4.3 Hang Out (18+)

736 11 1
                                    

Suasana Villa yang semakin larut dalam kegelapan membuat Satya dan Vano cukup kesulitan dalam mencari Arsya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana Villa yang semakin larut dalam kegelapan membuat Satya dan Vano cukup kesulitan dalam mencari Arsya.

[Disisi lain]

Tampak Arsya yang sedang jalan menyusuri lingkar laut yang seakan tak ada habisnya dengan kaki telanjang. Ia tak tau harus berbuat apa, hatinya memang tidak cinta, tapi seakan perasaannya yang selalu menggebu.
Bagaimana tidak, orang yang sudah ia percayai sejak kecil justru menghianatinya baru-baru ini.
Angin cukup dingin menusuk tulang berulang Arsya. Tiba-tiba,

"Yatuhan, perasaan ini? Lagi?? Sakit banget astaga.. Tt..tolong.." -Arsya.

Arsya tumbang saat itu juga di tepi pantai yang mulai pasang.

****

Pagi yang cerah mulai muncul mengelilingi villa. Sang mentari dari sudut timur menampakkan dirinya dengan segan.
Pagi itu Satya dan Vano melanjutkan pencarian Arsya, dengan maksud akan lebih mudah jika mencarinya di waktu terang saat ini.
Berjalan menyusuri tepian pantai dengan penuh harap ditemukannya Arsya yang membuat mereka sedikit kelelahan.

[Disisi lain]

"Selsai juga gue beres-beres seisi rumah. Tinggal kamar sih, hadeh. Yaudah deh." -Jeslyn.

Jeslyn yang sedang sibuk dengan bersih-bersihnya, tak sengaja menemukan secarik kertas yang kumel, ia penasaran dan membuka isinya.

"Kalau aku mati, apa Satya masih anggep aku ini sahabatnya?
Ntah apa yang harus aku rasakan saat ini. Antara senang, ataupun sedih. Mungkin tak lama lagi aku akan segera menghadap sang ilahi.
Dear Cancer, aku harap kamu jangan nakal ya. Aku masih pengen banget bahagia sama Satya. -Arsya".

Jeslyn kaget membaca isi surat itu, ia bertanya-tanya pada dirinya, sejak kapan surat itu ada di kamarnya. Namun tiba-tiba ia terpikir bahwa kertas itu pernah jatuh dari saku Arsya ketika ia lari ke arah kantin waktu itu. Hingga liburan semester tiba, Jeslyn baru sempat melihat isinya. Seketika ia merasa khawatir dengan keadaan Arsya saat ini. Ia memutuskan untuk menelpon Arsya, namun berkali-kali ia menelponnya, tak ada balasan dari Arsya.
Ia berinisiatif untuk menghubungi Satya, dan ternyata Satya mengangkatnya.

"Sat!! Satya.. Arsya.. Arsya dimana? Gimana keadaannya sekarang Sat!?" -Jess.

"Iya halo, loh kenapa lu kaya abis nangis Jes? Sebenernya gua ama Vano lagi nyari Arsya. Semalem dia ngambek dan kabur dari vila. Sampe sekarang belum ketemu Jess. Lu kenapa tiba-tiba nanyain Arsya?" -Satya.

"APA? ARSYA KABUR? Sebegitu begonya lo sampe-sampe ngurus satu orang aja gabisa!? Asal lo tau, gue barusan baca surat Arsya yang dia tulis di kertas. Itu gue temuin waktu dia nangis di kantin kampus. Dan lo tau isinya? Dia itu..u..! Gue gamau tau! Lo harus cari dia sekarang" -Jeslyn.

Tut tut tut..

Jeslyn mematikan telponnya. Satya bingung dengan apa yang dikatakan oleh Jeslyn. Tanpa berpikira panjang, ia langsung berlari mencari Arsya. Ia bertekad untuk menemuinya.

"Woi Sat? Lu ngapa lari dah? Etdah buru-buru banget." -Vano.

Titik terang berpihak pada Satya. Ia melihat sosok perempuan yang terkapar di tepi pantai dengan wajah pucatnya, yang tak lain adalah ARSYA!
Ia bergegas membawa Arsya ke rumah sakit terdekat. Sementara Vano membereskan barang-barang mereka di Villa, yang nantinya ketika Arsya sadar, mereka berniat untuk pulang dan mengakhiri liburannya pekan ini.

"Sya? Lu udah sadarr...?" -Satya.

(Membuka matanya) "gue dimana? Lo ngapain lagi nolongin gue? Diva yang bakal bisa bahagiain lo skarang, bukan gue Sat." Arsya berbicara pelan dan tampak pasrah.

"Lagi-lagi gua minta maap Sya. Tapi kayanya kali ini gua gabisa boongin perasaan gua kalo gua sempet suka sama Diva. Tapi gua bakal ilangin lagi rasa itu." -Satya.

"Lo gaperlu capek-capek bersikeras buat nutupin semuanya Sat.. Perasaan emang gabisa diboongin kok, gue tau itu." -Arsya.

"Lupain dulu semua ini, yang penting sekarang lu udah sadar.. Kita pulang yuk?" -Satya.

Keadaan sangat tidak memungkinkan jika Arsya pulang sendirian, lagipula ia tak hafal dengan jalannya. Akhirnya ia hanya meng-iya kan omongan Satya.

Singkat cerita, mereka pulang dengan perasaan hampa. Tanpa sedikitpun obrolan ditengah ramai nya suasana kota.
Ini pertamakalinya liburan Arsya-Satya dengan kesan yang kurang baik. Ya, keegoisan Satya yang meruntuhkannya.

Satya masih belum tau apa maksud dari Jeslyn tadi, tapi tampaknya dia tidak mempedulikannya.

🎉 Kamu telah selesai membaca Wanderer Friendship (Just A Friend Until The End) 18+ 🎉
Wanderer Friendship (Just A Friend Until The End) 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang