Princess Gwen

45 6 0
                                    

Sekali lagi, aku dan Raja berjalan didalam istana. Kali ini tujuannya untuk mengunjungi seseorang. Kamar putri Gwen, ada di lantai atas. Aku tidak tau ini lantai keberapa, karena sejak tadi aku terus menaiki tangga, menyusuri lorong kemudian naik tangga lagi dan begitu seterusnya sampai aku lupa sudah berapa anak tangga yang ku injak. Tangga nya tidak tinggi, tapi cukup membuatku kelelahan. Raja menyadari hal itu.

"Lelah?"

"Ya, lumayan."

"Sedikit lagi kita sampai."

Huh, kalau diduniaku sepertinya untuk sampai ke kamar saja aku akan memesan ojek online. Tempat tinggal sebesar ini, apa tidak tersesat?

Oh ya, disepanjang lorong yang kami lewati tadi selalu ada beberapa pengawal yang berjaga, mereka selalu menunduk memberi hormat tiap kali Raja lewat. Ya, ya aku tau. Aku pernah melihat adegan ini dibeberapa film yang pernah kutonton.

Kami sampai didepan pintu besar. Salah satu pengawal langsung membukakan pintu untuk kami masuk. Ruangan ini sangat besar untuk dibilang sebagai kamar, sepertinya satu rumahku adalah satu kamar ini.

Raja membawaku mendekati ranjang. Bisa kulihat, ada wanita cantik yang berbaring diatasnya. Matanya tertutup, tapi tidak mengurangi paras cantiknya.

"Ini putriku, Gwen. Hartaku yang paling berharga."

Gwen, dia cantik, kulitnya putih bersih, bibirnya ranum, rambut panjangnya tertata rapih meskipun sedang tertidur. Gwen bahkan terlihat sangat bugar, tidak seperti orang sakit.

"Kalau boleh tau, putri Gwen sakit apa, Raja?" Ucapku, memberanikan diri bertanya dengan hati-hati.

"Aku tidak tau. Hari itu, putriku pingsan. Sudah banyak tabib yang memeriksanya tapi mereka semua tidak tau Gwen sakit apa. Gwen hanya terus tertidur tanpa pernah bangun. Sudah 2 tahun lamanya."

Cukup lama berada didalam kamar Gwen. Kami akhirnya keluar, menuju ruang makan karena tadi, Raja mendengar suara protes dari perutku.

Aku disuguhi banyak sekali makanan yang belum pernah kulihat sebelumnya juga buah-buahan yang kalau itu aku sudah tau. Para dayang tak henti-hentinya menaruh makanan di meja yang sangat panjang ini. Padahal, yang makan hanya aku dan Raja, kenapa makanannya sangat banyak.

"Sudah cukup, perutku takkan sanggup menampung makanan sebanyak ini."

Raja terkekeh kecil melihat tingkahku, "Makan saja sesanggupmu. Mereka hanya berusaha menyediakan hidangan lezat untukmu, kau boleh memilih yang mana saja."

Aku mulai melihat menu santapan di meja ini. Tidak ada yang aku kenal, hanya satu. Ikan bakar langsung menggodaku, ingin segera dicicipi.

Enak, ikan ini sungguh lezat. Aku jadi penasaran dengan rasa makanan lainnya. Akhirnya, aku mencoba semuanya. Ku singkirkan sejenak egoku. Walau malu dengan Raja, tapi rasa penasaranku lebih menguasai jiwa.

Semua makanannya enak, walau asing dilidahku. Aku menyudahi makanku dengan meminum air manis digelas yang terbuat dari batok kelapa.

Maafkan aku mama. Tapi sungguh, makanan kali ini lebih lezat dari milikmu.

Setelah aku benar-benar selesai dengan kegiatanku. Kulihat Raja, mulai menatapku lekat, wajahnya terlihat serius, aku jadi ikut-ikutan serius karenanya. Sepertinya dia akan menyampaikan sesuatu yang penting.

"Jadi, kapan kau akan mulai mencari obatnya?"

Aku mengernyit, alisku beradu, bingung. "Obat?obat apa? Sepertinya Aku tidak pernah berjanji untuk mencari obat."

"Sudah pasti obat untuk putriku. Dan kau, harus mencarinya!"

Raja sedikit meninggikan suaranya, aku jadi takut dibuatnya. Aku menunduk, menggigit bibir bawahku.

"Bawa dia keruangannya!" Titah Raja, pada pengawal yang sejak tadi berdiri didekat Raja.

Terkejut, aku berontak ketika pengawal itu mulai memaksaku mengikutinya. Aku melawan, tapi tak mampu melepaskan diri dari tarikan 2 pengawal pria kekar itu. Sekilas kulihat wajah Raja yang mulai berjalan mendahului. Mukanya tampak berbeda, memancarkan amarah, tak seperti tadi yang selalu ramah.

Tubuhku dihempaskan diranjang ketika sampai diruangan yang katanya 'milikku'. Raja mendekatiku,

"Dengar, aku sudah menyiapkan semua perlengkapanmu disini. Kau boleh meminta apapun yang kau perlukan. Bergeraklah malam ini!"

Suara Raja tidak tinggi lagi, tapi nada nya dingin. Cukup membuatku ngeri. Setelah itu, Raja meninggalkanku sendiri di ruangan ini bersama dengan seluruh kebingungan serta kekhawatiranku. Aku mengedarkan pandanganku pada ruangan ini, ada banyak sekali barang yang tersusun rapih disini. Ada pakaian, beberapa senjata, tas selempang berwarna coklat, sepatu, dan segala macamnya.

Apa yang harus kulakukan?aku ingin pulang.

Suara ketukan terdengar dari luar pintu. Seorang pria yang tidak kekar, memakai baju lengan buntung hingga menampilkan lengan atasnya yang tidak berotot, celana panjang dengan warna maroon yang senada dengan kausnya, sepatu Hiking, tas selempang kain berwarna coklat, serta penutup kepala yang membungkus rambutnya, tapi masih memperlihatkan jambangnya.

Sepertinya dia seumuranku. Alis tebal, hidung mancung, bibir yang seksi, emm dia tampan sekali. Apa dia, pangeran?

"Apa kau, Pangeran?" Tanyaku ketika dia mulai mendekatiku.

Dia tertawa kecil, menampilkan giginya yang putih dan rapih, manis sekali. "Aku bukan Pangeran. Namaku Abay, aku pengawal yang akan menemanimu mencari obat untuk putri Gwen."

"Abay, aku tidak tau dimana obat untuk putri Gwen. Aku saja tidak tau kenapa aku ada disini. Ini bukan duniaku, Abay."

Aku duduk dibangku dekat jendela, menatap nanar keluar jendela. Abay berdiri didepanku, menarik daguku lembut, agar bertatapan dengannya.

"Dengarkan aku Nona. Aku tau betul kau masih kebingungan dengan apa yang terjadi. Izinkan aku menjelaskannya sedikit untukmu." Ucapnya meminta izin.

Aku mengangguk, mempersilahkannya melanjutkan kalimatnya.

"Setahun setelah putri Gwen sakit. Ada ramalan yang mengatakan, bahwa akan ada seseorang yang bisa mencari obat untuk putri. Orang itu, akan muncul dari lembah terlarang yang menjadi tempat kedatanganmu. Tidak ada siapapun yang boleh masuk kesitu, ke lembah itu. Kalaupun ada yang melanggar, mereka takkan bisa keluar dari sana."

Abay menghentikan sejenak ucapannya. Aku jadi ingat lembah gelap yang menyeramkan tadi. "Tapi, bagaimana kalian bisa tau kalau aku telah datang?dan tadi ada beberapa pengawal yang menjemputku, kenapa mereka bisa masuk dan keluar dari sana?"

"Kerajaan selalu mengawasi lembah itu menggunakan teropong. Kami bisa masuk dan keluar karena kami berada didekatmu, kau bisa membawa kami keluar masuk ke tempat itu."

"Tapi, bagaimana dengan obatnya Abay? Aku saja tidak tau dimana dan bagaimana bentuk obat itu."

"Sebelum kau datang, Raja sudah menunjukku sebagai pengawalmu. Jadi, aku sudah sempat mempelajari tentang penyakit Putri, serta obatnya."

"Kalau kau tau, kenapa tidak kau saja yang pergi mencari obatnya, kenapa harus menungguku? Aku ingin pulang! Aku ingin kembali ke duniaku!"


***

Sorry kalimatnya ngebosenin. Karena emang lagi dalam suasana bosen.

Cuma buat tambahan aktivitas.
Ga menyenangkan dan ga bikin puas.

#DirumahAja
#QuarantineDays


14/4/20

Damn, this is Lucid DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang