H-2 PORDA DKI JAKARTA

124 8 0
                                    

Kisah ini sungguh sederhana. Hari kedua porda. Hari yang menentukan bahwa team akan masuk ke semi final atau tidak. Hari yang sangat dinantikan. Pagi harinya aku dan teman teman satu team latihan. Kami sangat bersemangat karena ingin meraih juara dan bisa lolos prapon. Sungguh ini yang kami inginkan. Kami di latih untuk lebih keras lagi. Itulah sebabnya wanita harus man to man melawan laki laki karena wanita ototnya harus di gembleng. Semua dipasangkan dengan postur tubuh. Postur tubuh tinggi besar sama dengan postur tubuh lelaki itu. Lelaki yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama namun malu untuk kuungkapkan. Aku harus berusaha melakukan bumping agar dia bergerak namun nihil dia sangat kuat. Coach bahkan marah marah padaku , coach berkata nanti lawanku ada yang tubuhnya lebih besar dariku. Itu membuatku khawatir. Setelah latihan kami melakukan breafing sebelum game. Breafing yang sangat bermanfaat. Namun aku merasakan badmood ketika mengingat kata kata coach bahwa lawanku lebih besar dariku. Aku mengumpat diriku sendiri. Jika tidak menang maka apa gunanya aku latihan selama ini. Wajah murung ku sudah menampakkan dirinya. Bagaimana jika Lawanku sama besarnya dengan Qiqi mungkin saja aku yang terpental jika dia memblok bola ataupun membumping. Teman teman seteam ku asik bercerita ria dengan makan salad buah. Sementara aku masih diam dengan wajah yang murung di pojokan stadion. Namun lelaki yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya itu duduk pas disampingku membawa dua cup salad buah. Aku hanya b aja. Aku pikir memang porsinya dua cup dikarenakan badannya yang besar. Aku masih saja diam ditambah detak jantung yang kencang aku menahan diri agar tidak salah tingkah. Aku hanya terus bergumam
" ya Allah kuatkan hambamu yang lemah akan ciptaan mu yang hampir sempurna yang duduk didekatnya". Yahh, qiqi memang sempurna. Dia masih duduk dengan memakan salad buah. Sedikit demi sedikit dia makin menempel denganku dan memecahkan keheningan yang ada.

"Kamu kok dari tadi bengong aja, kenapa?". Tanyanya. Sontak aku kaget akan hal itu. Karena dari tadi aku masih larut dalam dunia keheningan yang ada dengan memikirkan perkataan coach.

"Enggak papa kok kak". Jawabku dengan berusaha menahan diri sambil sedikit menunduk menutupi pipiku yang blushing ini.

"Kita belum kenalan". Ucapnya dengan menatap ke arahku.

Dia langsung menyodorkan tanganya dan berkata"aku Barqi Faturahman Simanjuntak, nama kamu?". Tanyanya.

Ada rasa senang di hatiku karena orang yang aku suka secara diam diam langsung menanyakan namaku dan mengajakku berkenalan. Aku ingin senyum tapi gengsi. Aku menahan senyum lebar ku dengan menampilkan senyum tipis yang pura pura."Syahrimikha Lidyastuti Asmoro". Ucapku menerima uluran tangannya. Aku mengira tangan kuat nya itu kasar, sekasar caranya bermain. Tapi tidak, tangan itu sangatlah lembut. Aku masih saja memegang tangan itu dan dia juga tidak melepaskannya.

"Panjang banget, biasanya dipanggil siapa?". Tanya nya padaku. Dengan sedikit nyengiran yang sangat manis.

Aku langsung menjawab

"panggil saja Mikha kak". Ucapku dan melepaskan jabatan tangan itu. Padahal sesungguhnya aku tidak ingin.

"Kalau kak Barqi biasa dipanggil siapa?". Tanyaku dengan hati hati.

"Biasa dipanggil qiqi, dipanggil sayang juga boleh". Ucapnya dengan nada yang seperti bercanda. Aku hanya nyengir.

"Boleh minta nomor telepon kamu?". Tanyanya. Sontak aku kaget. Malahan aku yang ingin minta nomor telepon dan ternyata dia sendiri yang langsung minta kepada ku. Aku senang se senang senangnya. Dia mengeluarkan hp iPhone 5s miliknya. Dan menyuruhku mencatat nomorku dan menyimpannya. Setelah selesai itu. Dia langsung misscall nomorku.

"Itu nomor aku yah, jangan lupa save juga". Ucapnya. Aku langsung mengetik satu persatu namanya.

"Wow completed". Ucapnya. Aku hanya senyum.

Me , Basketball And Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang