plate 2·2

326 34 1
                                    

"Artikel tentang kolaborasi kita dengan D Brand sudah dirilis?" tanyaku sambil membuka dokumen yang diserahkan oleh Dava.

"Sudah, responnya positif dan banyak yang menantikan hasil kolaborasi antara dua perusahaan besar ini"

"Okay, bagus"

"Cepetan buka!" ucap Nina, salah satu anggota team marketing.

"Sabar dong, deg-degan nih gue!" ujar Rendra, rekan satu team Nina.

"Ah lama lo, sini gue aja yang buka deh" dengan cepat Marcella mengambil tablet berukuran besar dari tangan Rendy.

Seluruh karyawan selalu menantikan hasil reputasi merek yang dirilis setiap awal bulannya. Selain menentukan reputasi perusahaan, hasil itu juga menentukan ego para karyawan antar perusahaan.

"Kita... nomor satu lagi!" ucapan Marcella membuat se-isi ruangan menjadi heboh.

"Jangan seneng dulu, poin kita menurun dari bulan lalu" ucapanku membuat para staff yang ada di ruangan itu kembali duduk diam.

"Ga ada salahnya lah kita seneng dulu, ya kan?" para staff lainnya pun mengangguk penuh setuju kepada Marcella.

"Sebelum itu, mending kalian laporan progress kolaborasi kita dulu. Gimana? Apa team D Brand sudah setuju sama proposal yang kita kirim?"

"Proposalnya sedang di proses oleh mereka dan seharusnya feedback akan dikirim besok malam" balas Nina.

"Oke kalau gitu setelah hasilnya keluar, gue mau lo langsung laporin ke gue"

"Baik"

"Udah waktunya makan siang, kita keluar makan ya, reward buat hasil yang baru aja keluar" mendengar hal itu, mereka pun mulai tersenyum lebar dan kembali bersemangat.

"AH!" teriak Rayhan sambil melempar lembaran kertas yang ada di tangannya.

"Kedua lagi? Kenapa kita selalu berada dibawah Zola sih?"

"Ya wajar lah Ray, lo tau sendiri kan mereka baru aja rilis produk baru dan sekarang beredar berita mengenai kolaborasi mereka sama brand New York itu pula" balas Arief, rekan bisnis Rayhan.

"Gue ga mau tau, abis ini kita harus bisa jadi yang pertama"

Arief hanya dapat menghela napas panjang, temannya itu memang tidak pernah berubah. Selalu keras kepala dan tidak ingin kalah.

***

"Buat scallop coba lo order lebih banyak dan bahan-bahan lainnya tetap seperti biasanya" ucap Keenan kepada Elin.

Pandangan Keenan yang awalnya sedang berkonsentrasi pun teralihkan ke arah pintu masuk.

"Gue tinggal sebentar" ucap Keenan.

"H-hai" aku menyapa Keenan yang baru saja menghampiriku.

"Kali ini lo datang bukan buat ngabisin stock beer gue kan?"

"Ng..ngak kok!"

"Duduk" Keenan menarik salah satu bangku yang berada di depan meja bar.

"Lo mau makan apa?" tanya Keenan.

"Ga usah gapapa, gue baru aja keluar makan sama anak-anak. Kebetulan lewat jadi gue mampir sebentar"

"Okay then" balas Keenan.

"Umm, sorry ya waktu itu gue ngerepotin lo buat nganterin ke apartemennya Marcella"

"Ga masalah, kebetulan juga searah"

"Hari itu mood gue lagi berantakan banget jadinya..."

"Gue ngerti kok" Keenan tersenyum tipis sambil menatapku.

"Tapi, gue ga ngomong yang aneh-aneh kan?"

"Sebenarnya malam itu lo ada ngomong tentang ka-"

Ucapan Keenan terhenti akibat suara panggilan telepon dari handphoneku.

"Oke gue balik sekarang" ucapku sebelum menutup teleponku.

"Sorry, gue harus balik sekarang"

"Oke, hati-hati di jalan"

Aku pun berdiri dari tempat dudukku.

"Oh ya, Keenan" aku kembali menghadap Keenan yang masih berdiri pada posisi yang sama.

"Lo harus kasih tau hal konyol apa aja yang gue omongin malam itu lain kali, oke?"

Keenan tertawa kecil sebelum membentuk simbol oke dengan jarinya.

"Ciee, kali ini ada yang ketemuannya lebih dari satu hari nih ga kayak blind date biasanya"

"Demen banget sih lo tiba-tiba muncul, kayak penampakan aja"

"Nyalahin orang, lo nya aja yang terlalu fokus sama primadona lo"

"Bram, gue mau nanya deh"

"Apa?" balas Bram sambil membantu Keenan mengelap gelas-gelas yang baru selesai di cuci.

"Kalau ada anak tunggal yang nyebut-nyebut tentang 'kakak', itu maksudnya siapa?"

"Menurut kamus Bram Timoteo, istilah 'kakak' itu bisa bermaksud kakak kandungnya atau kalau dia anak satu-satunya ya maksudnya 'kakak-kakakan' lah"

"Kakak-kakakan?"

"Iya, biasanya perempuan kasih jawaban ke cowo yang deketin dia 'aku udah anggep kamu kakak aku sendiri' itu artinya dia terjebak dalam kakak-adek zone"

"Jadi maksud lo ada cowo yang berusaha deketin dia tapi gagal gitu?"

Bram mengangguk dengan penuh percaya diri. Keenan pun mulai mengerutkan dahinya, di satu sisi ia meragukan ucapan Bram tapi di lain sisi ia merasa ucapan Bram juga masuk akal. 

MaisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang