Waktu Keenan mengajakku untuk bertemu di hari minggu, aku tidak pernah menduga jam 7 yang dimaksud olehnya adalah jam 7 pagi. Hari minggu yang seharusnya menjadi hari santaiku kini menjadi hari dimana aku harus bangun lebih pagi dari biasanya.
Dari kejauhan, aku melihat Keenan yang sedang duduk pada salah satu ayunan yang terdapat pada tengah-tengah taman.
"Lo mau ngajak gue kemana sih pagi-pagi gini?" tanyaku sambil menguap.
Keenan berdiri dari ayunannya sambil tersenyum tipis.
"Lo ga takut kotor kan?"
Aku menggeleng.
"Kalau gitu, pakai ini" ucap Keenan sambil menyerahkan sebuah helm kepadaku.
Setelah naik ke atas motornya yang berukuran besar itu, aku berusaha untuk mencari pegangan yang biasanya terdapat di bagian belakang motor.
"Motor lo ga ada pegangan ya?" tanyaku sambil melihat ke belakang.
"Ada" balas Keenan sambil memasang helmnya.
"Mana?"
Keenan meraih kedua tanganku dan meletakannya di dalam saku yang terdapat pada jaket kulitnya, membuatku secara tidak langsung memeluknya dari belakang.
"Di sini" ucapnya.
Gerakan tidak terduga itu membuatku terdiam. Dengan jarak sedekat ini, aku hanya berharap ia tidak dapat mendengar jantungku yang sedang berdebar dengan kencang.
Selama perjalanan, aku menikmati segarnya angin pagi yang sedikit demi sedikit menembus jaket yang menutupi tubuhku. Sudah cukup lama aku tidak menikmati angin segar ini.
Setelah tidak mengetahui ke mana Keenan akan membawaku pergi, akhirnya aku dapat mengetahuinya sendiri setelah tiba di tempat itu. Sebuah pasar tradisional, tempat yang tidak pernah ku kunjungi selama 27 tahun hidup di bumi ini.
"Bu, ketumbar, pala sama cengkeh nya ada?" tanya Keenan kepada seorang wanita yang sedang duduk di samping lapak dagangannya.
"Eh Mas Keenan, ada nih"
"Makasi ya Bu" Keenan mengambil sejumlah rempah-rempah itu dari tangan Ibu itu.
"Mas Keenan, kenalin atuh pacarnya" kini Ibu tersebut mengarahkan pandangannya kepadaku.
"Ah bukan Bu, cuma temen. Karin, kenalin ini Bu Asri. Tempat langganan gue beli bahan-bahan masakan sejak gue baru belajar masak"
Aku pun meraih tangan Bu Asri dan bersalaman dengannya. Bu Asri terus-terusan tersenyum sambil menatapku.
"Kalau gitu, saya tinggal dulu ya Bu. Masih harus cari bahan-bahan lainnya"
"Eh iya, iya silahkan. Neng geulis awet-awet ya sama Keenan"
Aku dan Keenan hanya dapat menatap satu sama lain sambil tertawa.
Setelah berkeliling cukup lama dan membantu Keenan mencari sejumlah bahan-bahan masaknya, kami memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu pada salah satu kedai kecil yang menjual kembang tahu.
"Ini pertama kalinya gue ke pasar" ucapku kepada Keenan.
"Well, gue ga kaget sih" balas Keenan sambil meletakkan sebuah sendok di samping mangkuk kembang tahu milikku.
"Kalau nyokap gue masih ada, mungkin aja pengalaman pertama gue ke pasar bakal sama dia bukan sama lo" aku mengaduk kembang tahu yang ada di depanku sambil tersenyum tipis, membayangkan hal yang dapat terjadi jika mama masih ada di sampingku saat ini.
"Karin" panggil Keenan, aku menengok dan menatapnya.
"Kalau apa yang terjadi ke hidup lo berbeda dengan apa yang sudah terjadi sekarang, lo belum tentu bisa jadi Karin yang sekarang ini"