61

1.6K 270 56
                                    

iqbaal duduk dibalkon rumah yg menghadap langsung ke halaman belakang mereka. halaman belakang yg awalnya banyak tamu dan beberapa meja kursi kini sudah kembali bersih. hanya tinggal lampu-lampu saja yg masih ditinggalkan dan akan dibereskan esok harinya.

iqbaal menyandarkan badannya pada sofa setelah mengambil satu batang rokok, melemparkan kotak sisanya keatas meja didepannya. menyalakan rokok ditangannya dengan korek pada tangan kirinya.

"yah," panggi lio muncul dari dalam rumah.

iqbaal melepas batang rokok yg ada dimulutnya, mengeluarkan asap melalui mulut dan hidungnya. "duduk kak," perintah iqbaal menunjuk kursi disebelahnya.

lio dengan patuh duduk dikursi disebelah iqbaal sembari menunjuk kotak rokok yg tergeletak disana. "boleh?" tanya lio ragu-ragu.

iqbaal mengangguk. menyerahkan korek kepada lio.

satu batang rokok untuk obrolan yg berat tak ada salahnya kan?

iqbaal menunggu lio menyesap rokok yg telah dinyalakan sekarang.

"ayah udah dikasih tau bunda," buka iqbaal setelah keduanya diam beberapa saat.

lio yg awalnya masih menyesap rokoknya kini hanya mengapit diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.

"bunda tadi udah cerita sama ayah soal kakak sama allisya waktu acara tadi malem," lanjut iqbaal. "kakak kenapa lakuin itu sama allisya?"

lio saat ini merasa terintimidasi oleh ayah. dirinya melakukan ciuman tapi perlakuan yg dia dapat seolah dirinya telah melakukan making love.

"kakak sayang sama allisya," ucap lio pelan.

"iyaa ayah tau kakak sayang sama allisya, bunda juga tau itu. tapi yg jadi pertanyaan kenapa kakak sampe melakukan itu ke dia?"

lio menggeleng. jujur dia juga tidak tau mengapa dirinya bisa sejauh itu dengan allisya. selama ini mereka hanya berciuman bibir, tak lebih. tapi bukannya tadi mereka hanya ciuman saja ya? tidak sampe make out? atau posisi mereka tadi udah membuat (namakamu), sang bunda berpikir sejauh itu?

"kakak juga gatau," jawab lio. "jujur yah, kakak ga ngapa-ngapain sama allisya. iyaa kakak ngaku kakak udah beberapa kali ciuman sama allisya. ciuman bibir kalo ayah tanya lebih jauh, tapi cuma sebatas itu. tangan kakak juga ga kemana-mana. tangan kakak ga nakal," jelas lio.

iqbaal menatap sang anak yg kini diam setelah menjelaskan semuanya. rokok yg baru sekalia dia hisap kini hanya dibiarkan habis terbalar dinatara jari tangannya.

iqbaal tidak melarang jika lio berciuman, tapi alangkah lebih baiknya jika itu dilakukan setelah sah sebagai suami istri. bukan masih berstatus pacaran ataupun tunangan. karena tunanganpun itu belum termasuk hubungan yg sah.

"kakak minta maaf yah. kakak janji kakak ga bakalan lakuin itu lagi,"

"kakak jangan janji hal yg belum tentu kakak bisa lakuin," potong iqbaal. "sekalinya kamu pernah berciuman, hal seperti itu akan sulit untuk dicegah dikemudian hari,"

"kakak janji dan beneran akan menepati janji kakak yah. kakak ga bakalan ulangi lagi kayak tadi ataupun cium allisya di bibir,"

"kalo semisal ayah sama bunda jadi ga restuin kakak sama allisya gimana?" tanya iqbaal.

"hanya karena kakak ciuman sama allisya terus ayah sama bunda ga restuin kakak sama allisya?" ulang lio.

iqbaal mengangguk.

"hanya karena itu yah, ayah sama bunda berubah pikiran? secepat itu? lebih banyak kebaikan yg bisa ayah sama bunda liat di allisya, dan itu semua hilang karena satu kesalahan? allisya ga salah yah, yg salah itu kakak! kakak yg cium dia. dia ga pernah sama sekali cium kakak dulu. pasti kakak yg mulai duluan," ucap lio menahan emosinya.

iqbaal kembali mengeluarkan asap dari mulutnya, mematikan kuntum rokok yg telah habis di asbak yg ada didepannya. anak lelakinya kini tengah memperjuangkan kekasihnya. memperjuangkan hubungan.

"kalo semisal ayah sama bunda ga restuin kalian gimana?" ulang iqbaal tanpa memperdulikan penjelasan lio barusan.

lio menatap iqbaal marah. ya, bukan kali ini dirinya marah kepada iqbaal, tapi baru kali ini juga dia merasa sangat sangat marah dan kesal kepada lelaki tua yg telah membesarkannya, menjadi panutan untuk dirinya.

"ayah sama bunda nikah berdasarkan perjodohan akung uti kalian. ayah sama bunda ga pernah punya kesempatan buat pacaran dan mengenal lebih jauh terlebih dulu. dan ayah sama bunda melakukan ciuman juga setelah sah sebagai suami istri. bukan masih status yg belum sah. ayah tau jaman udah beda. jaman sekarang beda dengan jaman ayah bunda dulu. tapi ayah ga membenarkan apa yg kamu lakuin sama allisya. iyaa kamu sekarang ciuman, tapi kita ga bakal tau, ketika baru seperti itu ada setan lewat dan kalian kebablasan gimana? siapa yg akan tanggung jawab? siapa yg malu?" ucap iqbaal menjelaskan.

lio terdiam mendengarkan penjelasan iqbaal. emosinya masih cukup tinggi, tapi saat ini dirinya juga memikirkan ucapan iqbaal. ucapan ayahnya yg telah membimbingnya sampai titik ini.

"kalo ayah sama bunda nolak kalian gimana?" ulang iqbaal lagi setelah terdiam cukup lama. membiarkan lio untuk memikirkan ucapannya.

lio meletakkan kuntum rokoknya yg telah habis tanpa dihisapnya ke asbak. menyadarkan badannya kesandaran kursi. kedua matanya kini menatap iqbaal yg terlihat tenang dikursinya. tenang itu artinya tidak dapat terbaca apa yg tengah iqbaal rasakan saat ini. iqbaal yg dilihatnya sekarang bukanlah iqbaal yg sering dia temui di rumah. melainkan iqbaal yg ada ketika perebutan tender dengan kompetitor-kompetitor lain.

lio menghela nafas. semoga keputusannya benar.

memejamkan matanya beberapa kali dan mengambil nafas panjang sebelum mengucapkan keputusannya.

"kakak .....," ucap lio menggantung.

~bersambung~

gantung banget~

Lia dan Lio (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang