Kim Jinhwan

1.9K 320 55
                                    

Bazar Ramadhan di alun-alun kota selalu menjadi primadona di bulan puasa.

Banyak stand yang dibangun di sepanjang trotoar depan Masjid Agung.

Berbagai jenis penjual berjajar dari utara hingga selatan.

Dan salah satunya adalah KIM Jinhwan.

Pria mungil yang kini sedang mengelap meja untuk tempat dagangnya dijejerkan.

"Jinan... ini gorengan simpen dimana?"

"Goreng punya Tante Minzy, ya?" tanya Jinhwan, "berapa totalnya, Tan?"

"Bakwannya 50, Risoles 50, sama Tempenya 50..." jelas wanita tersebut, "jadi semuanya 150."

Jinhwan menganggukkan kepalanya, sedangkan tangan kanannya fokus menulis barang titipan milik salah satu teman mamahnya itu.

"Ini sambelnya ya, Jinan..."

"Siap, Tan..." jawab Jinhwan lalu merapikan gorengan yang sudah disediakan di dalam plastik. Lalu menata sambalnya.

"Mas... ini titipan puding jagung 100 cup punya Mba Chaerin...."

Jinhwan langsung mendekati tukang ojek tersebut, membantu mengangkat kardus berisikan puding jagung milik tetangganya.

"Sama ini bronies oreonya 50,"

"Siap Mang..." jawab Jinhwan menata puding jagung dan bronies oreo. "Nanti malem uangnya biar Jinan anterin ke rumahnya langsung, Mang."

"Okeee... semangat jualannya Nan..."

"Washiaaap..." balas Jinhwan sembari bersikap hormat.

"Nan... ini nasi kuning punya Umi..."

"Simpen aja Mba," jawab Jinhwan kepada Kakak perempuannya, Kim Seiyeon.

"Ada 50 semuanya...."

Jinhwan langsung mencatat jumlah nasi kuning sesuai dengan yang Kakaknya katakan.

"Mba... jaga stand dulu ya bentar..." pinta Jinhwan, "udah ashar, Jinan mau ke masjid dulu."

Seiyeon langsung mengangguk setuju, "Dah sana ke Masjid, Mba yang jaga dulu."

Kim Jinhwan adalah definisi sempurna dari calon suami idaman. Cari nafkah bisa, shalat lima waktu gak kelewat. Lahir batin calon istrinya terpenuhi.

~~~

"GORENGANNYA BUUU..."

"NASI KUNING SEDAP MANTAPP"

"PUDING JAGUNG, BRONIES OREO, KOLAK PISANG YANG MANIS-MANIS KAYA SAYA JUGA ADA BUUU..."

"Bu... biji salaknya, Bu?"

"Ini berapa?" tanya seorang wanita berkerudung merah muda yang kini menunjuk jejeran gorengan.

"Masing-masing seribu, risoles mayonya dua ribu lima ratus, Bu..."

"Saya mau bakwan lima, tempe lima... Asinan berapa itu?"

"Asinan tujuh ribu, Bu"

"Lima ribu aja, saya beli 2..."

"Yaah... gak bisa bu, dua ribunya buat modal saya nikah..." canda Jinhwan. Padahal emang dari sana harganya lima ribu. Kalo ditawar jadi lima ribu nanti Jinhwan ga dapet untung.

"Yaudah saya beli 2 asinannya."

Berhasil.

"Tapi abis lebaran lamar anak saya ya..." Jinhwan langsung tertawa saat mendengar lanjutan perkataan ibu-ibu tersebut.

"Nanti saya diskusiin sama Umi di rumah dulu, Bu..." balas Jinhwan ikut bercanda.

"Bang Pizza ini berapa?"

Jinhwan yang sedang memasukkan belanjaan ibu berkerudung merah muda, langsung menoleh saat melihat seorang anak laki-laki yang sudah memegang roti pizza.

"Lima ribu ade ganteng, mau?"

"Mas ini berapa semuanya?"

"Gorengan jadi sepuluh ribu, asinannya empat belas ribu, jadi duapuluh empat ribu, Bu..."

"Dijadiin dua lima aja nih, gorengannya tambah satu."

"Shiap Bu, ini saya kasih bonus sambel kacang..." canda Jinhwan sembari menyerahkan kantong plastik belanjaan ibu-ibu tersebut.

"Bang ini satu,"

"Bentar dek, tangan sata cuma dua... Kalo banyak itu namanya tentakel Squidward..." jawab Jinhwan yang sedang memasukkan uang ke tasnya, "Terimakasih Bu, salam buat anaknya."

Hari pertama di bulan Ramadhan, suasana bazar takjil sangatlah ramai. Termasuk stand milik Jinhwan. Dimana saat jam baru saja menunjukkan pukul lima lewat lima belas, dagangan Jinhwan sudah hampir habis. Hanya tersisa beberapa gorengan dan puding jagung.

Jinhwan menghela nafasnya, menghitung hasil pendapatannya hari ini. Lalu menghitung penghasilan dari makanan titipan milik beberapa teman Uminya.

"Permisi Ibu..." panggil Jinhwan sopan kepada ibu-ibu yang berjaga di stand samping Jinhwan, "saya mau ke masjid, boleh saya titip stand?"

Ibu-ibu yang juga sedang menghitung penghasilannya langsung mengangguk sebagai jawaban. "Iya dek. Adek ke masjid saja."

Jinhwan langsung tersenyum, dan setelah itu menyimpan tas yang berisi hasil dagangannya kedalam laci meja dagangan yang dapat dikunci.

Tak peduli jika kemungkinan uang tersebut bisa saja dicuri. Tetapi, Sang Abi selalu mengajarkan bahwa saat akan beribadah, ia tak perlu membawa harta apapun. Tinggalkan semuanya. Karena itu semua hanya titipan dari yang maha kuasa.

Jika memang hilang, itu artinya bukan rezeki.

Toh Jinhwan sudah berusaha dengan cara mengunci laci tersebut dan menitipkan stand-nya kepada Ibu-ibu yang berada di samping stand-nya.

~~~

Setidaknya ngabuburit Kim Jinhwan cukup bermanfaat. Dapat menghasilkan uang dan membantu teman-teman ibunya untuk berjualan.

Tbc

NGABUBURIT bareng iKONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang