BAB 6 : MISI-MISI RAFA

44 8 5
                                    

Sinar matahari pagi menyinari wajah Luna saat membuka tirai jendela kamar. Ia beranjak untuk membuka pintu rumahnya, dia berdiri di teras. Melihat pemandangan awan pagi yang cerah, menghembuskan nafas sambil sibuk mengikat rambutnya dan tak lupa sesekali melakukan peregangan.

Hari ini hari Sabtu. Dimana Luna bisa santai tanpa memikirkan tugas dan sejenisnya. Ia memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan menggambar.

Ia berjalan ke dapur. Mengambil segelas air. Tak sengaja melihat ibunya yang sedikit kerepotan dengan masakannya.

"Perlu bantuan, bu?" tawar Luna.

Ibu tersentak. Ia terkejut karena terlalu fokus, sampai tidak menyadari kehadiran Luna.

"Boleh. Ini tolong iris bawang ya."

"Siap, bu!" Luna mengambil pisau dan mulai mengerjakan apa yang diperintahkan ibu.

Tidak ada dialog lagi. Luna dan ibunya tidak begitu dekat seperti kebanyakan ibu-anak yang lain. Mungkin karena sifat mereka yang sama-sama susah untuk mengajak ngobrol duluan.

Tapi hubungan Luna dan ibu baik-baik saja kok. Jarang ngobrol bukan berarti harus ada konflik di antara mereka, kan?

Luna sudah selesai tengan pekerjaannya. Ia lekas mencuci tangannya dan pergi ke kamarnya lagi. Luna mencari ponselnya yang lupa ia simpan.

Luna membersihkan kasurnya selagi mencari ponsel. Biasanya sih suka ketindihan barang-barang yang ada di kasur.

Ponsel Luna sudah ketemu. Ternyata ada di bawah bantal. Ia men-cek apakah ada pesan yang masuk.

Ternyata ada pesan dari Rafa.

Rafa.

Rafa : Lunn.

Rafa : Lunaaaaa.

Rafa : Luna ihhhhh.

Luna : Paan sih?

Rafa : Gue ke rumah lo, ya?

Luna : Ngapain?

Rafa : Gabut gue.

Luna : Dih.

Luna : Jomlo sih!

Rafa : Gak usah ngatain!

Rafa : Boleh gak nih?

Luna : Maaf. Gak terima gembel.

Rafa : Gue bawa martabak!

Luna : Silahkan masuk, Tuan.

Luna : Pintu rumah saya terbuka lebar untuk anda.

Setelah itu tidak ada balasan lagi dari Rafa.

Luna segera membersihkan diri. Menyiapkan kaos berwarna putih dan celana training panjang kesayangannya. Tidak perlu berdandan, cuma Rafa kok yang datang.

Selesai membersihkan diri Luna kembali tertuju pada ponselnya yang berdering. Ternyata Fani yang menghubungi.

Luna memencet tombol hijau pada layar dan menempelkan ponselnya di telinga sebelah kirinya.

"Ada apa, Fan?"

Suara Fani di jauh sana menjawab, "Sibuk gak, lo?"

"Engga. Kenapa?"

"Gue main ke rumah lo sekarang."

"Tinggal ke sini. Biasanya juga, udah tiba-tiba di depan rumah."

Tentang Lari dan KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang