BAB 8 : HARI YANG SIAL

23 4 0
                                    

Siulan pelan terdengar dari mulut seorang perempuan yang memasang ekspresi senang di wajahnya. Luna sedang berada dalam mood yang bagus hari ini.

Seperti biasa Luna berjalan ke kelas sendirian karena Tara masih betah berada di parkiran. Sebenarnya Tara ngapain sih di sana? Luna tak habis pikir dengan kebiasaan Tara yang satu itu.

Saat Luna belok untuk masuk ke kelas, ia bertepatan dengan Rafa yang akan keluar dengan cengiran khasnya.

Senyuman yang beberapa detik lalu masih menghiasi wajah mungil Luna sekarang digantikan dengan ekspresi datar.

"Eh, Luna"

Luna tidak menjawab dan masih diam di tempat karena Rafa menghalangi jalan masuk.

"Mana hasil gambarnya?" Rafa memasang ekspresi tak sabar.

Luna tersenyum dengan manis. Berjinjit agar sejajar dengan tinggi cowok tersebut, walaupun tetap saja tidak dapat melampauinya.

"Bodo, Raf." Ucap Luna tepat di depan telinga Rafa sambil kembali memasang ekspresi datar..

Suara seram Luna membuat Rafa merinding.

Gila. Ini cewek kerasukan kunti apa?

"Minggir!"

Rafa pun mempersilahkan Luna untuk masuk ke kelas dan pergi entah kemana. Luna tidak tertarik untuk bertanya, bukan urusan dia.

...

Semenjak kejadian kemarin, hampir setiap hari Tara berkunjung ke kelas Luna hanya untuk memberinya sebuah coklat yang harganya seribu itu.

Sebenarnya Luna ingin bilang kalau itu tidak perlu, tapi rasanya tidak pantas karena niat Tara itu baik.

Nasib coklat itu pun tidak jelas. Kadang ujung-ujungnya malah berada di tangan Fani ataupun Rafa. Tanpa sepengetahuan Tara tentunya.

"Fan, mau gak?" tanya Luna sambil menyodorkan satu bungkus coklat berbentuk pinsil tersebut.

"Gak, deh. Gue udah kenyang." Fani menunjuk satu mangkuk bakso kosong yang kini sudah pindah ke perutnya.

Rafa kebetulan melewati meja Luna.

"Mau gak?" ucapan Luna menghentikan langkah Rafa.

Rafa mengambilnya dengan tangan kanan.

"Kenapa gak dimakan?"

"Lagi gak pengin."

"Kenapa gak di tolak?"

"Gak enak."

"Kenapa gak bilang kalau lo gak suka?"

"Ribet, lo banyak nanya!"

"Lo yang ribet! tinggal bilang apa susahnya?"

Luna memutar kedua bola matanya malas, "Berisik! Lo bikin sakit kepala!"

Rafa mengacak-acak rambut Luna dengan penuh semangat sampai kusut.

"Nyari mati?!"

PLAK.

Suara itu membuat seisi kelas hening. Luna memukul dada Rafa dengan kencang. Yang di pukul memegang dadanya dengan dramatis.

Fani terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja terjadi, "Lo kecil-kecil tenaganya lumayan juga ya, Lun."

Hanya beberapa detik kedaan kelas kembali seperti semula. Mengabaikan Rafa yang masih sibuk dengan nyeri akibat pukulan tadi.

"Makannya jangan main-main sama gue." Ucap Luna penuh kemenangan.

Rafa menatap Luna dengan pandangan oke, gue nyerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Lari dan KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang