^Part 2^

41 17 53
                                    

Cewek itu memperhatikan bintang-bintang indah di malam gelap yang cukup cerah. Mata cewek itu berpindah arah, matanya menangkap seorang yang berada di sebrang sana.

Rupanya dia akan mendapatkan tetangga baru lagi. Belum ada sebulan yang lalu, belakang rumanya merupakan penghuni baru komplek rumanya.

Cewek itu menatap pintu kaca kamarnya. Ia menempelkan wajahnya ke pintu itu, sampai-sampai nafasnya berbekas di kaca. Nikmat apa yang sedang cewek itu terima?

"Kyaaa, ganteng banget!!" jerit Zaza dan keluar kamar, berniat untuk menghampiri cowok ganteng itu.

Cewek yang berambut panjang hitam pekat itu, tak segan-segan untuk masuk tanpa memberikan salam. Kalau Zaza memberikan salam pasti yang buka bukan cowok incarannya.

Yang ada malah ibunya yang keluar. Terus ditanya siapa ya, mau apa? Ribet.

Zaza mencari keberadaan cowok itu. Matanya melihat secara liar. Bergerak kesana-kemari, tapi cowok itu tak kunjung datang. Zaza menekuk bibirnya. Mengecewakan sekali.

Kalau kayak gini jadinya mendingan Zaza lompat dari balkon kamar, dan jatuh ke dalam kolam renang yang ada di rumah cowok itu.

Jarak antara balkon rumah Zaza tidak terlalu jauh dari kolam renang milik tetangganya itu.

Zaza membalikkan badannya. Seharusnya dia datang kesini nanti pagi aja, buang-buang waktu Zaza aja.

Mata Zaza tertuju pada seorang cowok ganteng di depan garasi. Zaza seolah-olah tak mempedulikan tugas PR untuk besok. Zaza menghampiri cowok itu. Cowok itu adalah seorang pujaan hatinya, baru-baru ini.

Zaza mengambil liptin dan sebuah kaca kecil, di dalam kantung celananya. Beginilah Zaza seorang cewek yang tak pernah ketinggalan tentang alat make up. Walau hanya pergi sejengkal dari kamarnya, Zaza selalu membawa make up.

Zaza bergegas untuk menghampiri cowok itu. Sesampainya di hadapan cowok itu, wajah Zaza terasa dingin. Mulutnya tidak mau di tutup.

"Lo siapa?" cowok itu membuka pembicaraan duluan. Membuat hati Zaza meledak seketika.

Zaza tak bisa membalas pertanyaan itu. Hidungnya mengeluarkan darah. Cowok itu menunjuk ke arah hidung Zaza. Lantas membuat cewek itu makin terkagum-kagum akan pesona cowok itu.

Cowok itu berdecak sebal. Ternyata masih ada spesies cewek kayak begini, dia kira sudah punah. Ia mengambil sapu tangan miliknya di kantung, mengelap hidung Zaza yang mimisan.

Zaza masih tetap dalam lamunannya. Setelah selesai mengelap dan merasa darah itu sudah tidak keluar dari hidung cewek itu, dia melempar sapu tangannya ke sembarang arah.

Cowok itu sudah geram dengan tingkah cewek yang ada di hadapannya sekarang. Dan hal itu yang membuat dirinya menampar secara keras kedua pipi cewek itu secara bergantian.

Praakk.

Zaza memegang kedua pipinya yang terasa sangat sakit. Zaza tersadar akan lamunannya. Dan beberapa detik kemudian, Zaza merengek di depan Lasfian. Ya, cowok itu adalah Lasfian. Tetangga baru Zaza.

Lasfian meninggalkan Zaza yang masih meronta-ronta seperti bayi. Ketika Lasfian keluar untuk mengambil sapu tangannya di sana, ia masih melihat Zaza yang masih menangis sambil meronta-ronta di halaman belakangnya.

Lasfian tak peduli dengan cewek itu. Kenal aja gak. Sudah cukup Lasfian tidak ingin melihat cewek di depannya menangis lagi. Lasfian berkacak pinggang. Dan menendang tulang pinggul samping Zaza.

Zaza mencoba berdiri. Ya peduli dengan rasa sakit di tulang pinggulnya saat ini. Zaza lebih memilih untuk mengikuti cowok incarannya.

Lasfian yang hendak menutup pintu kamar mandi, menatap Zaza sekilas dan memintanya untuk keluar. Zaza tak peduli dengan perintah Lasfian.

My Best Friend's Kejora (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang