Part 13

6 1 0
                                    

"Gimana seru kan?"

"Seru sih cuma pengang kuping gue." Ketus Hanna.

Gadis itu turun dengan wajah merah yang menahan takut ketinggian serta telinganya yang di hadiahi teriakan histeris pengunjung lain ikut menaiki halilintar.

"Mau naik lagi?" Tanya Alvin sambil cengengesan.

Yang langsung terkena pukulan Hanna atas perbuatan jail lelaki itu.

"Aduh.. udah An sakit perut gue." Ujarnya memeluk perutnya karena terlalu banyak tertawa.

Hanna berdecak kasar melihat tingkah Alvin yang berlebihan lalu ia beranjak pergi dari lelaki itu untuk mencari makanan.

"Woyy tunggu!" Teriak Alvin. Sedangkan Hanna memilih menghiraukan panggilan lelaki itu.

*****

Hanna menunggu pesanan yang telah di pilih tadi. Hanna juga menunggu Alvin yang tidak tahu kemana perginya, bahkan ia melirik kesana kemari untuk menemukan sahabatnya itu.

"Permisi mbak." Pelayan itu akhirnya kembali dengan makanannya.

"Mbak. Liat cowok kesini gak?"

Pelayan itu berhenti sejenak menatap bingung pengunjungnya.

"Disini banyak cowo mbak." Jawabnya jutek.

'jutek kali kau mbak' Hanna menggaruk kepalanya tak gatal sepertinya ia salah pertanyaan.

"Em.. se_"

"Misi?" Suara berat itu mengalihkan perhatian pelayanan tadi yang sedang berbicara dengan Hanna.

"Maaf mbak dia sahabat saya." Alvin datang dan duduk di sebelah Hanna. Membuat pelayanan itu meminta maaf lalu pergi.

Gila!

Hanna melongo melihat pelayan itu pergi setelah kedatangan Alvin lalu ia melihat pada lelaki itu yang sedang meminum es milik Hanna.

"Ck. Pesen sono." Cibir Hanna.

"Makanya jangan ninggalin. Makanya kalau nanya yang bener." Timpal Alvin sambil menoyor kepala Hanna.

"Makanya gak usah lebay." Balas Hanna mendorong tubuh Alvin yang terlalu dekat.

Mereka berdua diam menikmati makanan masing-masing hanya ada keheningan diantara mereka.

Hanna tersenyum lebar ketika ia bisa jalan berdua lagi bersama Alvin akhirnya lepas sudah kerinduan yang ia tahan sejak tahun kemarin.

"Senyum sendiri awas kesambet." Celetuk Alvin yang tak sengaja menoleh ke sebelahnya sedang tersenyum lebar.

"Lo kan selalu siap."

Alvin mengernyit. "Siap apa?"

"Selalu ada buat gue." Sahut Hanna membuat lelaki itu menatapnya dalam entah apa yang Alvin pikirkan sehingga membuat lelaki itu selalu kalah dengan Hanna.

Damn!

Gadis itu langsung membuang mukanya ke sembarang arah. Ia tersadar bahwa mereka hanyalah sahabat dari dulu sampai sekarang. Kata itu yang selalu ia tanamkan pada dirinya untuk tidak mempunyai perasaan lebih dari sekedar sahabat.

"Ayo pulang." Ajak Alvin seraya menghilangkan gugupnya.

Hanna mengernyit. "Katanya nanti malem sekalian liat sunset."

"O-oh iya lupa." Cengir Alvin.

*****

Mereka berdua duduk santai menunggu sunset datang di pantai Ancol Jakarta, Le Bridge.

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang