Jodoh mesum NC[++++]

Igaaa

Sasa tercekat. Setelah berhasil lari dari afka, sasa berdiri dibelakang sekolah.
Sasa menyentuh bibirnya.
Anjirr.. ini baru hari pertama gw di sini. Gimana kalau udh 1 bulan? Bisa bisa gw jebol dibuat tu anak.
Batin Sasa.

Setelah itu, sasa kembali masuk ke kelas.
"Mana afka?" Ujar bu tuti
"Ga tau buk" balas sasa
"Kan kalian dihukum berdua"
"Pergi kantin paling bu"
"Ya sudah. Kamu duduk" ujar bu tuti.

Sasa mulai berpikir cara untuk membalas dendam.

Istirahat sekolah.

"Dy. Temenin gw ke ruang kepsek dong" ujar sasa

"Mangain?" Ujar didy, teman baru  sasa

"Tadi tuh waktu d hukum, Gw dicium sama afka. Ini ga bisa dibiarin." Ujar sasa berapi-api sambil beranjak dri tempat duduknya

"Iya emang ga bisa dibiarin sih. Tapi sa, lebih baik lo ga usah pergi ke kepsek deh. Ga akan di dengerin" ujar didy

"Serius lo? Kok?"

"Iya.. ga akan didengerin. Lebih baik ga usah"

"Kenapa?"

"Ya.. karna... karna lah... lebih baik ga usah"

"Ya kenapa didy?"

"Ada lah."

"Kalau ko ga ngasih tau, temenin gw ke kantornya" ujar sasa sambil menarik tangan didy. Lalu menyeret didy ke ruang kepala sekolah.

Kantor kepala sekolah

"Pak. Tadi Afka nyium saya dikantin pak. Ini ga bisa dibiarin. Itu sudah melukai harga diri saya" ujar sasa

"Lantas, mengapa kamu tidak menghindar?" Ujar bapak kepala sekolah

"Karena, saat seseorang dilecehkan, akan terjadi satu saat, dimana seseorang yang dilecehkan tersebut akan mematung ditempat, dan dalam kondisi blank. Hal itu yang telah saya alami pak." Ujar Sasa

"Afka memang sudah tidak bisa dimaafkan. Jadi, saya minta tolong ke kamu"

"Ada apa pak?" Ujar sasa sumringah

"Maaf kan afka"

"HAHH???"

"Iya. Maafkan afka."

"Kok?"

"Afka itu anak tunggal saya. Saya sayang bgt sama dia. Untuk pertama kalinya, saya mendengar kalau afka telah mencium seorang perempuan. Selama ini, walau afka bandel, saya tidak pernah mendengar itu. Mungkin kamu adalah orang pertama"

"Trus kenapa dia ga di hukum pak?"

"Kamu mau dia saya hukm?"

"100% iya pak"

"Dihukum sama kamu mau?"

"NGGAK!!"

"Ya sudah. Kamu juga ngga bapak hukum"

"Hah??"