[09]

23K 2.9K 902
                                    

"Utututu, manis sekali adik iparku~"

"Aku tidak manis ah!"

Miwa terkekeh. Ia mencubiti pipi [Name] dengan gemas. 

Putaran pertama Turnamen Nasional baru selesai hari ini. Schweiden Adler tengah melakukan pendinginan resmi di lapangannya. 

Awalnya [Name] duduk sendirian, karena teman-teman seangkatannya tidak datang. Tapi takdir berkata lain, wanita itu malah dipertemukan dengan sosok cantik berambut pendek.

Sang kakak ipar, Miwa Kageyama.

"Kau semakin tembam saja. Kurasa Tobio benar-benar menjagamu dengan baik ya," Miwa tersenyum geli sambil mengacak surai [h/c].

"Kalau itu, Tobio-kun memang menjaga dan memenuhi semua kebutuhanku kok. Tapi..."

"Jangan rusak rambutku, Nee-san! Merapikannya susah tau!" pekik [Name].

Miwa terkekeh. Diambilnya sisir dari tas kecilnya, lalu meminta [Name] duduk di kursi tribun utama itu.

"Sini, kurapikan rambutmu."

[Name] langsung memasang ekspresi senang. Ia duduk membelakangi sang kakak ipar lalu dengan lembut Miwa menata rambutnya.

"Rambutmu halus sekali. Cantik." puji Miwa yang memang seorang penata rambut.

"Nee-san selalu bilang begitu,lho." [Name] tertawa malu.

"Aku serius. Cocok dengan Tobio." tambahnya. "Kira-kira anak kalian nanti rambutnya bagaimana,ya?"

[Name] langsung membatu.

Anak?

Memang selalu terbesit dikepalanya memiliki seorang Kageyama kecil, tapi ...

Bagaimana dengan suaminya sendiri?

"Soalnya rambut kalian sama-sama halus. Jadi kepikiran ponakanku nanti rambutnya selembut apa."

Dengan cepat [Name] membalikkan wajahnya yang sudah berwarna merah pekat.

"N-Nee-san, jangan bahas itu dulu!"

"Lho, kenapa?"

[Name] diam. Ia menunduk lalu meremas ujung roknya.

"T-Tobio-kun tidak pernah menyinggung soal itu. Jadi, kurasa... dia belum mau."

Miwa kaget. Ia mengedipkan kedua bola mata tak percaya. 

"Kalau kalian menunda membuatkan ku ponakan, kalian berdosa." 

Dan hal itu sukses membuat [Name] mengerang kaget. Ia menggeleng-geleng cepat sambil memegangi jemari kakak iparnya,

"Nee-san jangan bicara begitu!"

"Kalau begitu jangan menunda , [Name]!" pekik Miwa sedikit tak sabar.

[Name] menghela nafas. Ia menggigit bibir dengan gelisah. Memang ia pribadi menginginkan seorang bayi kecil, tapi... bagaimana jika Kageyama tetap sibuk begini?

Ya harus diusahakan. Mau tidak mau, toh pasti kalian akan punya bayi.

Itu kata batin Miwa.

"Ba-baik. Aku akan coba bicara dengan Tobio-kun..."

"Bicara apa?"

Sekali lagi [Name] mengerang kaget. Dan Miwa berbinar melihat sosok adik nya yang telah berdiri didekat mereka.

"Tobio! Ah, aku merindukanmu! Tapi aku lebih menginginkan seorang ponakan darimu."

Hm, sangat to the point.

"Ponakan? Oh, maksudmu anakku?"

Miwa mengangguk.

"Ya, aku tidak lelah sih. Aku puas dengan pertandingan hari ini jadi, aku akan membuatnya malam ini juga."


===


"Terima kasih, Tobio! Ah kau memang yang paling mengerti aku."

"T-to-tobio-kun! Apa-apaan..."

"Kau keberatan? Atau kau mau melakukannya sekarang? Dimana?"

"TOBIO-KUN!"

"Sudah cepat pulang dan lekas buatkan!"

Wife! - Kageyama TobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang