81

1.8K 268 75
                                    

"boleh aku angkat dulu?" tanya allisya kepada doni.

"silahkan,"

allisya mengangguk kemudian mengangkat panggilan dari seseorang yg tak pernah dia duga akan meneleponnya.

terlebih lagi semalam ini.

allisya segera mengangkat panggilan tersebut kemudian mendekatkan ponselnya dengan telinga. "hallo,"

"hallo, benar dengan allisya ya?"

"iyaa benar. maaf ini siapa ya?"

"oh iyaa neng, ini bu ratna, ibu kos yg kemaren neng hubungi,"

"oh iyaa bu, ada apa ya?"

"jadi gini neng, untuk kamar yg akan neng gunakan ternyata masih kosong tiga hari lagi. saya yg salah neng, saya kira tanggal 18 penguni lamanya udah pindah tapi nyatanya tanggal 20. saya salah lihat,"

"oh gitu bu, gapapa bu kalo itu. saya juga kebetulan belum berangkat jadi bisa saya undur dulu,"

"sekali lagi maaf yaa neng, ibu minta maaf banget,"

"ga apa ibu,"

"yaudah neng, ibu cuma mau bilang itu. maaf juga telpon malem-malem. takut besok lupa,"

"tidak apa ibu,"

dan setelahnya panggilan terputus.

"siapa?" tanya doni melihat allisya meletakkan kembali ponselnya.

"ibu kos aku yg baru. katanya aku ga bisa pindah tanggal 18, bisanya tanggal 20,"

"terus gimana?"

"ya udah aku pending berangkatnya,"

doni mengangguk. terjadi keheningan diantara keduanya hingga seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka.

"hmmm kamu beneran gamau makan?" tanya doni, membuka suara.

allisya menggeleng. "engga. ini juga aku makan mendoan,"

doni mengangguk. "mau icipin makananku ga?" tanya doni menyodorkan sendok berisikan nasi dengan lauk yg dia pesan.

allisya menggeleng. bagaimana dia menolak tawaran doni? sedangkan dia sekarang malah teringat lio yg dulu sering menawarkan makanan kepadanya seperti sekarang ini.

"cobain deh, dikit aja," bujuk doni.

"engga mas, terima kasih," allisya memasukkan satu potong mendoan kedalam mulutnya.

"terus rencana kamu gimana dengan kosan yg di undur?" tanya doni memakan makanan yg sebelumnya dia sodorkan untuk allisya.

"aku tuker jadwal tiker. semoga bisa," ucap allisya lemah.

"nanti aku bantuin," tawar doni

"eh gausah, aku bisa sendiri kok,"

"udah aku bantuin. biar lebih cepet,"

allisya hanya bisa mengalah. tak ingin berdebat lebih lanjut.

"hmmm soal pertanyaanku tadi," buka doni meletakkan sendok dan garpu dengan makanan yg tersisa masih setengah.

allisya yg awalnya menunduk, mengangkat kepalanya. "maaf, kamu tadi ngomong apa? ga jelas," ucap allisya pelan.

doni mengambil nafas panjang. berusaha menetralkan detak jatungnya yg kini berdetak lebih cepat dibandingkan sebelumnya. 'sial, semenegangkan ini ternyata mengungkapkan perasaan!' batin doni.

"hmmm akugatausemejakkapan-," omongan doni terputus.

"masih ga jelas," potong allisya. "lio kalo ngomong jelas dan tegas," puji allisya tanpa bisa ditahan.

Lia dan Lio (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang