7🐾 End

136 11 4
                                    


~Happy reading~




Airin membenahi seragamnya dan keluar perpustaakaan. Ia menyadari tatapan dan cemoohan para siswa di koridor. Semuanya hancur. Suga nya juga tak percaya padanya. Tatapan hina tak dihiraukannya lagi. Ia hanya berlari sekuat tenaga menuju rooftop.

Airin masih menangis sambil berjalan menyusuri rooftop hingga sampai ke tepi. Ia menarik napas sangat dalam untuk mengumpulkan kekuatannya. Ia memandang ke langit yang entah mengapa hari ini begitu cerah. Rasanya keadaan langit saat ini tak mendukung suasana hatinya.

Air matanya menetes sekali lagi. Tiba-tiba berbagai memori terputar di kepalanya. Memori tentang dirinya dan Suga semenjak kepindahannya. Memori tentang orang tuanya yang selalu menganggap dia gadis yang periang. Satu per satu ingatan itu berhamburan dan semakin memudar.

Tak berselang lama darah sudah menggenang di sekitar tubuh gadis yang tergeletak lemas di tanah. Tubuhnya masih hangat, air mata pun masih tergenang di pipinya. Teriakan siswa yang sedang berolahraga menggema melihat pemandangan tersebut. Siswa, petugas keamanan dan guru di sekitar berlarian ke lokasi dengan panik.

Kejadian mengejutkan tersebut dengan cepat sampai ke telinga penjuru sekolah. Kabar mengenai siswi yang bunuh diri disiarkan oleh siswa yang berada di lokasi kejadian. Mereka berlari berhamburan ke kelas mereka masing-masing. Hingga akhirnya berita tersebut sampai ke kelas dimana gadis itu berada.

Suga yang mendengar kabar itu langsung jatuh luruh ke lantai. Tak ingin berlama lama seperti orang bodoh, ia dengan segenap kesadarannya mengumpulkan tenaga untuk berdiri guna memastikan sendiri kebenaran kabar itu.

Ia berlari sekencang-kencangnya menuju kerumunan di bawah sana.

Ia seketika menangis seperti orang bodoh. Apa yang di hadapannya kini sangat mengejutkan. Pesan Airin semenit yang lalu sebenarnya masih menyayat hatinya. Namun, pemandangan yang ada di hadapannya kini lebih menyakitkan lagi. Gadis yang ia sayangi sudah terbujur kaku dengan membawa luka. Luka di hatinya dan luka di tubuhnya.
Kalau saja..
Kalau saja dirinya lebih mempercayai Airin daripada Tessa dan teman-teman yang lain. Mungkin Suga masih bisa menatap wajah cantik gadis itu sambil berbaring di UKS. Membolos pelajaran berikutnya bersama, hanya untuk menemani dan menenangkan Airin atas kejadian tidak menyenangkan yang menimpanya di perpus tadi.

Seharusnya,
Ia sedang memandangi wajah Airin sambil sebelah tangan yang menumpu tubuhnya.
Seharusnya ia menolong Airin, seharusnya ia menghibur gadis itu, dan seharusnya ia mempercayainya...

Andai saja..
Namun itu semua sudah terlambat. Pikirannya kacau hingga ia tak sadarkan diri.

Suga samar-samar mendengar bahwa dirinya berada di UKS. Ia tak sadarkan diri karena tak kuasa menerima kenyataan. Ia merasa menangis dalam bawah sadarnya.
"Maaf Rin, maaf aku tidak mempercayaimu..
Tolong jangan pergi, Rin... Hiks hiks"

**

Bel sekolah rasanya sangat berisik hari ini. Buktinya suara itu bisa membangunkan si kucing galak dari tidur pulasnya. Suga berjingkat kaget dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah. Dan air mata mengaliri pipinya. Matanya memeta ruang kelas. Dilihatnya siswa berhamburan keluar kelas. Ah, ternyata ini bel istirahat bukan bel masuk. Dia menoleh singkat ke sebelah bangkunya. Hanya ada sebuah tas tanpa pemiliknya. Seketika dia teringat janjinya dengan seseorang di suatu tempat.

"Sial! Aku benci pelajaran sejarah yang membuatku tertidur!"

Dia berlari meninggalkan kelas dengan kesal menuju suatu tempat.

Brakkk!!!

Pintu itu terbuka dengan kasar. Suga berjalan was-was sambil memeta keadaan sekitar. Entah firasat apa yang membawanya kemari. Atau karena ia masih kesal dengan mimpinya barusan. Akhirnya ia menemukan yang ia cari.

"Airin!"

Dilihatnya Airin sedang menahan tangis karena ulah Ryan. Dia seperti merasa De javu saat ini. Kemudian Tessa yang datang entah dari mana sok merasa tersakiti karena pacarnya sedang digoda. Tanpa menunggu gadis iblis itu berucap, Suga langsung merebut handphone Tessa. Ia mencari dan menghapus foto-foto yang mengganggu Airin selama ini.

Tessa terkesiap dan diam saja karena kejadian di depannya sangat cepat.
Tanpa ba bi bu, Suga melempar hp Tessa ke lantai dan dia menarik tubuh Airin. Dia menggenggam tangan Airin dan meninggalkan Tessa yang histeris karena hp nya yang rusak berceceran. Ryan sudah akan mengejar Suga namun urung juga karena Suga menghentikan langkahnya. Suga berhenti sejenak dan berucap

"Aku akan melaporkan kalian ke BK jika kalian mengganggu Airin lagi. Awas saja!"

Mereka berlalu dari perpustakaan. Tangan Suga masih menggenggam tangan Airin erat dengan nafas yang terengah-engah. Seakan gadis itu akan pergi meninggalkannya.

"Maaf, Rin. Seharusnya aku datang lebih cepat sebelum bedebah itu menyakitimu.."

Suga berucap sangat lembut seraya mengusap air mata Airin. Airin serasa mendapat kekuatannya kembali. Ia tak apa selama memiliki Suga yang selalu bersamanya, yang akan menghiburnya, yang akan membelanya, dan yang selalu percaya padanya. Airin tersenyum lega dan kemudian mengangguk menuruti ajakan Suga.

"Ayo kita ke UKS, Rin"

"Untuk apa?"

"Membolos satu mata pelajaran bukan ide yang buruk, bukan? Aku sudah lama tidak memandangmu lamat-lamat"

Suga menunjukkan smirk nya yang sedetik kemudian berganti dengan senyum manis yang tulus.



-End-

Jika suka dengan cerita ini, kindly please vote n give your comment.. Thank you 💜

Comethru ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang