Disuatu rumah mewah, seorang lelaki tegap dan proposional sedang termenung di kamar besar nan mewah ini. Pagi ini, ia akan berangkat ke kampus untuk menuntaskan mimpi dan banyak keberuntungan. Ia sungguh sangat semangat. Di depan cermin ini, ia menautkan alisnya melihat tampilan dirinya sendiri. Setelan long t-shirt biru dengan jeans hitam. Rambut melewati kuping yang terus dipertahankan.
"Cakep gue ahh" ucapnya sendiri
Baru saja tersenyum lebar, ia di kejutkan oleh ketukan di pintu. Alif menautkan alisnya dan tersenyum kecil saat suara kakak perempuan nya mbak Aisyah terdengar
"Iyaaa udah siap ini, sabar atuh mbak" ucap Alif sembari mengambil tas ransel merahnya di atas tempat tidur
Alif membuka pintu kamar dan mbak Aisyah sudah gak ada "lahh kemana tuh orang! Tadi suaranya ada, sekarang gak ada" gumamnya
"Ehh buset nanti......" Ucapnya pelan sembari berpikir lalu segera berlari ke arah tangga
Ditengah tangga Alif menepuk jidatnya. Ia kelupaan mengambil ponsel dan dompetnya. Ia berbalik kembali ke kamar dan meraih dompet dan ponsel di nakas. Setelah nya ia kembali menuruni tangga dan dari tangga terakhir ia melihat sudah ada papinya disana bersama Furqon. Dalam dalam ia hirup udara dan membuangnya asal.
"Morning mi" ucap Alif sembari mengecup pipi kiri Jihan maminya
"Morning sayang"
Alif duduk di samping Furqon tapi Furqon langsung saja bersiap siap hendak pergi. Pergerakan nya mendapatkan perhatian dari semua yang di meja makan. Alif yang tersenyum seketika redup.
"Mau kemana fur?"
"Mau ke rumah sakit mi, hari ini pasien om Tama ada yang mau check MRI" Ucap Furqon
"Makanamu belum hab-"
"Biarkan dia pergi, dia bisa makan di kantin rumah sakit. Disana makanan nya sehat. Furqon udah punya tanggung jawab, gak bisa main main lagi"
Alif merasa tersindir dengan perkataan itu. Ia hanya diam dan menunduk dalam mencoba menetralkan rasa sakit di relung hatinya.
"Yang main itu siapa pi?" Tanya Aisyah tak mengerti
"Tanya Ali, mengapa dekan fakultas kedokteran menghubungi papi dan mengatakan dia terancam gak lulus tahun ini" ucap Reza
Ucapan itu sudah Alif tau akan keluar dari bibir ayahnya. Ia tau akan di Bandingkan terus dengan Furqon.
"Bener dek?" Tanya mami dengan tatapan serius
"Ali juga gak tau mi, tapi nanti Ali tanyak ke dosen. Ali ngelakuin kesalahan apa"
"Anakmu! Lihat" ucap papi membuat mami seperti nya kesal
"Kesalahannya aja gak tau. Bagaimana mau jadi dokter kalau tanggung jawab aja gak ngerti"
Sarapan yang tenang berubah jadi gaduh. Furqon yang awalnya hendak berangkat tertahan karena suasana tegang mami dan papi. Perihal kecil yang sudah dibahas entah kemana mana.
"Karena ulahku papi dan mami bertengkar, sejak dulu" ucap Furqon lirih dan Alif sangat bisa mendengar
Alif menghela nafas lelah, ia mencoba membuat suasana jadi kondusif. Ia mencoba berbicara dan mbak Aisyah juga ikut menenangkan suasana. Furqon sudah pergi begitu saja tanpa pamit dan niat menghentikan keributan ini.
"Yaudah papi, Ali salah, Ali minta maaf. Ali janji gimanapun caranya Ali akan lulus tahun ini. Ali gak akan kecewakan papi." Ucap Alif
"Bagus. Makanya Jangan jadi anak nakal." Ucap papi meninggalkan meja makan dan pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
Rückkehrunruhe
General FictionTragedi! satu kata itu sukses membuat siapapun remuk tak terbantahkan. Atau satu kata itu juga sukses membuat siapapun melayang tinggi tanpa menyentuh bumi. Ini tentang Zahra marwa Syifa, seorang wanita yang sedang berjuang bangkit dari pesakitan pa...