Sedikit lagi

24 3 0
                                    


Vio POV

Semalam sepertinya aku terlalu banyak bicara. Entahlah, setelah sadar dari pingsanku aku merasa sangat bersemangat. Walau sempat merasa sakit di awal, tapi setelahnya aku merasa sangat bugar.

Aku sempat menangis, karena aku memang sudah benar-benar merindukan rumah, Aku rindu mama, Rindu sekolah, Rindu teman-teman. Sampai kapan aku akan terjebak di mimpiku. Tapi setelah mendapat perlakuan manis dari Abay, hatiku langsung berubah, aku langsung senang. Ah Abay, paling bisa deh merayuku.

Oh ya, omongan-omongan tentang Abay. Dia sekarang sedang bicara dengan Mbok, mengenai obat untuk putri Gwen, sepertinya Mbok tau. Mbok juga sepertinya seorang tabib yang hebat. Karena bisa langsung menyembuhkanku tanpa perlu menunggu waktu lama.

Aku menunggu diluar sambil menikmati udara segar disini. Benar-benar terasa sekali perbedaannya. Udara disini masih bersih, tidak tercemar. Berbeda dengan udara di dunia nyataku, sudah banyak polusi dari kendaraan dan pabrik-pabrik. Yah ditambah, aku ini tinggalnya di ibukota, makin parah banyaknya kendaraan.

Abay bersama Mbok akhirnya keluar. Abay telah siap dengan tas dan perlengkapannya, tak lupa dia juga menenteng tasku.

"Kita berangkat sekarang ya, Vi."

Aku mengangguk, kemudian mendekati Abay, untuk mengambil tasku.

"Kalian hati-hati ya Nduk. Mbok doakan biar kalian selamat pergi dan pulangnya."

"Terimakasih Mbok doanya. Terimakasih juga telah mengizinkan kami menginap dan telah mengobati ku." Ucapku santun.

Aku dan Abay langsung menuju perjalanan selanjutnya. Abay sepertinya sudah semakin paham harus menuju kemana. Aku terus mengikutinya tanpa banyak bicara.

Ku lihat suasana disekelilingku. Angin-angin menerpa kulit, rambutku yang terurai seakan menari bersama sang angin. Kicauan burung yang mendominasi terdengar merdu seperti alunan lagu. Gemericik air ikut serta meramaikan.

Pohon-pohon besar tetap gagah berdiri, meski terpaan angin terus menghampiri. Aku menghentikan langkahku ketika Abay berhenti.

"Ada apa, Abay?"

"Kita telah sampai."

Kepalaku celingukan, mencari dimana gerangan letak obat itu.

"Dimana Abay?"

Abay tidak menjawab, tapi tangannya terangkat menunjuk keatas. Diatas tebing? Bagaimana caranya kita naik kesana?

"Bagaimana caranya agar kita bisa sampai disana?"

Abay terlihat berpikir, sepertinya dia juga tidak tau. Keningnya membentuk kerutan.

"Kita duduk saja dulu."

Abay membawaku ke bawah pohon. Kami duduk, sambil mengamati tebing itu. Tinggi tebing itu sekitar 1.675 m atau 5.495 kaki. Mungkin ini adalah tebing tertinggi didunia. Tali yang dibawa Abay pun tidak akan mampu membawa kami menuju puncak tebing ini. Bagaimana ini?

"Pikiran ku benar-benar buntu, Vi. Aku tidak tau, cara apa yang mampu membawa kita menuju ke atas."

"Lalu, apa kita akan diam disini terus menerus?"

Ku mohon Tuhan bantu aku. Aku ingin cepat-cepat pulang. Ini mimpiku, seharusnya aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan. Aku ingin sesuatu yang bisa membawaku ke atas.



Abay POV

Aku benar-benar bingung, harus bagaimana agar kami bisa ke atas. Kulihat kening Vio berkerut. Tangannya mengepal kuat sampai kulihat buku-buku jarinya memutih. Entah apa yang tengah dilakukannya.

Tapi selang beberapa saat kemudian, aku melihat cahaya keluar dari tubuh Vio. Aku terkejut, jadi sedikit menyingkirkan diri dari Vio. Punggung Vio semakin lama semakin membesar, seperti ada yang ingin keluar. Cahayanya juga semakin menyilaukan, jadi ku sipitkan mataku.

Aku berkedip sejenak, namun setelahnya, apa yang ada didepanku membuatku terkesiap. Vio, ada sepasang sayap dipunggung nya. Menyatu dengan tubuhnya. Sayap itu sungguh cantik, seperti Vio. Putih bersih serta mengkilau, seperti sayap merpati.

"Vio, lihatlah dirimu."

Dia sama terkejutnya denganku. Memandang tak percaya, pada apa yang ia punya.

"Abay, aku berhasil." Ucap Vio dengan bersemangat.

Aku memandangnya agak bingung "Berhasil apa, Vi?"

"Aku sudah bisa mengendalikan mimpiku lagi. Kau tau?ini adalah dunia mimpi, duniamu adalah dunia mimpiku."

Belum sempat kujawab, Vio langsung mengajakku berdiri. Lalu dia memelukku, dan aku merasa telapak kakiku mulai tak menyentuh tanah. Kami terbang.

Vio membawa ku terbang. Semakin tinggi kami naik ke atas, sekilas aku melihat ke bawah. Tapi kemudian langsung ku alihkan lagi pandanganku, lalu ku pererat pelukan pada Vio.

"Tidak apa-apa, tenanglah."

Ku letakkan daguku diatas kepala Vio. Ku pejamkan mataku. Aku malu Vi. Harusnya aku yang melindungi mu. Harusnya aku yang berkata begitu. Tapi kenapa malah terbalik? Aku sungguh malu.

Vio POV

Wajahnya saat ketakutan sungguh menggemaskan. Kemana wajah tegarnya yang biasa menenangkan ku? Dia mengeratkan pelukan nya padaku. Aku tau dia sedang sangat ketakutan karena ketinggian ini.

"Tidak apa-apa, tenanglah."

Aku hanya berusaha menenangkannya. Seperti yang sering dia lakukan untukku. Aku merasakan dagu nya yang menyentuh kepalaku. Sedikit lagi kita akan sampai.

Kakiku sudah mulai menapak lagi, kami sudah sampai. Tapi Abay belum juga melepaskan pelukannya.

"Abay, kita sudah sampai."

Dia membuka matanya, perlahan pelukannya mengendur. Dia langsung membuang pandangannya, sepertinya malu. Aku jadi tersenyum karena tingkahnya.

"Dimana obatnya, Abay?"

Abay mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Itu." Tunjuknya dengan antusias.

Aku mengikuti arah tunjuknya, tapi belum bisa melihat dengan jelas apa itu. Tapi, seperti tanaman.

Kami segera berlari menuju tanaman itu. Aku sedikit terkejut setelah tau apa tanaman itu. Itu sebuah mawar, hanya mawar. Tapi aku heran, kenapa bisa ada mawar ditebing ini, hanya satu pula. Tidak ada tanaman lain. Karena pada dasarnya puncak tebing ini adalah bebatuan, bukan tanah. Jadi bagaimana bisa ada mawar yang tumbuh dan hidup diatas batu.

"Mawar?"

Abay langsung memetik mawar itu. Lalu menatapku dengan pandangan terkejut.

"Kau tau nama bunga ini?"



***

Sorry kalimatnya ngebosenin.
Karena suasananya juga lagi bosen.

Cuma buat nyari aktivitas.
Ga menyenangkan dan ga bikin puas.

#DirumahAja
#QuarantineDays

Damn, this is Lucid DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang