadaan lah."
"Pelajaran lagi masuk loh An."
"Serius lo?" Tanya Hanna khawatir. "Seriuslah. Tadi harusnya gue udah masuk tapi karena lo kaya gini gak jadi masuk." Balas Metta nyengir.
"Yuk masuk." Menggandeng tangan Metta melangkah keluar semoga saja tidak ada yang melihat mereka berdua untuk saat ini.
Ada guru di depan mereka berdua langsung memutar tubuhnya untuk balik arah.
"Hey sini kalian!"
Deg
......
~Borahae💜
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST
RandomIa berharap bahwa semuanya hanyalah mimpi yang tak pernah ia harapkan, tapi takdir berkata lain ia hancur bersama harapan itu entah kesialan apa yang telah menimpanya. Ditinggal seorang diri di kota yang keras akan dunia, kenyataan lain muncul kemba...