1|Masa Tenang

59 17 4
                                    

1|Masa Tenang

Di jalan perumahan Menuju Kenangan terdapat beberapa rumah dengan bentuk yang sama. Desain yang minimalis namun terlihat mewah.

Namun, hanya rumah dengan nomor 126, 124, 123 dan 120 yang akan menjadi tokoh utama di sini--jangan fokus ke yang lain--cukup ke empat rumah itu saja.

Rumah pertama berwarna biru lembut yang di padukan dengan warna putih dan abu-abu. Terdapat satu buah mobil mewah yang tidak harus di sebutkan mereknya.

Keadaan rumah masih sepi sebab si pemilik rumah tengah menikmati hidangan paginya. Roti bakar dan segelas susu. Ia tidak suka minum kopi karena akan menyebabkan tenggorokkannya sakit.

Lebih baik merasakan pahitnya saat mengetahui kekasihnya selingkuh dengan teman kantornya sendiri daripada harus meminum kopi yang akan membuat ia menderita berhari-hari.

Nyatanya ia baru saja patah hati. Mudah baginya untuk mengatasi rasa sakit itu, cukup dengan bekerja akan membuat kepalanya berpikir sangat keras--lalu lupakan.

Di sebelah rumah laki-laki kantoran itu. Terdapat rumah yang sama dengan warna hijau yang lebih mendominasi.

Kata si pemilik rumah hijau itu, "warna hijau membuatku merasa tenang," dalam artian yang lain ia hanya ingin sebuah ketenangan saja. Ketenangan untuk tidur siang.

Pagi ini ia tengah bersiap-siap dengan dokumen lamaran pekerjaannya. Memakai baju kemeja pink, celana hitam dasar dan sepasang sepatu hitam yang baru saja selesai ia semir mengilat. Jangan lupakan tampangnya yang sudah terlihat segar walau masih sedikit terlihat jelas lingkaran mata panda itu.

Terakhir sebuah rumah yang berada di sebelahnya yang di cat warna kuning dengan warna polkadot yang membuat kesan seni. Beberapa tanaman kecil tersusun rapi di rak-rak tanaman.

Malahan rumah ini yang paling sunyi dan sepi. Nyatanya si pemilik masih tertidur di atas sofa.

Sebuah alarm ponsel berdering dengan keras tepat di telinganya. Hal itu membuat ia terbangun dari tidur yang singkat setelah semalam sibuk mengerjakan tugas yang sudah deadline.

Secepat mungkin ia berlari masuk ke dalam kamar mandi. Lima menit kemudian sebuah handuk putih telah melilit dipinggangnya. Kembali ia berlari masuk ke dalam kamar pribadinya dan lima menit kemudian ia telah selesai dengan baju, celana juga tampang seadanya.

Manusia lima menit asal selesai.

Ceklik.

Ketiga pintu utama dari ketiga rumah terbuka serentak. Menampilkan siluet wajah-wajah tampan dengan berbeda aura. Dingin, datar dan konyol.

"Hai, pagi abang-abang sekalian!" yang di sorakkan diam tanpa mau menoleh ke arah tetangga di rumah kuning garis polkadot itu.

"Kalian mengabaikanku lagi." Rengutnya menempelkan dagu di atas sebuah pagar yang tingginya hanya sepinggang orang dewasa.

Sungguh sebuah posisi yang tidak mengenakkan untuk di lihat.

"Kamu tidak pergi ke kampus?" Walau ingin mengabaikannya namun ia ternyata tidak bisa. Karena ia tahu di abaikan itu sungguh menyakitkan. Hal yang seperti itu seringkali ia rasakan.

"Aku pergi kuliah."

"Dengan pakaian seperti itu?" Tatapan yang menilai Ardo layangkan pada bocah yang sudah menjelma menjadi orang dewasa itu.

"Dan kamu akan pergi dengan baju seperti itu?" Kali ini Andes mencoba membalikkan keadaan. Skor satu sama untuk keduanya.

"Diamlah." Mendengar jawaban cuek Ardo membuat Andes merasa menang dan tertawa ngakak.

Mereka tidak menyadari bahwa si tukang pekerja keras telah pergi ke kantornya beberapa menit yang lalu.

"Ia baru saja patah hati." Seperti sebuah telepati Ardo mengatakan sebuah jawaban atas pertanyaan yang sedari tadi bersarang di kepala Andes.

"Kita taruhan."

"Setuju!" Mereka berdua berjabat tangan. Membuat sebuah taruhan setiap kali Nohan patah hati.

Andes dengan kepercayaan dirinya bahwa Nohan akan kembali merajut kasih dengan wanita lain dan Ardo dengan keganasannya berharap Nohan akan benar-benar jomblo kali ini. Kalau Nohan akan benar-benar jomblo tentu ia akan memenangkan taruhan seratus ribu dari Andes dan memiliki seorang teman jomblo.

"Kita naikkan jumlah taruhannya," usul Andes dengan wajah iblis miliknya. Ia yakin jika Nohan akan membuat ia kembali menang untuk kelima kalinya.

Malangnya nasib Nohan, lima kali di selingkuhi kekasih hanya karena ia terlalu workaholic. Mementingkan pekerjaan daripada urusan asmara. Anehnya kenapa laki-laki itu malah terus memiliki kekasih? Lalu lagi-lagi di campakkan kekasihnya.

"Seratus lima puluh ribu!"

"Deal!!" Mereka berdua kembali berjabat tangan.

Nyatanya mereka tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di hari-hari berikutnya.

Keadaan dan aktivitas seperti biasa atau malah sebaliknya??

....

18/04/2020

28/02/2023

29/02/2024

"Waktu dan angka adalah hal yang sangat dekat, tak terasa sudah tiga tahun lamanya"
...

TETANGGAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang