2🐾

157 11 2
                                    


~Happy Reading~



Setelah dua minggu bersekolah, akhirnya Suga mau juga diajak ke kantin. Ia tidak ada pilihan lain, daripada harus menahan lapar sampai jam istirahat kedua. Lagipula menurutnya berteman dengan Airin tidak ada masalah. Karena Airin hampir tidak memiliki teman. Jadi, tidak akan berisik jika dirinya bersama Airin.

Suga masih menyantap makanannya dengan tenang hingga suara bisikan di kantin terdengar semakin jelas di telinganya. Itu sangat mengganggu, karena subjek pembicaraan tersebut ada di depannya. Suga menyadari perubahan raut wajah Airin. Dia menangkap sebuah kalimat

"Dasar gadis jalang. Anak baru juga di dekati"

"Iya, gadis seperti dirinya sangat pandai menggoda lelaki dengan tubuhnya. Aku tidak yakin apakah dia masih pe -"

Brakkk!!!

Gadis-gadis yang sedang bergosip terkejut saat Suga menggebrak meja. Dia menatap tajam para siswa yang sedang bergosip. Mereka terkesiap dan takut dengan tatapan tajamnya. Namun bukannya merasa sungkan, mereka malah melanjutkan cibiran mereka terhadap Airin. Suga menatap Airin yang sudah berkaca-kaca. Airin menatap Suga dan memberi kode untuk mengajak pergi dari sana.

"Makasih.. Aku akan ke UKS. Kau duluan saja."

Suga tidak menjawab perkataan Airin dan memilih mengikuti gadis itu ke UKS.

"Kenapa kau kesini?"

"Kau akan bolos di jam berikutnya?"

"Sepertinya begitu"

"Ya sudah, aku ikut"

Suga langsung membaringkan tubuhnya di kasur yang bersebelahan dengan kasur Airin.

"Kau mau bolos juga? Jangan..."

"Aku bukan menemanimu, jangan GR. Aku hanya tidak suka pelajaran sejarah, bikin ngantuk"

Airin terkekeh gemas. Sudah kubilang bukan bahwa Suga itu kucing galak. Tapi Airin tau, kalau Suga adalah teman yang baik dan perhatian. Tak jarang Airin diperlakukan tidak baik oleh teman-temannya. Tetapi Suga selalu membelanya. Walaupun tidak ditunjukkan secara langsung, tapi ia menyadarinya.

"Rin"

"Eum?"

Airin menoleh dan mendapati Suga yang telah berbaring menghadapnya sambil menumpu kepala dengan sebelah tangan.

"Kenapa teman-teman tidak suka denganmu?"

"Entahlah"

"Apa kau seorang pelacur?"

"Astaga"

Airin hanya bisa melongo mendapati dirinya diberi pertanyaan seperti itu. Dasar Suga! Kalau ngomong ga ada filternya. Kenapa dia sangat enteng mengatakan hal-hal yang frontal. Dia kekurangan iodium atau bagaimana sih?! Airin kaget bercampur kesal dan gemas. Ya, Airin tidak marah jika Suga yang berkata demikian. Entah anak ini terlalu ceplas ceplos atau polos. Bisa-bisanya dia bertanya secara gamblang terhadap seorang gadis sambil memiringkan kepalanya dan berkedip-kedip seperti seekor kucing yang sedang penasaran akan suatu hal.

"Apa menurutmu begitu?"

"Entahlah. Tapi kurasa tidak"

"Kenapa?"

"Kalau kau memang pelacur kau pasti sudah menggodaku"

"Jangan berpikiran aneh-aneh, aku bukan gadis seperti itu!"

"Lalu kenapa teman-teman mengataimu demikian?"

"Apa kau tau,"

"Tidak"

"Dasar kucing galak! Tunggu dulu aku belum selesai bicara"

"Mereka membenciku hanya karena pakaianku. Mereka bilang aku seperti wanita penggoda. Aku sedih. Apa salah kalau aku suka berpakaian seksi?"

"Eum. Jadi kau suka berpakaian terbuka?"

"Ya. Aku suka mengenakan rok pendek, dress, baju tanpa lengan atau apapun. Menurutku itu terlihat cantik dan indah. Aku menyukainya. Aku suka diriku terlihat seksi. Ini semacam aku suka menjadi pusat perhatian dan dipuji. Apa itu salah? Kenapa orang-orang berpikiran buruk tentangku"

Airin sudah berkaca-kaca sedari tadi. Kini lelehan bening telah menuruni pipinya. Namun ia segera menghapusnya.

"Sungguh, aku tidak mengerti dimana letak salahku. Apa menurutmu hal yang kusukai ini salah?"

Suga yang sedari tadi memperhatikan, tengah menimbang-nimbang jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan gadis ini.

"Kau bertanya dari sudut pandang apa? Salah dan benar itu relatif. Norma agama, norma kesopanan atau apapun, ku kira akan sulit kita cerna salah benarnya."

"Kenapa omonganmu berbelit-belit? Aishh untuk apa juga aku curhat padamu!"

"Bukan begitu. Oke, aku tidak akan menghakimi benar atau salah disini. Tapi aku akan bertanya padamu."

"Apa?"

"Kalau kau jalan-jalan ke pasar atau ke toko dan melihat suatu makanan lezat, apa kau akan tertarik dengan makanan yang terbuka, tidak memiliki kemasan atau makanan yang di dalam kemasan?"

"Tentunya dalam kemasan"

"Bingo. Begitu juga dengan kebanyakan orang, mereka akan menilai kesan pertama seseorang dari penampilannya."

"Tapi itu kan makanan, bukan manusia!"

"Terserah, Rin. Aku hanya memberimu analogi. Kau pikir sendiri benar atau salahnya. Semua pilihan kita akan ada konsekuensinya, baik atau bu-"

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju UKS disertai teriakan.

"Siapa di dalam? Apa ada yang membolos pelajaran?!"

Seketika Suga menarik tangan Airin dan berlari ke balik lemari obat. Mereka takut ketahuan dan akan mendapat hukuman. Nafas keduanya saling memburu, disertai degup jantung yang meningkat. Telunjuk Suga ditempelkan ke bibir Airin seakan menyuruh Airin untuk tidak bersuara.

Airin mengangguk dengan degup jantung yang tak karuan. Saat engsel pintu bergerak mereka semakin gugup. Bukan hanya karena guru BK yang tiba-tiba merazia dadakan, tapi karena posisi mereka sekarang. Airin bersandar ke dinding, dengan Suga yang hanya 5 cm di hadapannya. Bahkan deru napas Suga sudah menggelitik dahinya sejak tadi. Kedua tangan putih kekarnya juga berada di sebelah bahu Airin. Seperti sedang mengungkung.

Guru BK itu tidak mendapat apa yang ia cari sehingga ia segera meninggalkan UKS. Airin bernapas lega karena dirinya tidak ketahuan. Namun degup jantungnya belum mau normal kembali, karena lelaki dihadapannya. Suga belum bergeser se-inchi pun. Airin yang merasa tidak ada pergerakan dari lawannya, memberanikan diri untuk mendongak dan menatap lelaki itu.
Tatapan Suga terasa seperti mengunci pergerakannya. Mereka hanya terdiam dan saling tatap. Hingga satu pergerakan cepat semakin memacu degup jantung Airin. Hembusan napas yang semakin terasa di kulit wajah Airin. Tanpa menunggu detik berikutnya ia merasakan partikel lembut yang menempel di keningnya.
Suga mencium keningnya. Cukup lama

Satu..
Dua...
Tiga detik.

Lalu berbalik meninggalkan dirinya yang mematung dengan pipi yang sudah seperti kepiting rebus. Suga berlalu meninggalkan Airin namun sempat berhenti di ambang pintu.

"Jangan melamun! Tidurlah sebentar lalu kembali ke kelas untuk pelajaran berikutnya. Dan..
Jangan sedih lagi. Ada aku. Mulai sekarang kau tidak akan sendiri lagi."

Airin langsung meluruh ke lantai sambil menyentuh keningnya. Jantungnya serasa akan meledak. Dirinya malu, gugup dan bahagia secara bersamaan. Baru kali ini ia  diperlakukan dengan layak sebagai seorang gadis. Suga tidak mencemoohnya. Suga tidak menganggap dirinya gadis murahan. Suga juga tidak memanfaatkan dirinya untuk berpikiran mesum seperti teman-teman lelakinya. Ia memperlakukan Airin dengan gentle.

"Finally, you comethru."

Tbc.

Comethru ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang