Bagian 2

2.7K 237 4
                                    

"Kamu nginap, nggak?" bisik Kikan kepada pria yang tengah berbaring sambil memeluknya.

"Kamu mau aku nginap?" Ryon balas berbisik sambil terus membelai rambut Kikan.

Kikan mengangguk kecil sambil membenamkan wajah di dada Ryon. Menolak memperlihatkan wajahnya yang tersipu karena permintaan itu.

Ryon tersenyum kecil saat melihat tingkah malu-malu Kikan.

"Aku temanin sampai kamu tidur. Tapi, kalau masih ngerasa susah tidur," jeda Ryon, masih terus membelai rambut Kikan sambil melanjutkan bicara, "kamu bisa cerita tentang mimpi kamu tadi. Biar plong."

"Hm, lain kali aja, ya," sahut Kikan, terdengar enggan dan tidak nyaman. "Aku mau coba tidur aja."

Ryon terdiam sejenak, begitu pula gerak tangannya. Tidak lama, dia menunduk untuk mengecup puncak kepala Kikan, lalu berbisik, "Oke, coba pejamkan mata kamu."

Kikan mengangguk lagi. Menyamankan posisi tubuhnya dalam pelukan Ryon.

"Selamat tidur, Kikan," bisik Ryon.

Kikan hanya bergumam lirih. Memejamkan mata dengan kooperatif. Membiarkan Ryon membalas pelukannya.

Elusan tangan Ryon biasanya hampir selalu ampuh meninabobokan Kikan. Namun, sepertinya kali ini kurang bekerja. Hampir bermenit-menit Kikan terus berusaha memejamkan mata, tapi tidak juga dirinya larut dalam dunia mimpi.

Ryon mungkin menyadari itu, tapi diam saja. Dia masih terus mencoba membujuk agar wanita itu segera terlelap lewat buaiannya.

Kikan masih enggan bermimpi lagi. Agak berdilema kalau harus menemui mimpi yang sama seperti beberapa jam lalu.

Sesuatu yang aneh. Tentu bukan kebiasaannya untuk tertidur di sofa saat jam masih menunjukkan pukul setengah delapan malam.

Sebelumnya Kikan memang menyibukkan diri membuat makan malam setelah dia pulang dari kantor. Ryon berkata akan mampir untuk makan malam bersama, jadi dia menyempatkan untuk memasak.

Mungkin karena merasa kelelahan. Saat merebahkan dirinya di sofa untuk sejenak istirahat sambil menunggu kedatangan Ryon, Kikan malah tertidur. Dia bermimpi sesuatu yang membuatnya terbangun dengan bercucuran air mata.

Lama sekali rasanya Kikan tidak pernah bermimpi lagi tentang Rendra. Dulu memang sering, tapi itu terjadi saat tahun-tahun awal Rendra pergi dari kehidupannya.

Itu pun tidak lebih dari mimpi dengan kecenderungan berisi cuplikan kenangan tentang mereka, sesuatu yang memang pernah terjadi. Kenangan yang datang karena sebuah kerinduan.

Namun, kali ini terasa berbeda. Setelah beberapa tahun berlalu, kini Rendra kembali muncul dalam mimpinya dengan kilasan yang tidak pernah ada dalam bayangan ataupun memori ingatan Kikan.

Ruangan dalam mimpinya tadi memang kelas mereka, jadi sudah pasti di sanalah mereka sering menghabiskan waktu bersama. Namun, tidak ada kejadian seperti yang terjadi di dalam mimpi beberapa waktu lalu. Apalagi saat melihat janggalnya ekspresi wajah Rendra kala itu. Juga apa yang mereka amati dalam genggaman Kikan.

Padahal Kikan masih sering mengirimkan doa pada setiap waktu yang menyempatkan dirinya mengingat Rendra. Kunjungan ke makam pria itu pun selalu teratur tiap beberapa bulan sekali. Tidak pernah Kikan melupakan Rendra dalam kesengajaan, kecuali karena kesibukan.

Lalu, kenapa sekarang mimpi dengan segala keanehan itu harus muncul?

Apalagi Ryon harus melihatnya bangun sambil terisak hebat akibat memimpikan hal itu.

Ryon. Seseorang yang sekarang tengah memeluknya. Terbuat dari apa sebenarnya hati pria ini?

Satu hal yang selalu menjadi keinginan Kikan beberapa tahun belakangan. Menguak isi kepala Ryon, lalu mencari tahu jalan pikirannya.

Kikan tahu persis semua yang dilakukan pria berumur dua puluh delapan tahun itu adalah sebuah ketulusan dan kejujuran. Semua kehangatan dan rengkuhan yang selama ini Ryon berikan padanya secara cuma-cuma, bukanlah sesuatu yang bisa dianggap kebohongan ataupun kamuflase.

Pria itu juga tidak pernah berkomentar banyak ketika dulu Kikan harus menemui masa kegilaan karena merindukan Rendra dalam hidupnya. Bahhan hingga sekarang.

Ryon tidak pernah terlihat merasa enggan apalagi protes ketika harus selalu menempeli Kikan yang pada saat-saat itu akan melupakan apa pun, selain memfokuskan pikiran pada kenangannya bersama Rendra, di mana tidak ada Ryon di dalamnya.

Namun, fakta kalau mereka telah bersama sekian tahun ini adalah sebuah kenyataan. Ryon memilikinya. Kikan menyambut kepemilikan itu meski dalam bungkam.

Ketika akhirnya Kikan sudah merasa nyaman dengan keberadaan Ryon dalam hidupnya, sekarang tiba-tiba malah muncul mimpi yang mengusik hatinya. Datang dalam wujud Rendra yang sebelumnya belum pernah terjadi.

Tanpa bisa Kikan kendalikan, keraguan dan rasa bersalah mulai mencuat dari dirinya. Membuatnya berdilema. Bahkan ketika pelukan Ryon terus mengalirkan kehangatan tanpa henti.

Egoiskah dia karena terus menahan pria itu di sampingnya, padahal dia sedang memikirkan sosok lain di masa lalu?

[16.04.2020] & [16.04.2022]

Cerita lengkap sudah tersedia di karyakarya

https://karyakarsa.com/LightKuro

Nama akun dan foto profil yang sama dengan di wattpad.

Nama akun dan foto profil yang sama dengan di wattpad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Let Me Give Your Heart a BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang